#pengacara untuk apa
Explore tagged Tumblr posts
Text
PRAKTIS! (WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Lawyer Untuk Perceraian di Cibubur Jakarta Timur
Kontak dan Janji Temu Hubungi 081-1816-0173 Advocate for your company, family and personal. Garda Law Office didirikan tahun 2005, tumbuh dan berkembang bersama klien-klien kami untuk memberikan layanan terbaik dibidang Hukum Bisnis dan Perusahaan, Restrukturisasi, Keluarga, Pajak, Pidana dan Perdata Umum. Kami terdiri dari Advokat berpengalaman yang sangat memperhatikan kepedulian, profesionalisme dan hasil terbaik. pengacara indramayu,pengacara indonesia terkenal,pengacara itu apa,pengacara kondang,pengacara karawang,pengacara kuningan,pengacara lawyer
Studi Kasus: Keluarga Roberts
Untuk memberikan contoh konkret tentang bagaimana pemilihan pengacara keluarga yang baik dapat memengaruhi anak-anak dan orang tua, mari kita lihat kasus Keluarga Roberts. Pasangan Roberts menghadapi perceraian yang rumit dan memiliki tiga anak yang berusia beragam.
Menghadapi pembagian waktu yang membingungkan dan tidak terkoordinasi, situasi semakin rumit dan menegangkan bagi anak-anak. Namun, setelah memilih pengacara keluarga yang baik dalam bentuk Michael Davis, situasi tersebut berubah.
Michael Davis adalah seorang pengacara keluarga yang berpengalaman dan sangat memahami kompleksitas pembagian waktu pasca perceraian. Dia bekerja keras untuk memastikan bahwa pembagian waktu adalah yang terbaik untuk kesejahteraan anak-anak. Michael juga mendorong mediasi antara pasangan, yang membantu mengurangi konflik dan ketegangan dalam proses perceraian.
Hasilnya, anak-anak Keluarga Roberts, meskipun tetap menghadapi tantangan, dapat mengatasi pembagian waktu dengan lebih baik. Mereka merasa didukung oleh kedua orang tua mereka dan merasa lebih aman dalam rutinitas mereka.
Kontak dan Janji Temu Hubungi:
081 1816 0173 https://wa.me/628118160173
Kunjungi website https://gardalawoffice.co.id
kunjungi website di bawah ini https://www.tumblr.com/pengacaraperceraianjakarta/730943452168306688/terpercaya-wa-081-1816-0173-garda-law-office?source=share&ref=_tumblr
Poris Gaga Kecamatan Batuceper,Kebon Besar Kecamatan Batuceper,Batuceper Kecamatan Batuceper,Batu Jaya Kecamatan Batuceper,Batu Sari Kecamatan Batuceper,Poris Plawad Indah Kecamatan Cipondoh,Cipondoh Kecamatan Cipondoh,Kenanga Kecamatan Cipondoh,Gondrong Kecamatan Cipondoh,Petir Kecamatan Cipondoh
Pengacara Perceraian Jakarta, Pengacara Hak Asuh Anak, pengacara terbaik di bandung,pengacara terkaya di indonesia,pengacara terhebat di dunia,pengacara termahal di indonesia,pengacara tasikmalaya,pengacara umur berapa,pengacara urus perceraian,pengacara untuk apa,pengacara viral,pengacara yang terkenal di indonesia
#PengacaraPerceraianJakarta #pengacarahakasuhanak #pengacaraterbaikdibandung #pengacaraterkayadiindonesia #pengacaraterhebatdidunia #pengacaratermahaldiindonesia #pengacaratasikmalaya #pengacaraumurberapa #pengacaraurusperceraian #pengacarauntukapa #pengacaraviral #pengacarayangterkenaldiindonesia
(WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Lawyer Untuk Perceraian di Cibubur Jakarta Timur
#Pengacara Perceraian Jakarta#Pengacara Hak Asuh Anak#pengacara terbaik di bandung#pengacara terkaya di indonesia#pengacara terhebat di dunia#pengacara termahal di indonesia#pengacara tasikmalaya#pengacara umur berapa#pengacara urus perceraian#pengacara untuk apa#pengacara viral#pengacara yang terkenal di indonesia
0 notes
Text
"—'cause I swore no one can survive him. I didn't, for godsake. Damn it."
"Is that supposed to be a bad thing?"
It wasn't supposed to be a bad thing. It was a good thing that i didn't survived the kwon soonyoung. Fakta, fakta, fakta, dan seribu faktanya, aku lega bisa putus hubungan dari kwon soonyoung si ayam kampus. I could never survived him. Aku enggak akan pernah bisa menggantikan peran si pacar perempuan yang menanggung akibat breeding kink-nya. Walaupun, soonyoung menyelesaikan masalahnya dengan bijak (entahlah, apa menikah muda termasuk menyelesaikan masalah dengan bijak?) Aku dengar mereka cukup bahagia, bayi merubah segalanya sepertinya, aku enggak sempat lihat raut wajahnya seperti apa, karena, kasihannya, aku pacar terakhir sebelum istrinya waktu itu. They didn't invite me. Understandable. So i did him a favor, five years ago today, he didn't get the invitation of my wedding as well.
Tapi, sama seperti hubunganku dengan kwon soonyoung, i also didn't survived my ex husband (or is it the other way around?). Too much noises, screaming, crying, dan bayiku enggak bisa tidur nyenyak selama 3 bulan terakhir sebelum kami pisah ranjang dan mulai bicara melalui pengacara kami. Don't worry, the divorce went well. I married him for a reason, I love him for always be the man, the man, the simple man, a man full of responsibility. Hari ini giliran dia yang menjemput anak kami di daycare dan menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, sementara aku menikmati festival kampus. Kampus yang sama di mana aku menghabiskan waktu masa mudaku dan kwon soonyoung.
Lana menggaruk tipis hidungnya, "katanya dia bawa anaknya?"
"Yang jebol itu?"
"Bayi, sih, jadi kayaknya bukan," jawabnya. "Anak keduanya? Ketiga? Keempat?"
"And he managed to looked that hot?" Aku menunjuk ke arah panggung, tempat dia dan dua orang teman band-nya manggung. "Not fair, lana. Pasti itu keponakannya."
"Masalahnya, urgensinya apa kalau dia segala bawa keponakannya manggung? Itu bayi, loh, mau keponakannya atau bukan, it's not wise to bring a baby in this crowded, loud place, a festival! Unless he don't have someone to look after his baby that is."
True. Mau pakai teori apapun juga sulit dibantah kalau kenyataannya kwon soonyoung membawa bayi kecil ke kerjaan manggung band-nya. Apa istrinya juga sibuk kerja? Apa nanti aku harus kasih tau dia tempat daycare yang bagus?
Singkat cerita, aku menggunakan privilege sebagai panitia dosen yang bertanggung jawab atas acara ini untuk mampir ke belakang panggung. Toh, aku juga yang sempat merekomendasikan alumni seperti soonyoung untuk masuk ke dalam line-up festival kami.
"Soonyoung!"
Responnya, "No way in hell?"
"I know."
Soonyoung tertawa renyah dan apa kata lana tadi? Baby in his arms. Telinga kecilnya dipakaikan pengedap suara yang bentukannya mirip headphone dan bibir kecilnya sedang menyedot botol susu. Aku tersenyum, "reminds me a lot when my baby just this small and i need to bring him everywhere."
Soonyoung balas senyum. "Sehat?"
Aku mengangguk, "sehat," balasku. "Thank you for coming. Tadi keren banget, sama kayak dulu."
"Tadi nonton?"
"Yep," aku mengangguk mengiyakan, "cool as ever."
Soonyoung mengenalkanku dengan dua teman band-nya yang barusan manggung dengannya, kepalaku mencoba mengingat-ingat dua juniorku yang bentuk wajahnya tertinggal di laci memoriku paling belakang, jadi aku bilang, they looked familiar, though, I'm sure I've seen them somewhere, soonyoung mendengus dan berkata dasar memori ikan. Tepat setelah itu, bayinya soonyoung mengeluarkan pup dahsyat.
"Sorry," katanya, di nursery room, di fakultas kedokteran. Dua bola mataku hanya terfokus memerhatikan tangan lihai soonyoung yang mengurus pup, pampers, bola kapas seperti seorang professional.
"She's a baby, what are you sorry for?"
"I know," gumamnya, "hari ini aku banyak repotin orang-orang."
"Gara-gara bayi?"
"Iya," soonyoung mengangkat dua kaki mini bayinya sebelum menempatkan pampers bersih di bawah bokong lembut bayinya. "Ibunya ada jadwal interview. She can't miss it."
"Jadi bener ini keponakan kamu?"
Kepalanya tertoleh kepadaku otomatis, binar matanya terkejut, "hah? She's mine," ujarnya, "my third child."
Ah, soonyoung sudah sampai di panggung yang itu, ya, he's a father of three children. Aku tiba-tiba pengen tertawa terbahak-bahak, tapi sepertinya enggak etis. Jadi, dengan penuh hormat, aku memujinya, "soonyoung, that's amazing."
"Punya tiga anak?"
Aku mau bertanya apa breeding kink-nya telah mengkhianatinya untuk ketiga kalinya, but i don't think it's appropriate, "I mean, i enjoyed the motherhood, but, like, i had one and went through hell. Kamu harus baik-baik sama istrimu."
"Kayaknya aku kurang baik sama dia jadinya kita cerai."
"Oh, fudge."
Dia mendengus, "Yeah, fudge."
"Gak nyangka aku ketemu lagi sama mantanku di situasi janda duda."
Atensinya terbelah lagi dari onesie harimau yang dia keluarkan dari tas bayinya, ke aku, "The fuc—dge?" soonyoung menyumpal pacifier ke mulut bayinya. "Are you fudging with me?"
Aku menunjukkan punggung tangan kananku, gave him a closer look on my empty ring finger, "we were supposed to celebrate the fifth year anniversary today."
Soonyoung menggelengkan kepalanya, almost giggling but for whatever reason, he zip it, "gila."
"That's my line?" ucapku, menatap dua pasang mata kecil yang mengedip-ngedip ke arah langit-langit ruangan. "How old is she?"
"Sepuluh bulan," jawab soonyoung. "Officially divorced when she was seven months old," jarinya menarik zipper onesie bayinya ke atas, lalu mengusap pipi gembulnya lembut, "we were trying to make everything alright, she was the part of the plan—she was the blue print actually."
"Oh, wow?"
"Iya, aku tahu kok, we shouldn’t have brought her to the world, that's what we thought," katanya pelan, "when we broke up, she was two weeks pregnant with my baby. Our parents is overjoyed, baby will fixed things they said, y'know, bring up the old flames or something."
"Don't worry, my parents said the same thing too," sepasang netra soonyoung bertemu dengan milikku, bibirnya terbuka sedikit seolah mau berkata oh jadi bukan aku aja, aku mengamini perkataannya, "mereka bilang, aku dan mantanku harus pergi honeymoon lagi, lalu punya anak kedua, and voila! Divorce is not on the table anymore."
"Lalu?"
"Lalu? Apanya yang lalu? Aku aja enggak sanggup lihat mukanya, gimana mau bikin anak sama dia?" tukasku, soonyoung meringis, "but that was not the case for you, isn't?"
Kami sama-sama menatap bayi sepuluh bulan yang sedang bermain sendiri dengan kaki mininya. Soonyoung mendesah berat, "obviously."
7 notes
·
View notes
Text
Judul Belum Ditemukan
sebuah cerpen, terinspirasi dari satu pertanyaanku di diskusi Novel Laut Bercerita
Aku pernah jatuh cinta.
Biar kau tahu seberapa rumit perasaan ini, akan aku ceritakan tentang dia sesingkat mungkin namun cukup memberimu penjelasan kenapa akhirnya sebatas pernah jatuh cinta.
Namanya Hardi, keturunan bangsawan, ah ini hanya istilahku saja karena ia datang dari keluarga dengan privilese yang bagus. Kami satu kampus, berbeda jurusan dan fakultas. Aku cukup berbangga diri kuliah di jurusan sejarah dengan beasiswa di salah satu kampus negeri di Indonesia, dan dengar-dengar ia hanya tak punya pilihan selain mengikuti kata orang tuanya yang sepasang pengacara untuk berkuliah di fakultas hukum, yang konon adalah fakultas terbaik di kampusku.
Hardi dan aku seharusnya tak pernah bersinggungan, barangkali juga tak pernah jika itu menurut defenisinya. Tapi di semestaku, Hardi adalah tokoh penting yang menjadi salah satu orang yang membuat aku menjadi sekarang. Salah satu, tolong garis bawahi ini. Nanti kau berpikir pula aku meniadakan peran orang tua dan guru-guruku.
Apa kau sedang mengira Hardi ketua BEM Fakultas atau Universitas? Bukan. Hardi adalah pelopor gerakan bicara dengan hukum di kampus kami, yang menjadi wadah banyak mahasiswa untuk menganalisa isu kampus juga luar kampus dari perspektif hukum. Aku tak tahu banyak soal hukum, tapi aku tahu Hardi adalah yang paling cemerlang di angkatannya. Ia lebih dikenal banyak orang dibanding ketua BEM Universitas kami, ah mungkin menurutku saja, sebab aku pernah salah mengenali ketua BEM Universitas. Intinya, peran dia sebagai pelopor bicara dengan hukum menjadikan Hardi salah satu mahasiswa paling bersinar yang dikagumi banyak orang termasuk civitas akademika dan juga publik alias warganet sekitar.
Jadi apa sekarang kau berpikir aku mengenalnya dari tersohornya namanya itu? Bukan. Tebakanmu masih salah. Aku mengenal Hardi saat kami mengantri bayar belanjaan di minimarket. Ia tak cukup menonjol secara fisik (ini hanya penilaian di awal, setelahnya bagiku Hardi menonjol dalam segi apapun) tapi apa yang di tangannya saat itulah yang paling menonjol aku ingat.
Hardi sedang membaca buku Laut Bercerita karangan Leila Chudori, yang bukunya sekarang menjadi buku sastra paling terkenal seantreo Indonesia. Kala itu, aku tak kenal banyak orang yang suka membaca, aduh juga sekarang si tapi ya setidaknya kau sedang membaca ceritaku sekarang.
Tahun itu tahun terakhir aku di kampus, sedang sibuk-sibuknya dengan skripsi. Membaca jadi pelarian paling mujarab dari coret-coret dosen yang sudah tahu apa yang aku tulis di kalimat ketiga. Maka hari itu, ketika melihat ada seseorang yang memegang buku tersebut, aku tanpa pikir panjang langsung mengajaknya mengobrol.
“Menurut mas masih ada ngga si organisasi kayak winatra sama wirasena?”
Hardi yang berdiri di sampingku melihat dengan tatapan bingung, aku yakin dia ragu jika ia yang aku aja bicara. Ayolah, zaman sekarang siapa yang mau repot mengobrol dengan orang di sekitarmu sedang di genggamanmu ada teknologi canggih, yang lucunya kau mau repot mengobrol dengan orang asing dalam teknologi itu.
“Mba bicara sama saya?”
Jujur saja, seandainya aku sudah tahu kiprah Hardi aku tidak akan mengajaknya bicara. Palingan menatapnya dengan mata terkagum-kagum. Tapi karena saat itu aku belum mengenal Hardi maka aku melakukannya tanpa berpikir panjang.
“Iya, baca Laut Bercerita kan mas?”
Aku terkesan dengan caranya tersenyum, hingga detik ini senyuman Hardi kala itu adalah senyuman paling tulus dan hangat yang pernah aku temui.
“Kamu percaya ngga kalau saya bilang sekarang, saya lagi membentuk wirasena, membawa kembali sejarah sebagai anak muda.”
Detik itu juga aku tahu, dia bukan mahasiswa sembarangan yang iseng membaca buku. Atau sepertiku yang membaca sekedar pelepas penat dari amukan dosen pembimbing. Bukan hanya kalimatnya, ada sesuatu dari caranya bicara yang membuatku tersihir.
“Oh ya?”
Hardi tertawa sebentar sebelum menjawab, mungkin karena aku sudah meladeni kalimatnya dengan serius. “Sejarah akan tetap menjadi sejarah mba, fiksi juga akan tetap menjadi fiksi, yang kita lakukan hanya bagian berusaha saja.” Ia menjawabnya tak kalah serius dengan raut wajah yang sukar didefenisikan.
“Mas terkesan semacam aktivis gagal.” Komentarku tanpa maksud apapun.
Hardi tertawa lagi, kali ini lebih ke miris. “Saya bukan aktivis mba,”
“Silakan mas,” dan suara mba-mba minimarket memotong obrolan itu. Aku juga mendapat giliran di kasir yang satu lagi. Saat itu aku sempat menyesal belanja bulanan banyak karena melihat Hardi bergerak terlebih dahulu dari meja kasir.
Aku pikir itu akhirnya, ternyata Hardi menunggu di pintu mini market dengan belanjaannya yang hanya minuman dingin sekitar lima botol.
“Kamu punya bukunya?”
Aku menggeleng. “Aku malu mengakui ini, tapi aku curi baca di toko buku. Kan biasa tu mereka punya satu dua eksemplar yang terlepas dari plastiknya.”
Hardi tertawa lagi, dan semakin manis.
“Ini buat kamu, aku sudah selesai baca.”
Aku mendongak tak percaya. “Mas, saya..”
“Seharusnya kamu juga orang yang mengerti kan peran untuk memperluas literasi, anggap saja ini salah satu peran saya.”
Aku tak sempat membalas saat buku itu sudah berpindah tangan kepadaku.
“Itu teman saya sudah nunggu, saya duluan.”
“Terima kasih mas!”
“You are welcome,” Hardi menganguk kecil masih dengan senyum manisnya lalu berlari kecil, menyeberangi jalan menuju tempat temannya menunggu dengan motor.
Sedang aku, hatiku ambruk. Jatuh. Cinta.
Selesai.
Ah tentu belum. Kau pasti akan kesal jika aku selesaikan cerita ini bahkan sebelum Hardi mengenalku. Tapi meski cerita masa kampusku dengan Hardi di dalamnya belum selesai, aku beritahu saja, hingga aku resmi diwisuda Hardi tak pernah tahu namaku.
Ya jelas saja, kami tak pernah bersinggungan lagi.
Jika kau percaya dengan kisah cinta yang membuat dua tokoh utamanya bolak-balik bertemu tanpa sengaja, maka kisah kami bukanlah kisah cinta karena kebetulan hanya sekali. Setelahnya adalah rencana-rencana yang diatur.
Iya, rencana yang aku atur hingga tak perlu bertemu dengan Hardi lagi. Sebab detik aku membuka buku itu, lalu memfotonya ke grup sohib 45 (geng persahabatanku selama di kampus) secepat itu pula degupan dalam hatiku dipukul mundur. Hanya dengan satu nama di halaman pertama buku; Mahardika Ryan.
Informasi tentang Mahardika Ryan direportase langsung oleh teman baikku, Alina, anak sejarah paling update informasi. Hal ini tak lepas dari perannya sebagai aktivis aktif tingkat jurusan yang dulu berkecimpung di himpunan mahasiswa. Reportase itu ditutup dengan sebuah informasi maha singkat ‘Hardi ngga available gais’ yang sebelumnya membuat mataku berbinar setelah sekian kelumat dalam otak semasa kuliah langsung padam.
Padam, yang dipaksa padam.
Nyatanya, aku selalu mencari waktu di mana aku bisa melihat Hardi dengan memastikan ia tidak akan melihatku. Aku mulai mengikuti forum-forum yang ia ikuti, aku mulai aktif mengintip semua media sosialnya yang penuh dengan nilai dan amanat yang mengagumkan, aku mulai hapal jadwal dia muncul di halaman fakultas hukum yang kebetulan bersebarangan dengan gedung fakultasku. Dan semua yang dilakukan perempuan jatuh cinta, aku melakukannya dengan catatan secara diam-diam. Diam yang sebenarnya berisik karena dilakukan dengan bala bantuan ketiga sahabatku yang tak pernah percaya jika yang aku rasakan adalah jenis cinta seperti cinta yang mereka miliki kepada kekasih mereka.
Sebenarnya terlalu banyak hal yang bisa aku ceritakan tentang Hardi, hingga rasanya kau yang membaca juga akan terlalu pusing dan mulai mengerti kenapa aku memilih untuk hanya diam. Padahal Hardi sebagai seseorang memberikan begitu banyak kesan dan pesan yang mendalam untukku sebagai pribadi yang biasa-biasa saja.
Mungkin kau sudah mulai membayangkan, lelaki maha sempurna sedang aku perempuan biasa saja. Percayalah, ini tidak hanya tentang itu. Meski iya, Hardi terlalu sempurna untuk aku yang biasa saja. Tapi yang paling penting dari cinta dalam diam tapi berisik itu adalah, Hardi memiliki kekasih. Lalu untuk apa mengambil kesempatan menciptakan kenangan bersama seseorang yang kau yakin tak akan kau gapai?
Mahardika Ryan, jadi satu-satunya laki-laki di masa kuliahku. Sekaligus lelaki terakhir yang membuat jantungku berdegup dan menghangat. Ia adalah kisah yang tak pernah menjadi kisah dan juga cinta yang tak pernah jadi cerita cinta.
Sekian.
Eitsss...
Kau pasti kesal kan jika ini kusudahi. Lalu hanya itu?
Iya, hanya itu. Lima tahun sejak berlalu, sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki di kampus, maka lima tahun itu pula aku menutup keriuhanku perihal jatuh cinta kepada Hardi. Aku tak mengikuti media sosialnya lagi dan hal terakhir yang aku dengar dari Alina adalah, Hardi menutup semua akun media sosialnya, dan aku tak mau penasaran dengan kelanjutannya.
Maka seharusnya semua selesai, hingga hari ini saat aku membuka kolom tanya di fitur instagram stori seseorang dengan username ‘mahardikarw’ membawa kembali memori itu hanya dengan satu pertanyaan, ‘Menurut mba masih ada ngga si organisasi kayak winatra sama wirasena?’
04.01.2023
90 notes
·
View notes
Text
Love, Money, Fame
Daanu & Chitraa
by nojamsty
—
"Dengan keadaan kaki yang di gips begitu, kamu pikir mau pergi kemana?"
Daanu menutup pintu di belakangnya, tanpa mengalihkan pandanganya pada pemuda yang ingin beranjak dari ranjang rumah sakit, dan kepala yang masih terbalut perban. Dari kartu identitas yang sempat ia lihat kemarin malam, pemuda itu seusianya, dengan wajah yang terlihat lebih muda dan tampak imut untuk seorang laki-laki berusia 25 tahun.
"Siapa?"
Pertanyaan dengan suara lembut itu menyapa pendengarannya, dengan raut bingung dengan salah satu kakinya yang bebas gips tertekuk bersiap turun.
"Daanu, yang nabrak kamu semalem," Daanu mendekat, mendorong kaki pemuda itu untuk kembali lurus pada ranjang, "Maaf, salah saya nyetir dalam keadaan setengah mabuk, sampai buat kamu masuk rumah sakit, tapi saya janji bakal bertanggung jawab, jadi saya harap kamu gak ada pikiran buat ninggalin rumah sakit hari ini juga setelah sadar."
Seolah diingatkan kembali kejadian semalam, pemuda itu tampak tersentak menatap Daanu yang masih berdiri di dekatnya dengan raut wajah sendu.
"Saya gak pa-pa, terimakasih sudah mau bertanggung jawab, tapi saya harus pulang, saya gak bisa disini lama-lama."
"Nama.." pemuda itu terdiam sejenak, mendengar jeda dari lawan bicaranya, "nama kamu Chitraa 'kan?"
Pemuda itu mengangguk.
"Apa yang buat kamu berpikiran bakal ninggalin rumah sakit secepat mungkin? Saya dengar tadi pagi-pagi sekali kamu mau kabur tapi perawat melarangmu."
Chitraa menghembuskan napasnya sejenak, tubuhnya memang terasa remuk setelah ia terbangun tapi ia juga tahu tidak bisa berlama-lama di rumah sakit. Bagaimana ia bisa membayarnya nanti, atau bagaimana ia bisa menghasilkan uang jika ia hanya berbaring di rumah sakit.
"Saya harus kerja, saya butuh makan dan berarti saya gak bisa cuma tiduran disini."
Daanu hampir kehilangan kata-katanya setelah mendengar jawaban lugas tanpa keraguan dari Chitraa.
"Dari banyaknya pikiran kamu saat ini? Itu yang paling kamu khawatirkan? Chitraa maaf, selama kamu belum sembuh, kamu tanggung jawab saya."
"Dan saya bingung dengan jalan pikiranmu, bagaimana disaat seperti ini kamu berpikiran seperti itu? Jika itu orang lain, mereka akan lebih memilih menuntut saya dan meminta ganti rugi, dan kamu masih memikirkan pekerjaan dengan salah satu kaki yang tergips?"
Chitraa terdiam, terlebih melihat Daanu memijat pangkal hidungnya, seolah-olah pusing dengan jalan pikirannya.
"Saya bukan orang yang bisa membayar biaya rumah sakit, apalagi membayar seorang pengacara, daripada memikirkan itu saya harus memilih bekerja untuk menghasilkan uang."
Sadar dengan kondisi kakinya, Chitraa kini menutup wajahnya. Bagaimana ia bisa bekerja dengan kondisi seperti ini, tapi jika ia tidak bekerja bagaimana caranya menghasilkan uang. Uang dalam tabungannya pun dirasa tidak bisa menutup biaya sebulan kemudian.
"Jadi biarkan saya keluar dari rumah sakit dan saya tidak akan menuntutmu."
Chitraa dapat mendengar Daanu menghembuskan napasnya, sebelum ranjangnya bergerak karena pemuda itu duduk disisinya. Usapan lembut terasa di kepalanya tapi Chitraa masih enggan untuk melihat.
"Chitraa apa kamu tahu penyanyi MW?"
MW — mungkinkah itu penyanyi duo yang disukai Chandra?
Chitraa mendongak, Daanu bisa melihat kedua mata itu tampak memerah, mungkin ia akan menangis.
"Saya rasa itu penyanyi yang disukai anak didik saya."
Dahi Daanu berkerut. "Kamu seorang guru?"
Chitraa menggeleng. "Bisa dibilang begitu, saya seorang guru les tari, hanya itu."
"Saya salah satu personil dari MW—Wonwoo."
Sepasang netra itu tampak bergetar karena ucapannya, membuat sudut bibir Daanu terangkat. "Nickname saya Wonwoo, dan kamu mengalami kecelakaan karena saya, mungkin tidak akan lama masalah ini akan tercium oleh media, jadi saya rasa sudah kewajiban saya untuk menanggung semua masalah ini, saya tidak ingin membuat masalah ini semakin besar."
"Saya tidak akan mengatakan apapun pada media, jika itu yang kamu khawatirkan, dan kalau pun kamu ragu kita bisa membuat sebuah perjanjian, selagi kamu membayar biaya rumah sakit, saya rasa ini sudah lebih dari cukup."
Daanu menggeleng dengan jawaban itu. "Tidak, itu tidak cukup kamu masih harus menjalani serangkaian terapi sampai kamu benar-benar sembuh."
"Tapi kenapa? Aku rasa itu tidak menguntungkanmu sama sekali."
Chitraa bisa melihat sudut bibir Daanu terangkat, senyum tipis itu mengingatkan kembali padanya bahwa pemuda di hadapannya adalah seorang artis tampan, tidak di pungkiri bahwa itu membuat anak didiknya berteriak kegirangan setiap jeda istirahat latihan tari mereka kala menonton musik video dari MW.
"Itu menguntungkan saya, ini termasuk win-win solution bagi kita, kamu tahu patner saya? Mingyu?"
Chitraa mengangguk ragu, apa hubungannya dengan kecelakaan yang menimpanya, ia rasa tidak ada.
"Saya ingin keluar dari apartemennya, jadi ini bisa menjadi alasan bagi saya dan merawatmu."
Bagaimana?
Bukankah keduanya adalah sepasang kekasih? Itu yang ia dengar dari gosip antara anak didiknya.
"Apa kalian bertengkar? Saya dengar dari beberapa berita kalian berpacaran?"
Daanu menggeleng. "Saya akan mengatakan yang sebenarnya jika kamu setuju tinggal bersama saya selama masa pemulihan, untuk meyakinkan Mingyu bahwa saya akan tetap keluar dan tinggal terpisah darinya."
"Bagaimana? Kenapa saya harus tinggal bersamamu? Saya punya tempat tinggal sendiri."
"Chitraa, tolong saya walau kita kenal dalam keadaan tidak baik, saya akan menanggung biaya hidupmu selama kamu dalam masa pemulihan termasuk tempat tinggal."
Dahi Chitraa berkerut karena bingung. "Kenapa kamu seolah yakin saya tinggal sendiri, bagaimana jika saya tinggal bersama orangtuaku?"
"Maaf, saya sempat mencari tahu tentangmu semalam dan kebetulan temanmu bertemu denganku di lobi dan saya banyak bertanya tentangmu."
"Temanku?" Chitraa mengerutkan keningnya, "apa itu Junior?"
"Ya, dia menunggu diluar."
—
Author Note :
Untuk narasi awal ini, masih pakai percakapan formal ya, mungkin beberapa pembaca kurang suka tapi karena ini awal pertemuan mereka, agaknya kasar kalo langsung pakai bahasa sehari-hari, ini buat formalitas awal aja ya, mohon maaf untuk kekurangannya.
2 notes
·
View notes
Text
Untuk Apa Pemilu [Part 2]
Melihat kekuatan individu yang hanya punya satu suara, maka bisa jadi banyak yang melihat Pemilu ini agak useless: "Gua nyoblos atau nggak ya nggak ngaruh". Tapi coba logikanya dimulai dari kekuatan individu untuk mengedukasi orang sekitarnya, you have one vote but you can educate others. Educated others can educate many more. You can contribute to multiplier effects.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan atau sekadar punya literasi media, kita sebenarnya sudah punya kemampuan mencari tahu atau mengumpulkan informasi yang kredibel dan akurat.
Kitapun bisa mengajarkan orang di sekitar kita. Mulai dari bapak, ibu, paman, bibi, sampai engkong yang menganggap semua konten jarkoman dan konten di WhatsApp itu benar... yang maen langsung forward ae tanpa mengkritisi atau double check sumbernya.
Nah, lo yang tahu dan bisa kritis aja tuh udah bekal banget buat mengedukasi keluarga atau teman. Beda sih mengajak nyoblos paslon/partai ama mendidik kritis ke paslon/partai.
Jaman sekarang mempengaruhi atau ngajak orang nyoblos siapa itu berat. Tiap orang punya posisi yang berbeda.
Sejauh ini, gua ada lihat orang yang menganggap semua politisi dan janji politiknya sama, sama-sama bullshit. Ada yang udah indifferent, siapapun yang menang toh ga bakal sama saja, hidup gua bakal gini gini aja. Ada juga yang sudah 'menerima', percuma support si anu, pemenangnya sudah ketahuan.
Well, selagi ada waktu dan selagi gua punya pilihan, gua akan terus berpikir positif dan logis. Menggunakan kanal-kanal pribadi untuk edukasi politik teman-teman follower Tumblr (11k) dan Instagram (1k+).
Semoga setiap kita mengusahakan yang terbaik.
Pengen deh DPR itu isinya bukan artis, tapi aktivis; bukan pengusaha, tapi pengacara; bukan anak pejabat, tapi orang-orang hebat.
Nah, masih ada waktu mengedukasi diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
11 notes
·
View notes
Text
Beberapa Tips Memilih Universitas yang Tepat.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya. Dan untuk alasan tertentu, ada banyak orang mencoba untuk mendapatkan pendidikan sarjana atau pasca sarjana dari universitas mana pun yang memiliki reputasi baik. Namun, menemukan universitas terbaik untuk Anda tidak hanya ditentukan oleh reputasi universitas saja. Ada banyak aspek yang harus Anda pertimbangkan dengan hati-hati sebelum memilih tempat belajar tertentu.
Pertimbangan pertama adalah tujuan Anda. Putuskan saja mengapa Anda melanjutkan studi di universitas. Jika Anda ingin meningkatkan karir masa depan Anda, pilih universitas mana saja yang menjadi pemimpin dalam derajat tertentu yang ingin Anda capai. Misalnya, jika Anda ingin belajar menulis kreatif University of East Anglia akan menjadi pilihan terbaik. Atau, Anda bisa memilih University of Oxford jika Anda tertarik untuk belajar bisnis.
Namun, memilih subjek tertentu entah bagaimana membingungkan. Jika Anda telah memutuskan mata pelajaran tertentu untuk dipelajari terkait dengan rencana karir masa depan Anda, itu akan lebih mudah. Anda hanya perlu mengambil mata pelajaran yang berkaitan dengan tujuan masa depan Anda. Misalnya, Anda dapat mengambil hukum jika Anda berencana menjadi pengacara. Tetapi jika Anda belum memutuskan rencana tertentu untuk masa depan Anda, Anda dapat memilih mata pelajaran tertentu yang Anda kuasai.
Pertimbangan kedua adalah lokasi universitas. Pastikan Anda harus senang tinggal di kota atau lingkungan tertentu. Mengapa? Sangat penting bagi Anda untuk menikmati kehidupan di sana karena Anda akan menghabiskan setidaknya delapan bulan setahun untuk tinggal di sana. Pertimbangkan jarak dengan kampung halaman Anda karena itu akan menjadi aspek penting juga. Jika Anda ingin merasakan hidup mandiri, Anda dapat memilih universitas sejauh yang Anda bisa. Tetapi jika Anda masih ingin pulang dan mengunjungi orang tua Anda kadang-kadang, lebih baik Anda memilih yang lebih dekat.
Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah biaya. Tentunya menjadi hal yang penting untuk dipersiapkan ketika akan memasuki universitas manapun. Universitas yang berbeda mengharuskan Anda membelanjakan jumlah uang yang berbeda. Namun, Anda masih dapat mendaftar untuk program beasiswa apa pun yang untungnya tersedia dalam banyak jenis.
Akan ada banyak pilihan Global Entrepreneurial University untuk Anda. Tentunya, apa yang harus Anda lakukan untuk menemukan universitas terbaik untuk Anda, bukan universitas terbaik berdasarkan peringkat. Jika Anda berpikir bahwa universitas-universitas terbaik di dunia adalah lingkungan yang tepat untuk Anda pelajari, tentu itu akan sangat bagus. Namun, jika Anda tidak senang belajar di sana, Anda hanya perlu mengambil pilihan lain.
Hingga saat ini, Harvard University di Cambridge, Massachusetts USA masih menempati posisi teratas universitas terbaik di dunia. Sekolah ternama Ivy League ini meraih nilai sempurna 100.00. Ini adalah universitas tertua di AS yang didirikan pada tahun 1636. Posisi kedua adalah Universitas Cambridge di Cambridge, Inggris Inggris. Sedangkan posisi ketiga adalah Yale University di New Have, Connecticut, USA.
Sekarang, Anda bisa mulai mempertimbangkan universitas mana yang paling cocok untuk Anda. Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum memilih dan masuk universitas akan menjadi hal yang bijak untuk dilakukan.
2 notes
·
View notes
Text
Sehelai Akur dan Segenggam Jujur
“Assalamu’alaikum, yang.” Suara ketukan pintu beriring salam terdengar, Sarah langsung bergegas untuk menyambut suaminya pulang kerja.
“Wa’alaikumussalam, sayaang.” Balas Sarah sambil memeluk suaminya. “Duh, kamu pasti capek, sebentar ya. Aku buatin teh chamomile dulu. “
Namaku adalah Sarah Charlotte. Orang-orang banyak yang heran dengan namaku. Tentu saja, perpaduan nama ala Belanda dan Timur Tengah tidak banyak ditemui di sini. Selain unik, ada aja yang bilang bahwa namanya tidak cocok.
Jujur, sekarang aku sedang kebingungan. Sudah hampir 3 bulan kami menikah, namun Aku rasa Karl masih belum mau terbuka tentang profesinya. Setahuku, dia merupakan seorang pengacara. Tapi, ia sama sekali tidak pernah cerita apapun terkait teman kerjanya, kesulitannya, maupun kesibukannya di kantor.
Yang semakin meningkatkan rasa curigaku, kemarin lusa Lily (salah seorang tetangga) mengabari, bahwa ia melihat Karl keluar dari Rumah Sakit dengan baju yang berantakan. Bahkan, sekilas terlihat percikan noda darah di lengan bajunya. Padahal ketika di rumah, bajunya rapi dan bersih.
“Sayang, ini tehnya ya.” Ujarku sambil merapat ke pelukan Karl yang tengah duduk di sofa.
“Yang, aku ngerasa kayak orang paling bahagia sedunia tahu.” Ucap Karl tiba-tiba.
“Apaan sih? Kok tiba-tiba ngomong gitu?” Balasku.
“Bayangin aja, pulang kerja dipeluk istri, dibuatin teh, terus ngobrol santai kayak gini. Aku yakin para jomblo di luar sana banyak yang nangis kalau tau hidupku sebahagia ini. Haha.”
“Dih, malah gombal. Ga jelas. Aneh. Jelek. Sok keren. Huu.” Ledekku sambil tersenyum.
“Siapa yang gombal sih. Aku jujur kok ini, dari hati yang paling luar.”
Suamiku ini memang suka aneh. Harusnya kan hati yang paling dalam. Tadi pagi lebih parah. Dia nanya, menu apa yang paling enak. Aku jawab nasi padang plus rendang. Kata dia salah. “Jawabannya, menua bersamamu.” Ya ampun, waktu aku bilang penasaran sama isi kepalanya, malah dibalas, “Kepalaku isinya cuma kamu, sayang.”
“Dasar ga lucu, mana ada hati di luar. Yaudah, katanya kamu jujur. Aku mau tanya, kemarin lusa kamu ngapain? Kata Lily, dia lihat kamu keluar Rumah Sakit sekitar jam 5 sore. Yang sakit siapa? Bukannya kamu kerja?”
“Hah? Rumah Sakit? Mana ada. Dia salah lihat kali. Kemarin lusa sore itu, aku lagi rapat sama klien di Kafe. Ada kasus terkait harta warisan keluarganya. Kalo ga percaya, kamu bisa ikut aku besok. Kita ada janji ketemu.”
“Hmm, gitu ya. Iya deh, percaya. Maaf ya sayang aku curiga. Habisnya, aku kepikiran. Pengacara ngapain kok bisa keluar dari Rumah Sakit.”
“Gapapa kok, itu kan tandanya kamu perhatian. Aku malah sedih kalau kamu pura-pura ga tahu.” Balas Karl dengan lembut.
Saat itu, aku tidak menyadari bahwa Karl ternyata menghela napas lega. Lalu tersenyum tipis.
Keesokan harinya, aku menjalankan aktivitas seperti biasa. Pagi hari, sarapan sudah siap sedia. Siapa lagi yang menyiapkannya kalau bukan Karl. Ketika waktunya kerja, ia selalu berangkat sebelum aku bangun tidur. “Emang si paling workaholic,” gumamku.
“Tok, tok tok! Halo, Permisi! Ada orang di rumah!?”
Aku sempat heran, siapa ya yang datang. Aku kan belum check out belanjaan. Saat kuintip, ternyata benar kurir paket. Mungkin Karl memesan barang. Aku pun langsung membuka pintu.
“Iya, Pak. Suami saya memesan bar…” Loh, kepalaku kok tiba-tiba pusing? Kesadaranku perlahan memudar.
--
“Sar, Sarah! Ayo bangun, please! Sayang! Bangun, sayang!”
Mataku perlahan terbuka, aku perlahan mencoba mencerna suasana di sekelilingku. Tempat ini begitu berdebu, barang elektronik berserakan di mana-mana. Bahkan, lampu ruangan pun hanya remang-remang menerangi. Sepertinya aku ada di sebuah gudang. Kok bisa?
“Alhamdulillah, Alhamdulillah ya Allah. Syukurlah. Akhirnya kamu sadar. Kamu gapapa kan? Ada yang sakit gak?” Suara Karl terdengar sangat panik.
“Sakit? Ngga kok. Tadi aku lagi mau nerima paket kamu. Terus…, oh iya. Kok kita bisa ada di sini ya? Yang lebih penting, kok bibir kamu berdarah sih? Ada apa semua ini?” Balasku bingung.
“Maafin aku, Sar. Ini semua salahku. Gara-gara aku takut untuk jujur sama kamu terkait pekerjaanku. Aku takut, kalau kamu tahu semuanya, kamu bakal terancam bahaya. Aku takut kamu terluka, Sar. Aku gak nyangka bakal ada kejadian kayak gini.”
“Sekali lagi maaf ya, Sar. Sekarang, dengar baik-baik. Aku bakal ceritain semuanya ke kamu, tanpa terkecuali.”
2 notes
·
View notes
Text
Day 7: Favourite Movie
Kalo ditanya apa film favoritku ...banyak.
Ga ada yang specific dari genre apa. Yang pasti biasanya film-film yang feeling-good abis nonton, most likely pasti aku suka.
Jadi aku gunakan post ini untuk ngelatih caraku menulis premis dari film-film favoritku dalam beberapa kalimat.
Under The Tuscan Sun (2003)
Hidup Frances runtuh saat tahu suami selingkuh dengan wanita lain. Dalam keadaan depresi, dia mendapat hadiah dari sahabatnya sebuah perjalanan ke Tuscany, Italy. Di mana dia memutuskan untuk memulai hidup baru di kota Cortona. Dengan harapan untuk bisa menemukan kebahagiaan; membangun keluarga, merayakan hidup, dan menemukan cinta. Siapa sangka jika semesta memberikan apa yang diinginkannya tepat seperti apa yang dibutuhkannya, walau bukan persis seperti apa yang diinginkannya.
Mrs. Doubtfire (1993)
Setelah melewati proses perceraian, Daniel memiliki waktu yang terbatas untuk bertemu dengan anak-anaknya. Untuk mendapatkan waktu lebih dan bisa selalu bersama dengan anak-anaknya, Daniel menyamar menjadi seorang asisten rumah tangga di rumah mantan istrinya.
Miracle on 34th Street (1994)
Berbagai keajaiban kecil yang Kris Kringle lakukan membuat seorang pengacara dan seorang gadis kecil berusaha membuktikan kalo Kris Kringle adalah Santa Claus yang sebenernya. Sebuah cerita hangat bagaimana keajaiban natal menjelma menjadi nyata.
So, what do you think? Have you watched those movies?
2 notes
·
View notes
Text
The Ultimate Goal
Beberapa tahun yang lalu, saya mengikuti sebuah kajian di Masjid Nuruzzaman. Saya lupa siapa nama ustadz yang mengisi dan apa materi utama kajiannya. Saya juga belum berhasil menemukan catatan dari kajian tersebut. Namun, ada sebuah momen dari kajian tersebut yang sampai sekarang tidak pernah terlupakan: pembahasan tentang cita-cita.
Ustadz tiba-tiba bertanya tentang cita-cita jangka pendek peserta kajian. Peserta kajian (yang mayoritas mahasiswa) menjawab cita-cita jangka pendeknya adalah mendapat IPK cum laude, wisuda tepat waktu, mendapat pekerjaan, dan lain sebagainya. Ustadz pun mengiyakan dan mengaminkan.
Kemudian, ustadz bertanya lagi, namun kali ini pertanyaannya tentang cita-cita jangka menengah. Mayoritas menjawab cita-cita yang ingin dicapai kira-kira 10-20 tahun lagi seperti punya rumah, mobil, jadi dokter atau pengacara ternama, dan lain sebagainya. Ustadz kembali mengaminkan namun tidak mengiyakan. Ustadz kemudian menyampaikan bahwa yang disebut peserta sebagai cita-cita jangka menengah merupakan bagian dari cita-cita jangka pendek. Cita-cita jangka menengah seorang muslim adalah meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Seketika semua peserta terhenyak dan menganggukkan kepala.
Ustadz bertanya lagi kalau cita-cita jangka menengah adalah meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Kira-kira apakah cita-cita jangka panjang? Kali ini, karena telah mendapat clue, mayoritas peserta menjawab bahwa cita-cita jangka panjang adalah masuk surga. Ustadz pun mengaminkan dan memberi tambahan: cita-cita jangka panjang adalah masuk surga dan bertemu dengan Allah. “Inilah yang harus menjadi ultimate goal (tujuan utama) seorang muslim”, pesan ustadz.
Beberapa tahun berselang, ketika membaca terjemah surah Al-Kahf ayat 110, saya baru menyadari bahwa pesan ustadz ternyata sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an bahkan hampir setiap pekan dibaca.
قُلۡ اِنَّمَاۤ اَنَا بَشَرٌ مِّثۡلُكُمۡ يُوۡحٰٓى اِلَىَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمۡ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ ۚ فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. al-Kahf [18]: 110)
Dalam buku Lessons from Surah Al-Kahf, Dr. Yasir Qadhi menjelaskan bahwa ada dua kondisi yang harus dipenuhi agar kita bisa bertemu dengan Allah: iman dan amal shalih. Kita harus berbuat kebaikan dengan ikhlas dan semata-mata hanya karena Allah. Dan ketika kita menemukan bahwa niat kita bergeser kepada selain Allah, maka kita harus segera kembali kepada Allah untuk mencari perlindungan dan ampunan-Nya. Berikut adalah do’a yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Abu Bakar r.a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, agar tidak menyekutukan-Mu, sedang aku mengetahuinya dan minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui."
Apabila kita merasa riya’, segeralah baca do’a ini dan Allah akan menghapus perasaan tersebut. Kita membaca do’a kepada Allah untuk diberikan keikhlasan dan selalu memonitor agar apa-apa yang kita lakukan semata-mata fi sabilillah.
Wallahu a'lam bish-shawab
---------------------------------------------------------------
Tulisan lain tentang kebaikan:
A Good Word
The Everlasting Good Deeds
Belajar Istiqomah dalam Kebaikan
1 note
·
View note
Text
Hello again tumblr. After all this time, aku mau bilang terimakasih Tuhan Yesus. Untuk semuanya. Jadi seorang ibu dengan banyak belajarnya. Masih banyak pun yang harus dipelajari. Gak mau terlalu idealis, ternyata mengurus anak pun memang butuh air mata. Katanya menjadi orang tua salah satu hal.yang dapat menjadikanmu humble. Tuhan bekerja. Tuhan tau. Tuhan peduli. Tuhan Yesus baik. Untuk sekarang ini, kadang masih terlintas gimana ya caranya aku bisa kerja remote. Pengen tambah2 penghasilan tp gak pengen tinggalin anak. Jujur bener2 udah gak mau lagi aku kerja kantoran, kecuali jadi notaris. Atau mungkin pns ya okelah. Tp better notaris juga drpd PNS dari segi waktu menjaga anak. Pokoknya semenjak ada Nick, gak mau lepas dari menjaga Nick. Cucian, strikaan bahkan urusan mandi aja dibiarkan belakangan, apalagi pekerjaan. Juga masih dalam doa, mari kita usahakan menjadi pengusaha. Jualan hampers, jualan kue, brownies, cake2 bahkan bisa own a cafe. Amin. Amin. Dalam nama Tuhan Yesus. Kita usahakan itu semua ya Mama Nick. Papi J, doaku kadang2 berubah-rubah. Aku pernah memohon banget mau jadi Hakim, Pengacara. Sekarang aku pengen jadi notaris. Papi J, tata gak tau apa-apa. Tata tau pasti Papi J mengatur kehidupan tata dengan baik adanya.
Nick, mama minta maaf ya untuk semuanya. Kadang mama kesel karna Nick rewel. Kadang mama kesel karna mama udah ngantuk tp Nick masih mau main. Maaf ya Nick. Kadang mama kurang percaya diri. Mama terpilih sebagai seorang Mama, seorang ibu yang mampu membuat Nick merasa nyaman,aman. Maafkan mama nak. Mama gak sempurna tapi mama mau mengusahakan yang terbaik.
Mama sayang Nick
0 notes
Text
,,Breaking New's"
~~~☆~~~
JOURNALIS MENGAMATI PERABOWO SUBIANTO POSITIV 100% MELANGGAR HUKUM HAK AZAZI MANUSIA (HAM)
----------
UTUSAN RAKYAT : Didalam Negara Indonesia menjalankan peraturan Undang Undang bersandikan Hukum, berpegang teguh dan berpijak dengan kokoh di atas dasar dasar Firman Tuhan YME, tersimpan tercatat dalam isi kandungan Kitab Kitab Sucinya Firman Tuhan tersebut. Sedangkan didalam Negara yang Mayoritas warga penduduknya anti Tuhan anti ajaran Agama (Ateis). Namun sebagian besar peraturan Undang Undang yang berlaku Sah dalam Negara mereka mengikuti ajaran Agama yang Tuhan berikan pada Manusia. Karena petunjuk melalui Kitab yang mengandung isi ajaran Agama mengarahkan Manusia untuk melakukan kebaikan hidup di muka Bumi. Dan Tuhan berfirman didalam Kitab Suci Al Qur'an Nulkarim, kata Tuhan barang siapa yang melakukan kebaikan Aku melihat dari tangan siapa yang bergerak melakukan kebaikan itu. Dan begitu jugak bila Manusia melakukan kejahatan, kata Tuhan Aku melihat dari tangan siapa yang bergerak melakukan kejahatan bersumber dari dalam lubuk Hatinuraninya. Karena tidak bisa Manusia melakukan suatu perbuatan apabila tidak terlebih dahulu muncul dan lahir dari dalam Hatinurani Manusia rencana segala sesuatu yang akan dilakukan oleh Manusia. Jika anda sebagai pemirsa dari kaum umat islam kurang percaya boleh anda periksa dalam Kitab Suci Al Qur'an Nulkarim ada atau tidaknyaTuhan berfirman sedemikian rupa seperti apa yang saya katakan.
Jika ada Profesor dan Pengacara mengatakan Perabowo Subianto tidak melanggar peraturan Undang Undang Hak Azazi Manusia (HAM). Saya sebagai Jurnalis sekaligus mengamati pergerakan Pemerintah Negara Indonesia, saya melintangi dan saya mengatakan Perabowo Subianto Positiv sebagai pelaku tindakan kejahatan pelanggaran HAM. Jika kalian katakan Penculikan Pembantaian Pembunuhan yang di lakukan oleh Perabowo Subianto atas insteruksi atau atas perintah Pimpinanya, walaupun atas Perintah President Suharto dan IsterinyaTin atau suruhan dari seluruh pihak keluarga Suharto bahkan itu perintah berdasarkan dari Eks Jenderal Beny Murdani serta Wiranto sebagai Panglima Perang dalam jajaran TNI ketika itu. Namun tekanan dari peraturan Undang Undang yang pertama di ambil nilai bukan dari arah insteruksinya. Peraturan Undang Undang menilai kamu Perabowo Subianto sebagai Manusia yang waras pola fikirnya untuk menimbangkan perkara yang buruk dan yang baik untuk kamu lakukan. Kenapa kamu lakukan perintah menculik membunuh membantai menghilankan nyawa Manusia yang tidak setimpal dengan perbuatan Dosanya orang yang kamu hilangkan nyawanya itu.
Sedangkan Tuhan telah mengarahkan pada Manusia sebagai Hambanya untuk melakukan kebenaran dan berbuat kebaikan. Maka dari itu Tuhan berikan akal Fikiran pada Manusia agar Manusia gunakan Fikiran untuk sebagai alat Timbangan, akal fikiran gunanya untuk menimbang mana perbuatan yang baik dan yang mana perbuatan yang buruk. Tuhan hanya perintahkan pada Manusia agar Manusia melakukan kebaikan dan tidak ada sepatah ayat pun sebagai Firman Tuhan mengatakan Tuhan membenarkan dan mengarahkan Manusia untuk melakukan tindakan kejahatan. Kalau memang dari awalnya telah tertanam niat baik didalam lubuk Hatinurani Perabowo Subianto. Dari siapa pun mengarahkan untuk Perabowo Subianto melakukan tindakan kejahatan harus bisa ditolak. Soal ancaman hilang jabatan hilang harta dan berpisah dari isterinya sebagai anak President Suharto. Harus diterima kalau dari awalnya Perabowo Subianto memang telah tertanam niat baik dalam Hatinuraninya. Tetapi karena dari awalnya niat jahat dan fikiran kotor telah tertanam terlebih dahulu sebelum tindakan kejatan dilakukan oleh Perabowo Subianto. Maka dengan sedikit perintah saja Perabowo Subianto langsung mengambil tindakan. Karena sikap Perabowo Subianto ibarat Api tersiram minyak Petrol langsung timbulkan bakaran yang memunahkan lahan. Karena itu tadi, sudah dari awal ada niat busuk dan fikiran kotor untuk berbuat zalim akibat cari muka pada Bapak dan Mamak Mertua akhirnya tak lepas Ikan dari pukat Jaringanya. Sudah memang jahat kok sikapnya Perabowo Subianto ditambah lagi dengan rempah bumbu bumbu dari pihak kelurga Bapak Mertua dan Mamak Mertua. Makanya saya katakan Perabowo Subianto Positiv 100% sebagai pelaku tindakan kejahatan pelanggaran HAM. Sebab memang sudah ada tertanam sifat dan sikap jahat dan bejat didalam diri Perabowo Subianto yang tega melakukan tindakan kejahatan menghilangkan nyawa orang lain yang belum pasti orang itu berdosa. - Naskah ditulis By Rambun Pamenan.
0 notes
Text
Rayyan Adipati; A Lawyer’s Eye Beyond the Courtroom.
Profil:
Nama Lengkap: Rayyan Adipati
Nama Panggilan: Rayyan / Yayan / Iyan
Tempat, Tanggal Lahir: Bukittinggi, 4 November 1996
Kewarganegaraan: Warga Negara Indonesia
Domisili: Jakarta
Pekerjaan: Lawyer
Latar Belakang:
November, bulan dimana cuaca memasuki musim penghujan awal. Di saat rintik air tengah mengguyur kota Bukittinggi dengan derasnya, ada tangisan yang tidak kalah kerasnya dengan riuh hujan. Dua insan merayakan suka cita atas kelahiran bayi laki-lakinya, dinamakan ia Rayyan dengan arti Air yang Melimpah serta Bijaksana karena orang tuanya merasa telah dilimpahkan berkah atas kelahiran anak tersebut. Diakhiri dengan Adipati yang membawa doa agar ia tumbuh menjadi seseorang yang berwibawa dan berjiwa pemimpin.
Tumbuhlah ia diantara keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang sebagai anak kedua laki-laki, dikelilingi oleh seorang Ayah berdarah Minang dengan perangainya yang agak keras, seorang Ibu berdarah Jawa yang lembut namun tegas, serta kakak perempuan yang suka memanjakan adiknya.
Kehidupan sekolahnya diwarnai dengan hal-hal yang sewajarnya seperti ditolak cinta pertamanya di bangku SMP, mendapat hukuman karena tidak membawa topi di hari Senin saat jadwal upacara, serta dirinya yang entah mengapa selalu dipercayakan untuk menjadi ketua pelaksana pensi tahunan sekolah.
Saat masuk kuliah, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan menjadi mahasiswa FH Ilmu Hukum UI. Ayahnya sempat bertentangan dengan ini, memandatkan ia untuk meneruskan usaha sang Ayah saja, namun ia dengan keras kepala tetap ingin melawan arus stereotipe orang Minang yang pandai berdagang. Dengan kemurahan hati sang kakak yang rela untuk mengambil tempatnya, menjaga toko milik keluarga kami, Rayyan berhasil kabur dari murka sang Ayah. Maka kemudian ia melewati masa-masa pelajarnya di kota dengan segala coraknya itu.
Dan disinilah ia, berusia 28 tahun dengan keseharian menghadiri sidang sebagai pengacara, memberikan jasa konsultasi atau bantuan hukum kepada yang membutuhkan. Kesehariannya juga ditemani sang pacar manisnya, Julio Aristama, hidupnya menjadi lebih berwarna setelah memadu kasih bersama dengan Julio. Kekasihnya yang berprofesi sebagai model itu kerap menemaninya sidang di saat ia tidak ada jadwal pemotretan, ia adalah support system nomor satu kebanggaan Rayyan.
Tidak seperti penampilannya yang kaku, ia sangat menghargai hobi fotografinya. Kesenangannya dalam menjepret objek dan mengabadikan momen sudah ditekuninya sejak kamera pertamanya ia dapatkan dari sang Ayah di umur 10 tahun. Apa yang paling senang ia potret? Tidak lain ialah pacarnya sendiri yang selalu siap berpose saat lensa membidik. Lagipula ia sendiri tidak pernah mengakui adanya hal lain yang lebih indah daripada cinta di hidupnya itu.
Jejaring Sosial:
Akun pribadi serta akun yang digunakan untuk arsip fotografinya:
@rayyanadipati @stealofglances
0 notes
Text
Tzuyang tengah menghadapi kasus hukum terkait pelecehan, pemerasan, dan ancaman dari mantan pacarnya sekaligus CEO agensi terdahulu. Surat wasiat mantan pacar YouTuber itu terkuak dan berisi hal mengejutkan.
Tzuyang kini tengah berhadapan dengan konflik hukum yang berawal dari hubungan asmaranya di masa lalu. Mantan pacarnya, yang dikenal sebagai "Tuan A", diduga telah menyerang, memeras, dan mengancam YouTuber mukbang itu selama lebih dari empat tahun sebelum kematiannya.
Pada tanggal 24 Juli, JTBC menguak bagian dari surat wasiat atau catatan bunuh diri Tuan A yang berisi pengakuan mengejutkan. Dalam catatan tersebut Tuan A membantah telah menyebarkan rumor tentang masa lalu Tzuyang dan mengungkapkan rasa frustrasinya atas tuduhan tersebut.
Tuan A juga mencatat keinginannya untuk menghindari konflik, balas dendam, atau perselisihan lebih lanjut, meskipun ia mengaku telah menganiaya Tzuyang dan memeras dirinya selama beberapa tahun. Tuan A menyatakan penyesalan atas tindakannya.
Sebelumnya, tim Tzuyang telah merilis panggilan telepon antara pengacara mantan pacarnya, Tuan B, dan YouTuber perusak dunia maya yang dikenal sebagai Gu Je Yeok. Dalam panggilan tersebut, Tuan B menyatakan, "Saya hanya memberikan informasi; terserah pada Gu Je Yeok untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya."
Tuan B mengklaim bahwa kliennya, mantan pacarnya, membuat keputusan untuk mengungkapkan informasi tentang Tzuyang. Namun, catatan bunuh diri Tuan A justru mempertanyakan mengapa Tuan B mengaku membicarakan masa lalu Tzuyang meskipun mereka telah sepakat untuk menjaga kerahasiaan.
Pada tahun 2022, Tzuyang mengajukan gugatan terhadap mantan pacarnya atas pelecehan dan pemerasan yang dialaminya selama empat tahun. Dia membatalkan tuntutannya setelah mantan pacarnya setuju untuk membayar sebagian dari pendapatannya dan menandatangani perjanjian kerahasiaan.
Namun, dua bulan kemudian, YouTuber Gu Je Yeok menerima informasi dari Tuan B dan mengirimkan email ancaman ke agensi Tzuyang. Percaya bahwa mantan pacarnya telah melanggar perjanjian, Tzuyang mengajukan pengaduan lain.
Tuan A dalam catatannya juga menyatakan bahwa, mengingat kesehatannya yang buruk, mustahil baginya untuk menyebarkan rumor tentang masa lalu Tzuyang, yang bertentangan dengan klaim Tuan B. Tuan B juga dilaporkan telah memeras puluhan juta KRW dari Tzuyang dengan mengancamnya, memintanya untuk mempromosikan produknya, dan mendapatkan kontrak konsultasi bulanan senilai 1,65 juta KRW (sekitar Rp19 juta). Dia mengklaim bahwa tindakannya hanya karena rasa frustrasinya karena mabuk, tetapi dia menerima bayaran berdasarkan kontrak yang sah.
Tuan B berkomentar di blognya bahwa keputusan untuk memberi tahu Gu Je Yeok dibuat oleh kliennya, mantan pacarnya. Ia juga menyebutkan di media sosialnya bahwa ia akan memberikan pernyataan tambahan.
Dalam siaran langsung, Tzuyang mengungkapkan bahwa mantan pacarnya dan kepala agensinya melakukan penyerangan, ancaman, dan pemerasan selama empat tahun, dimulai dengan pornografi balas dendam. Dia juga menyebutkan bahwa dia diancam dan diperas oleh apa yang disebut sebagai "penghancur dunia maya" seperti Je Yeok dan Guk Jin.
Asosiasi Pengacara Korea menyatakan bahwa jika tuduhan terhadap Tuan B benar, maka mereka memerlukan tindakan disipliner dan saat ini sedang menyelidiki faktanya. Tuan B telah dipecat dari posisinya sebagai jurnalis resmi di sebuah perusahaan media.
Kisah ini menyoroti bagaimana pentingnya memahami dan menelaah setiap informasi yang diterima, serta tindakan tegas dalam menghadapi ancaman dan penipuan demi menjaga integritas.
0 notes
Text
┌────soonwoo au
by nojamsty
—ᵖᵃʳᵗ ᵒᶠ ꜱᴀᴜᴅᴀᴅᴇ
✓✓✓
Saat Wonwoo datang dan masuk ke dalam rumahnya, menariknya yang masih sibuk di halaman belakang dengan keadaan tangan yang kotor dengan tanah keluar rumah dan memintanya ikut tanpa penjelasan selain kata Soonyoung mungkin dalam bahaya, mampu membuatnya tanpa banyak tanya mengikuti Wonwoo. Tapi tetap saja, pertanyaan masih mengantri di dalam kepalanya. Apalagi ketika Wonwoo menyerahkan ponselnya dan mengatakan bahwa ia harus memantau Soonyoung dengan gpsnya.
"Maksud lo gimana sih Won?"
Diantara bisingnya deru motor, Seungcheol yang duduk di belakang Wonwoo berbicara sedikit kencang, karena tidak mengetahui maksud dari perkataan Wonwoo dalam pesan singkatnya tadi dan tanpa penjelasan lebih lanjut dari pacar adiknya itu.
"Jadi gue tuh sebenernya sering diajakin mabar sama Hyuk di kosan, lo tahu sendiri 'kan hobi kita nge-game kalau gak lagi futsal.." Wonwoo melirik sekilas pada spion motornya, "Nah, akhir-akhir ini dia sering ngajakin taruhan sama gue, biasanya emang taruhan sih.."
"Ya terus?"
Dari perkataan Wonwoo, Seungcheol belum bisa menarik kesimpulannya karena dia sendiri tahu bahwa teman yang duduk di samping bangkunya sering mengadakan taruhan, bukan hal yang aneh lagi diantara mereka.
"Dia nyuruh gue putus sama Soonyoung kalau gue kalah.."
Dahi Seungcheol berkerut bingung. "Lah kok gitu? Lagi stress apa dia Won?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Gue gak tahu, awalnya gak gue anggap gak serius sih, cuma kemaren tuh gue pas mau buang sampah di kamar kosan gak sengaja lihat sticky note di depan kamar dia, udah lusuh sih.." Wonwoo menghela napasnya sejenak, "udah kayak habis di buang gitu, pas gue baca itu kayak apa ya.." Wonwoo sedikit berpikir untuk mencari kata yang cocok, "kayak kata-kata yang biasanya di kirim Mr. Cat ke Soonyoung gitu, apalagi pakai tulisan komputer 'kan."
"Gue pikir ngapain ada di depan kamar dia, ya udah gue kantongi 'kan itu, terus iseng pura-pura mau ngajakin dia mabar, gue masuk kamarnya, gue emang udah sering masuk kamarnya, lo juga gitu 'kan, gak ada yang mencurigakan sama sekali, tapi dia kayak marah gitu.."
"Asli sih gue bingung banget sama tuh bocah.."
"Terus semisal nih, ternyata dia Mr. Cat gimana?" Wonwoo bertanya sedikit menolehkan kepalanya, "ada kemungkinan enggak?"
Bahu Seungcheol tegang, bukan hanya dari perkataan Wonwoo tapi dari layar ponselnya. "Soonyoung udah gak bisa di lacak.."
Wonwoo menghentikan laju sepeda motornya detik itu juga, beruntung mereka tidak terpental karenanya. "Soonyoung.." Wonwoo menoleh cepat, "apa?!"
Seungcheol menunjukkan layar ponselnya. "Beneran udah gak ada jejaknya."
"Dimana terakhir kali mereka berhenti, sekarang coba lihat punya Hyuk.."
Degup jantung keduanya terasa menyesakkan dada, bertalu-talu seolah-olah bisa menjebol rongga dada mereka, takut akan kemungkinan terburuk. Tidak ingin prasangka keduanya menjadi benar. Seungcheol dengan jari gemetarnya mulai kembali mencoba melacak keberadaan Hyuk.
✓✓✓
✓✓✓
Karena tidak memiliki petunjuk apapun dan ini cukup beresiko keduanya memilih berhenti di sebuah ruko kosong dan segera menelepon Pengacara yang di percayakan oleh Ayah Seungcheol, dan berjaga-jaga Wonwoo ikut menelpon Seulgi untuk datang. Tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada Soonyoung, jika saja Wonwoo menyadarinya sejak awal bahwa teman satu kost dengannya mungkin saja memiliki ketertarikan pada Soonyoung, ini tidak akan terjadi.
"Soonyoung belum bisa juga di hubungin.." Seungcheol berucap pelan, dan Wonwoo sadar bahwa temannya sedang mencoba menekan suaranya yang bergetar.
Jika Soohyuk adalah Mr. Cat kemungkinan itu bisa saja terjadi, selain dia berteman dekat dengannya dan Seungcheol, ia juga memiliki akses keluar masuk dengan bebas sepertinya di rumah Soonyoung. Dan jika Wonwoo mengingat kembali, ia sering kali melihat Soohyuk berdecak tiap kali ia menceritakan bagaimana Soonyoung dan dirinya yang bertengkar karena hal kecil, pandangan tidak sukanya sering kali menggangunya, tapi Wonwoo tidak pernah mengambil pusing, mengingat bagaimana kepribadian Soohyuk.
Satu notifikasi muncul di layar ponsel Wonwoo. Ia membukanya ketika membaca itu dari Seulgi. Dan keseluruhan data muncul di layar ponselnya. "Cheol.."
Seungcheol menoleh dengan bingung melihat raut wajah Wonwoo. "Kenapa?"
"Lo tahu gak kenapa Hyuk pakai nickname Mr. Cat?" Wonwoo memijat pangkal hidungnya, "kenapa dia bisa pakai nama itu?"
Dari data yang dikirim Seulgi, Wonwoo tidak dapat menemukan fakta kenapa Soohyuk menggunakan nickname itu yang membuat mereka akhirnya mencurigai Junhui daripada Soohyuk sendiri.
"Kenapa bisa pakai nickname yang pernah dipakai Jun?"
Dahi Seungcheol berkerut, mencoba menggali beberapa ingatan yang mungkin saja terlewatkan olehnya dan ia sadar satu hal, jika ia melupakan sesuatu yang mungkin saja menjadi salah satu alasan Mr. Cat ada. "Gue gak yakin ini bener, tapi gue sama Hyuk udah kenal sejak SMP dan dia emang tahu kalau Soonyoung dulu punya secret admirer, selain itu dia tahu gue pernah ngamuk karena masalah Ten, gue sekelas terus sama Hyuk mungkin ya karena itu juga.."
"Ah!" Seungcheol berdecak, "gue rasa dari awal dia emang bikin kita curiga sama Jun atau siapapun di sekitar Soonyoung tapi gue tahu kenapa Jun.."
"Kenapa?"
"Waktu di OSIS dulu mereka pernah sempet cekcok sih, awalnya dari persaingan jadi ketua, terus gue kurang tahu kenapa mereka sempet berantem selesai rapat gitu.."
"Serius?"
Seungcheol mengangguk. "Gue gak pernah tahu apa sebabnya karena Hyuk gak pernah mau cerita dan gue dulu belum kenal deket sama Junhui, tapi satu sekolah heboh karena mereka sih.."
"Berarti sekarang kita butuh hubungin Junhui.."
"Anjing? Setelah kejadian kemarin, lo masih berani ngehubungi Junhui Won? Yang bener aja.."
Wonwoo bingung. "Lah, emangnya kenapa? Sekarang Soonyoung lebih penting, yang lain pikirin belakangan aja."
Tapi suara klakson menghentikan percakapan keduanya, mobil Jongsuk berhenti di depan mereka.
✓✓✓
___
✓✓✓
Mereka akhirnya berhenti, tepat di pinggiran kota, jauh dari kata bising dan hiruk-pikuk. Seungcheol melempar pandangannya ke arah Wonwoo yang masih terpaku pada layar ponselnya. "Daerahnya bener disini kok.." Wonwoo bersuara.
"Kalau kalian kurang yakin, kita bisa tunggu Junhui kesini.." Kali ini Pengacara, Jongsuk yang bersuara.
Wonwoo dan Seungcheol menggeleng serempak. "Gak bisa, kita gak bisa ngulur waktu terus, gimana kalau Soonyoung kenapa-napa?" Dan Wonwoo membenarkan ucapan Seungcheol.
"Tapi kita juga gak tahu gudang yang di maksud Junhui 'kan?" Jongsuk berucap, "atau kita malah bakalan nyasar tanpa arah karena gak tahu lokasinya?"
Wonwoo menepuk pundak Seungcheol yang merosot. "Gue sama Cheol yang masuk cari gudang, Om tunggu Kak Seulgi dulu disini.."
"Kalian bisa nyusul kalau sekiranya kita gak balik-balik sekitar satu jam, kalian bisa nyusul bareng polisi yang bakal kesini.."
"Kalian yakin?" Jongsuk berkata ragu.
Wonwoo mengangguk mantap. Ia akan mempercayai perkataan Junhui seperti Soonyoung yang terus mempercayai sahabatnya itu. Ia tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja sampai membuat Soonyoung dalam keadaan bahaya.
✓✓✓
Butuh sekitar setengah jam Wonwoo dan Seungcheol berjalan ke dalam perkebunan karet, tidak terlalu sulit karena lokasinya sedikit terbuka, hanya saja jauh dari keramaian. Mereka hampir putus asa, karena tidak menemukan gudang yang di maksud, tapi tetap mengikuti jalan setapak tidak lebih dari selebar satu jengkal tangan orang dewasa.
"Ini kita masuknya terlalu dalem gak sih Won?"
Wonwoo menggeleng pelan, ia juga tidak tahu, tapi ia tetap meminta Seungcheol berjalan di sampingnya tanpa kata. Mungkin seharusnya mereka berdua menggunakan motor saat masuk untuk mempercepat akses mereka masuk, tapi Wonwoo berpikir bahwa itu akan membuat mereka di ketahui keberadaannya lebih cepat karena suara deru motor.
"Won, menurut lo sekarang keadaan Soonyoung gimana?"
Dari getar suara Seungcheol, ia tahu bahwa sahabatnya tengah diliputi rasa khawatir akan keadaan Soonyoung sekarang. Ia hanya menggeleng pelan. "Gue juga gak tahu, tapi gue rasa Soonyoung bakalan baik-baik aja, kita tahu 'kan kalau Mr. Cat gak pernah nyakitin Soonyoung?"
Seungcheol hanya mengangguk, mencoba mempercayai perkataan Wonwoo dan diam-diam mengamininya.
Saat keduanya melihat pagar kayu setinggi hampir dua meter, mereka berjalan lebih ke pinggir dengan langkah pelan. "Itu kemungkinan gudangnya gak sih?"
Wonwoo memberi isyarat pada Seungcheol agar duduk jongkok di sampingnya. "Kira-kira disana cuma ada Hyuk sama Soonyoung atau kemungkinan ada temen-temen Hyuk yang gak kita tahu?"
Seungcheol menggendikan bahunya. "Gue gak yakin juga, kita ngintip ke dalem aja dulu?"
"Lo yakin?"
Dan Seungcheol mengangguk mantap.
Pagarnya sedikit reot dengan celah lebar yang terbuat dari bambu, yang membuat keduanya dengan leluasa mengintip ke dalam, ukuran gudangnya cukup besar dengan pagar yang mengelilinginya. Tampak sepi dan terlihat sebuah mobil jeep terparkir di pekarangan. Jadi itulah kenapa jalan setapak tampak memiliki dua jalur yang bersisian dan tanaman karet tampak terbelah menjadi dua bagian yang memiliki jarak lebar dari yang seharusnya, mungkin agar mempermudah akses mobil untuk keluar masuk.
"Lo pernah lihat Hyuk naik mobil itu gak?" Seungcheol bertanya dengan ragu, tidak pernah melihat mobil itu di kemudikan oleh temannya.
Wonwoo menggeleng. "Enggak, tapi gue yakin pernah lihat mobil itu ada di parkiran keluarga Lee sih.."
"Lo sebenernya kenal Hyuk sebelum SMA 'kan?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Cuma tahu dia salah satu anak konglomerat, pernah ketemu waktu acara perusahaan pas gue diajakin kakek.." Wonwoo melirik Seungcheol di sampingnya, "bener-bener kenal waktu di SMA aja.."
"Kalian satu kompleks 'kan?"
Wonwoo mengangguk. "Tapi itu emang penting banget ya?"
Seungcheol meninju lengan Wonwoo. "Anjing, kenapa lo gak pernah cerita."
Wonwoo memutar bola matanya. "Emang apa pentingnya, gue juga sama dia cuma deket karena hobi taruhan doang, sekarang kita tuh mikir gimana caranya masuk, mau langsung terobos aja atau gimana?"
"Tapi apa lo yakin mereka berdua ada di dalem?"
Wonwoo menggeleng. "Kalau kita gak masuk, gimana caranya kita tahu?"
"Kenapa kita gak pernah curiga sama Hyuk sih dari awal?" Seungcheol berucap, membuat Wonwoo menggendikan bahunya.
"Sebenernya Hyuk sering banget ngeledikin Soonyoung, sering ngejajanin juga tapi emang dasar adek gue no respon, gue gak sampai kepikiran kesana sih.."
"Hyuk gak kelihatan kepo Cheol, dia juga kalau sama gue cuma taruhan mulu, cuma pas tahu gue jadian sama Soonyoung—pas awal mulai deket, emang agak gimana gitu, gue pikir sih dia begitu karena gue sering nolak taruhan dia." Lanjut Wonwoo yang membuat Seungcheol menoleh.
"Lo taruhan mulu tapi gak pernah menang."
Wonwoo menghela napasnya. "Dia ambis banget kalau taruhan, terus kalau taruhannya nyuruh gue putus sama Soonyoung ya ogah lah gue." Wonwoo menggelengkan kepalanya.
"Ini kita jadi masuk gak sih?"
✓✓✓
.
.
.
.
.
.
.
✓✓✓
"Ini rumah kakak?"
Teman Seungcheol tersenyum sebelum menggeleng. "Bukan, tapi mau ngambil mobil, tunggu sebentar ya, gue masuk dulu.."
Soonyoung mengangguk kaku, ia menoleh dan melihat sekitar, seperti pemukiman di pinggir kota, perumahan tampak sedikit sepi. Ia menatap rumah yang di masuki Hyuk yang bernuansa rumah lama tapi sedikit asri karena tanaman yang memenuhi perkarangan rumah. Soonyoung menatap kembali layar ponselnya, saat ia berpikir akan menelpon Wonwoo, ponselnya terenggut dari genggamannya, Hyuk tersenyum. "Main hp mulu dari tadi.."
"Kak hpku dong.."
Hyuk menggeleng. "Enggak ah, dari tadi asik banget main hp sampai gak ngerespon gue ngomong."
Hyuk memamerkan kunci di tangannya. "Yuk naik mobil.."
Saat tangan Hyuk menggandengnya ia reflek melepaskannya. "Bisa sendiri kak.."
Karena percakapannya dengan Wonwoo di chat, membuat Soonyoung merasa harus lebih hati-hati, terlebih ponsel miliknya kini di bawa oleh Hyuk.
"Soonyoung kok pucat banget sih? Sakit?"
Soonyoung menggeleng. "Enggak.." ia takut, "cuma agak gak enak badan kayaknya.."
"Soonyoung tadi beli minum?"
Soonyoung meremas plastik Indomaret di genggamannya. "Enggak kak."
Saat mobil yang dikendarainya mulai keluar dari perkarangan rumah, Hyuk memberikan botol air minum padanya. "Minum dulu gih, biar gak kelihatan pucat.."
Soonyoung menerimanya dengan ragu, tenggorokannya memang terasa kering, tapi ia tidak yakin untuk meminumnya. Ia melihat kemasan dengan teliti, tampak masih tersegel dengan baik. Kemudian ia menatap kakak kelasnya dengan penuh pertimbangan, ia tidak boleh pingsan karena rasa takutnya. Ia meremas botol minuman dengan gugup.
"Kak ini emang jalur ke rumah kakak ya?" Ia bertanya dengan suara seraknya, jelas sekali tampak ragu dengan jalur yang diambil oleh kakak kelasnya, terlebih Wonwoo mengatakan bahwa ini bukan jalur menuju rumah Soohyuk.
Kakak kelasnya tampak menggeleng. "Bukan, rumah gue bukan lewat sini, tapi gue mau ke tempat lain dulu, makanya bawa mobil biar lo gak kepanasan."
Soohyuk menoleh. "Gak pa-pa 'kan? Sebentar doang habis itu kita pulang.."
Soonyoung hanya mengangguk dengan ragu, dan memilih memutar tutup botol, ia harus tetap tenang dan berpikir jernih, dan untung rasanya masih tampak seperti air mineral biasa.
Lima belas menit kemudian Soonyoung sadar bahwa mereka benar-benar pada jalur keluar dari kota. "Kak mau kemana sih? Kok jauh banget?"
Soonyoung menoleh. "Hp Soonyoung bawa sini dong, mau ngabarin Abang.."
Soohyuk menggeleng pelan. "Udah gue kabarin kok, lo gak usah khawatir.."
Soonyoung menggeleng. "Kalau gitu bawa sini hpnya, Soonyoung mau bales chat.."
Soonyoung tahu bahwa itu pasti bohong, ia tidak bisa mempercayainya.
Kakak kelasnya kembali menggeleng. "Enggak, nanti lo sibuk sama hp aja.." Soohyuk tampak tersenyum, "emang Soonyoung gak ngantuk?"
Jika Soonyoung boleh mengatakannya, ia memang merasa kantuk telah menyapanya, tapi ia harus tetap terjaga maka dari itu ia ingin meminta ponselnya di kembalikan.
"Kalau ngantuk tidur aja dulu, nanti dibangunin."
Dan darimana kakak kelasnya tahu bahwa ia sekarang mengantuk?
.
.
.
✓✓✓
.
.
.
Saat Wonwoo dan Seungcheol akhirnya masuk perkarangan gudang, hal yang pertama di lakukan Wonwoo adalah memeriksa mobil, dan bungkus plastik Indomaret menarik perhatiannya. "Sebentar.." ucapnya membuat Seungcheol menghentikan langkahnya.
Ia menerima lemparan sebuah cutter dari Wonwoo. "Buat apaan?" tanya Seungcheol bingung melihat Wonwoo mengambil sesuatu dari dalam jeep yang keadaan jendelanya terbuka.
Wonwoo menggendikan bahunya. "Jaga-jaga." Ia sedikit menarik senyum, mengingat Soonyoung membeli apa yang di mintanya.
Wonwoo kemudian berjalan lebih dulu, untuk membuka sedikit pintu dari celah kecil ia mulai mengintip. Gudang tampak luas, tidak banyak barang hanya beberapa tumpuk kayu bakar. Ia tak menemukan tanda-tanda Soonyoung di dalam, tapi melihat bagaimana isi bungkusan di mobil, sebagaimana ia meminta Soonyoung untuk membelinya, membuat Wonwoo yakin bahwa Soonyoung ada disini.
"ANJING!"
Wonwoo tersentak saat mendengar teriakan Seungcheol, ia tidak menemukan Seungcheol di belakangnya, ia segera beranjak dan berjalan menuju sumber suara. Terdapat pintu di belakang gudang, yang pastinya tidak terlihat dari pintu masuk karena tertutup dinding. Saat ia mendekat, ia bisa melihat bagaimana Soohyuk tengah tersungkur dengan sebuah suntikan di tangannya.
"Lo apain adek gue bangsat!"
Ada tawa dari Soohyuk karena kedatangan mereka. "Buat dia tidur lebih nyenyak.." katanya tanpa beban dan segera berdiri.
"Gue bahkan belum mulai pesta, tapi kalian datang mengganggu.."
Saat Soohyuk bergerak tiba-tiba secara sengaja ke arah Seungcheol dengan jarum suntik yang mengarah ke temannya, saat itu pula Wonwoo bergerak dua kali lebih cepat dalam hidupnya untuk menjatuhkan diri tepat ke arah Soohyuk. Rasa sakit ketika akhirnya mereka berdua berjatuh membuat Wonwoo mengerang, tapi ia sadar bahwa bukan waktu yang tepat untuk banyak mengeluh, ia segera menarik paksa jarum suntik dari tangan Soohyuk ketika temannya masih mengerang kesakitan dan melemparnya menjauh dari jangkauan.
Seungcheol yang melihat itu, segera mendekati Soonyoung yang masih tak sadarkan diri dengan kondisi terikat. Ia mengeluarkan cutter dari sakunya untuk mencoba lepaskan ikatan yang melilit tubuh adiknya. Soonyoung tampak pucat, dan entah sudah berapa lama adiknya tak sadarkan diri. Ia diam-diam merapalkan doa dalam hatinya, sedikit gemetar saat mencoba menyayat tali tambang dengan cutter.
Erangan kesakitan membuat Seungcheol menoleh dan melihat bagaimana Wonwoo mengerang dengan sebelah tangan yang mencoba menahan pisau yang menusuk lengannya dari tikaman Soohyuk.
"Bangsat! Seharusnya kalian gak ada disini!" Soohyuk mengerang kesal, "kalau gue gak bisa dapetin Soonyoung, lo juga harus bernasib sama!"
Wonwoo dengan rasa sakit yang menikam lengannya, sekuat tenaga menahan agar benda tajam itu tidak menusuknya terlalu dalam, dan dari sudut pandangnya ia bisa melihat Seungcheol ragu tapi ia hanya menggeleng, meminta agar Seungcheol tetap menyelamatkan Soonyoung lebih dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Soonyoung..."
Tepukan pada pipinya membuat Soonyoung perlahan membuka kelopak matanya. "Hei.. bangun.."
Saat itu ia bertemu pandang dengan tatapan khawatir dari Seulgi, ia mengerutkan keningnya merasa pusing. "Are you okay?"
Soonyoung sedikit menegakkan tubuhnya untuk duduk, dan teriakan kembali terdengar.
"Lo keparat gila!"
Disana ia melihat Abangnya tengah di tahan oleh Om Jongsuk karena terlihat memberontak, dan Soohyuk tampak di tahan dengan polisi di kedua sisi tubuhnya di depannya dengan baju yang kini penuh dengan percikan darah. Tubuhnya bergetar karena rasa takut kembali menyerangnya, dan Soonyoung tahu Seulgi kini memeluknya dengan erat dengan beberapa ucapan menenangkan terucap di bibirnya.
Dan dengan pandangan yang sedikit kabur, ia melihat Wonwoo tampak tersimpuh, tidak jauh dari Abangnya dengan sebelah tangan yang menutupi lengannya. Dan Soonyoung sadar bahwa Wonwoo tengah mencoba menekan lengannya yang berdarah. "Wonwoo.." ia berucap lirih.
Tapi entah bagaimana saat itu juga Wonwoo menoleh padanya, memberikan senyum tipis seolah mengatakan ia baik-baik saja. Seolah mengatakan bahwa semuanya akan segera berakhir.
"Lo setan! Apa yang ada di kepala lo!"
Dan tawa yang terdengar mengerikan menyapa pendengarnya, Soohyuk tertawa dan hampir terjungkal jika saja polisi tidak menahan kedua lengannya. Hanya tertawa, dan tidak mengatakan apapun, tapi saat pandangan Soonyoung bertemu dengannya, rasa takut membuatnya menggigil karena senyum itu tampak menakutkan.
"Soonyoung.." jawabnya pelan atas pertanyaan Seungcheol.
Sebelum pertengkaran kembali terjadi, kedua polisi akhirnya menyeret Soohyuk keluar, dan Seulgi memeluknya semakin erat, menyembunyikan pandangnya dari orang itu.
Beberapa waktu berlalu, ia mendengar langkah kaki datang. Dan ia melihat Junhui dan Jihoon berjalan masuk, saat keduanya mendekat, Seulgi melepaskannya. "Tolong Soonyoung, gue mau ke Wonwoo dulu.."
Dan Jihoon memeluknya lebih dulu. "Bego!" Itu kata pertama yang keluar dari bibir Jihoon, "lo seharusnya gak pergi gitu aja!" Ia mendengar makian Jihoon tanpa daya.
"Gue khawatir banget tahu!" Ia membalas pelukan Jihoon, dan mendongak menatap Junhui yang berdiri di belakang Jihoon, yang tampak tersenyum dengan sayu.
Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, tapi rasa takut dan pusing hanya membuatnya semakin mual, ia hanya memejamkan matanya sebelum ia mendengar Seulgi berteriak.
"Wonwoo luka lo di balut dulu bego!"
Satu tepukan menyapa kepalanya, dan melihat Wonwoo yang tersenyum sebelum kembali berjalan. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa darah masih perlahan menetes dari lengannya.
"Soonyoung.." Suara Seungcheol membuat Soonyoung mengalihkan pandangannya dari Wonwoo yang berjalan keluar. "Ayo pulang.."
Dan Soonyoung akhirnya menyadari bahwa ia berada di sebuah gudang di perkebunan karet, ia tidak bisa mengingat kenapa bisa sampai ke tempat ini, karena sepertinya ia benar-benar tidak sadarkan diri. Ia juga tidak tahu berapa lama menghilang karena mereka semua tampak letih dan lesu. Bahkan dalam gendongan Abangnya, ia melihat beberapa luka gores di lengan dan wajahnya yang memungkinkan lebam akan tercetak jelas keesokan harinya.
Saat mereka keluar, mobil polisi yang membawa Soohyuk lebih dulu pergi, dan Wonwoo kini tengah mendapatkan pertolongan pertama pada lukanya yang di rawat oleh Seulgi. Jihoon dan Junhui masih setia berjalan di belakangnya, dan langit juga tampak mulai petang.
"Kita ke rumah sakit dulu.." Seungcheol berucap pelan, "kita harus cek kondisi lo dulu.."
Soonyoung menenggelamkan kepalanya pada leher Abangnya, walau ia tidak merasakan sakit pada tubuhnya dan hanya ketakutan tanpa kejelasan yang menggerogotinya, ia hanya akan menurut, yang terpenting adalah ia kini tidak sendirian.
.
.
.
.
.
Saat Soonyoung terbangun, infus telah terpasang. Ia bergumam pelan, membuat Seungcheol yang sedari tadi tidak beranjak dari samping adiknya kembali terjaga. "Dek.."
Soonyoung mengerjap pelan, sedikit mengeluh ketika duduk. "Abang, Soonyoung pingsan?"
Seungcheol hanya mengangguk. "Gak pa-pa, Soonyoung cuma butuh istirahat aja.."
"Wonwoo dimana?"
Ia tahu, bahwa Wonwoo juga tidak dalam keadaan baik-baik saja. "Lagi di rawat, ada di kamar sebelah.."
"Soonyoung mau lihat.."
Seungcheol menggeleng. "Belum bisa, Wonwoo belum sadar.."
"Apa?"
Seungcheol menggeleng pelan. "Gak pa-pa, nanti kalau udah sadar, kita ke kamarnya ya.."
Pintu kamar inapnya terbuka, Jihoon tampak membawa sekantung plastik makanan. "Udah bangun nyong?"
Jihoon meletakan bungkusan di atas meja. "Kak, gue beli makanan buat kita-kita, Soonyoung gak pa-pa 'kan makan makanan luar?"
Seungcheol mengangguk. "Junhui kemana?"
"Tadi katanya mau nyari angin, ya udah gue tinggal aja.."
Jihoon mengambil kursi dan menyeretnya mendekat pada ranjang Soonyoung. "Tadi ketemu Kak Han juga, tapi kayaknya dia malah keluar, mau ngomong sama Jun katanya."
Seungcheol kembali mengangguk. "Han udah ngomong kok.."
Kini tatapan Jihoon kembali pada Soonyoung. "Lo tuh, bego apa gimana sih nyong, lo buat geger aja.."
Soonyoung menunduk, merasa bersalah.
"Tapi Kak Cheol juga bego, bisa-bisanya kelepasan.." Jihoon mendesah pelan, "gue tahu bukan waktunya buat marah-marah, tapi astaga gue gak habis pikir aja gitu.."
"Coba aja tadi kalau gue sama yang lain telat masuk kesana?" Jihoon berucap dengan lemas, "gue gak tahu apa yang bakalan terjadi sama kalian.."
Seungcheol menggeleng pelan. "Sorry, itu beneran refleks gue langsung masuk waktu lihat Hyuk mau nyuntik Soonyoung.." Seungcheol mengusap wajahnya dengan gusar, "gue gak bisa diem aja, apalagi pas lihat Wonwoo di tusuk sama bajingan itu di depan mata gue.."
Jihoon menggeleng prihatin. "Itu kejadian paling dramatis dalam hidup gue tahu kak, lo bisa sekalap itu hajar Soohyuk, yang bahkan cuma ketawa tanpa perlawanan."
Seungcheol mengangguk. "Gue pikir, dia gak bakalan bales bogem gue karena inget gue Abangnya Soonyoung, tapi beda kalau itu Wonwoo, bahkan dia mau Wonwoo mati dan itu bikin gue marah banget.." Seungcheol menutup wajahnya, "gue ngerasa jijik, dan bener-bener kepikiran buat bunuh Hyuk pakai tangan gue sendiri, walau gue tahu tangan gue udah mati rasa karena sakit.."
Usapan lembut pada pundaknya membuat Seungcheol sedikit tenang, saat ia mendongak, senyum lembut Soonyoung menyapanya, seolah mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Dan Seungcheol terdiam, rasanya ingin menangis, bayangan kehilangan adik tersayangnya adalah hal paling menakutkan yang pernah ada dalam pikirannya, terlebih jika teman yang paling berharga harus berkorban nyawa. Dan jika itu benar-benar terjadi, Seungcheol tidak akan pernah yakin bisa tetap hidup dengan kebahagiaan.
.
.
.
.
.
.
Wonwoo duduk bersandar, ia mengusap hidungnya dan menghela napas, menatap kosong di depannya. Pikirannya berkecamuk, bayangan kejadian kemarin terus saja berputar di kepalanya. Rasa sakit itu masih jelas terasa di lengannya, tapi rasa takut yang tak pernah terbayangkan olehnya terus membuatnya cemas tanpa akhir.
"Won.."
Wonwoo mendongak, melihat Seulgi masuk ke kamar inapnya.
"Soonyoung sama yang lain mau jengukin lo, gimana udah gak pa-pa?"
Dahi Wonwoo berkerut bingung, membuat Seulgi menghela napasnya saat sebelum mengambil kursi untuk duduk di sisi ranjangnya. "Gue dari kemarin nolak mereka buat ngelihat lo, dalihnya sih lo belum sadar.."
"Kenapa?"
Seulgi menepuk pundak Wonwoo. "Gue tahu, lo kemarin habis sadar nangis terus.." senyum tipis terukir di bibir Seulgi, "karena gue tahu lo gak mau kelihatan lemah di mata orang lain, makanya gue bilang gitu."
Wonwoo ingat, kemarin setelah siuman karena sempat tak sadarkan diri, ia menangis. Tidak tahu kenapa, tapi bayangan kejadian kemarin membuatnya sesak, takut kehilangan Soonyoung disisinya, karena kelalaiannya menjaga manusia paling lucu dan menyebalkan seperti janjinya, merasa bodoh karena hampir membuat orang yang disayanginya celaka, rasa bersalah terus saja menggerogoti hatinya, walau ia tahu Soonyoung sekarang baik-baik saja, tapi Wonwoo tahu trauma akan selalu mengikuti Soonyoung selamanya.
"Gue udah gak pa-pa.."
Seulgi mengangguk paham. "Nanti gue ngomong sama Seungcheol, dari kemarin Soonyoung mau ketemu lo soalnya, terus kata dokter lo udah bisa pulang.." Seulgi menghela napasnya, "kita balik ke rumah kakek malem ini, dan lo tahu gak bisa menghindar, lo udah bikin heboh.."
Wonwoo ikut menghela napasnya. "Bonyok gue juga disana?"
Seulgi mengangguk tak yakin. "Mungkin aja.."
"Tante Seulgi juga berarti ada?"
Seulgi kembali mengangguk. "Jelas, dia pasti yang paling marah diantara yang lain, mungkin ngamuk?"
Wonwoo kembali mengangguk, tanda ia paham dan akan menerima konsekuensinya. Lagipula ia tidak menyesal, walau kini lengan kanannya di balut oleh perban.
Tidak lama setelahnya Seulgi pergi untuk menemui Soonyoung, dan saat keduanya kembali bertemu, senyum di bibirnya tidak bisa berbohong bahwa ia bahagia melihatnya baik-baik saja, walau bibir pucat itu tampak kering dari biasanya.
Wonwoo menepuk sisi ranjangnya, meminta tanpa kata pada Soonyoung untuk duduk di sisinya. Perlahan Soonyoung mendekat, pandangannya tidak lepas pada lengan Wonwoo yang di balut oleh perban.
"Lihat mata gue bukan tangan gue.." ucapan Wonwoo membuat atensi Soonyoung teralihkan, senyum bersalah itu membuat Wonwoo terdiam, ia tahu bahwa Soonyoung merasa bersalah.
"Gue gak pa-pa.." ucapnya, mengusap pelan kepala Soonyoung, "lo juga gak pa-pa 'kan?" tanyanya, di sambut anggukan Soonyoung.
Di lain sisi, Wonwoo bisa melihat Seungcheol duduk di sofa di ruangannya, Jihoon dan Junhui pun ikut bersamanya, tapi untuk saat ini Wonwoo hanya ingin terfokus pada Soonyoung di depannya.
Hening tercipta diantara keduanya, hanya tanpa kata keduanya menyelam pada netra masing-masing, mencari sesuatu bahkan tanpa tahu apa artinya, kecemasan jelas terpancar dari binar mata keduanya yang tampak redup akan penyesalan yang berbeda, rasa bersalah yang menggerogoti hati keduanya. Jelas ingin mengucapkan ribuan kata maaf, tapi keduanya tak sampai hati untuk mengucapkannya, ada sesuatu yang lebih ingin mereka sampaikan tapi tak tahu bagaimana cara mengucapkannya.
"Ndut.." Wonwoo memulai, rasanya ingin menggenggam tangan Soonyoung tapi kedua tangannya tak bisa ia gerakan dengan mudah, selain sebelahnya terluka, sisi lain masih terpasang infusnya.
"Kenapa?"
Wonwoo menarik senyum tipisnya. "Gue boleh minta peluk?" tanya pelan, tak ingin ucapannya di dengar yang lain.
Dan Soonyoung menyetujuinya tanpa kata, membuat Wonwoo menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Soonyoung, tangannya hanya terkulai disisi tubuhnya, tapi Soonyoung dengan hati-hati melarikan tangannya untuk mengusap punggung Wonwoo perlahan, mencoba dengan gemetar mengirim ketenangan untuk Wonwoo.
"Lo masih suka sama cowok yang nangis gak?" Wonwoo bertanya pelan, mengirim gelitik di leher Soonyoung.
"Kenapa? Lo mau nangis?"
Wonwoo mengangguk ragu. "Udah sebenernya, tapi gak tahu kenapa kayak mau nangis lagi.."
Soonyoung menyandarkan dagunya pada bahu Wonwoo, menyamankan posisinya tanpa membuat Wonwoo merasakan sakit. "Ya udah nangis, gue temenin.."
"Gak deh.." jawab Wonwoo pada akhirnya, "gue gak mau kelihatan cupu.."
Ucapan Wonwoo mampu membuat kekehan Soonyoung terdengar, sayup-sayup mengirimkan gelayar pada perutnya.
"Lo gak cupu kok.." balas Soonyoung, "lo keren banget, si paling keren deh.."
Ada senyum di bibir Wonwoo mendengar ucapan Soonyoung, benar-benar membuatnya sedikit terhibur. "Masa sih?"
Soonyoung mengangguk. "Kemarin Abang cerita tentang lo, kedengarannya keren banget sih, sampai rela di tusuk karena gue, tapi ternyata tetep bisa cengeng juga."
Wonwoo terkekeh pelan. "Namanya juga manusia.."
Usapan pada punggungnya membuat Wonwoo merasanya nyaman.
"Makanya itu, karena lo manusia wajar kalau nangis.."
Bahkan jika Soonyoung boleh jujur, ia ingin sekali menangisi nasibnya yang membuat orang-orang di sekitarnya celaka. Rasa bersalah terus bercokol dalam hatinya, sesak membuatnya sulit bernapas tapi ia takut untuk menunjukkannya, ia harus tetap tegar karena kepedulian mereka membuat Soonyoung sampai saat ini masih baik-baik saja. Apalagi ketika ia melihat Wonwoo berjalan menjauh keluar dari gudang dengan lengan yang berdarah, ia merasa akan menangis melihat Wonwoo terluka karena menyelamatkannya tapi air mata tak kunjung datang, hanya menyisakan panas di matanya dengan hati yang terasa sakit.
Wonwoo memejamkan matanya, menghirup aroma parfum Soonyoung yang menguar di indra menciumannya, membuatnya merasa tenang, sayup-sayup mendengar degup jantung keduanya yang berdetak. Membuatnya merasa nyaman, mengikis rasa khawatir yang membuatnya takut. Soonyoung kini baik-baik saja, ada di hadapannya, tengah memeluknya dan Wonwoo seharusnya sudah merasa lebih dari cukup, seharusnya.
Tapi ia tahu ada sesuatu yang masih mengganjal hatinya, sesuatu yang seharusnya tidak ada, sesuatu yang selama ini selalu ia sangkal.
Rasa itu, yang membuatnya merasa hampa dan sesak di saat bersamaan, dengan setetes air mata yang mengalir perlahan turun dari sudut matanya tanpa peringatan. Wonwoo berharap Soonyoung tidak pernah menyadarinya. Menyadari bahwa sudah lama Wonwoo merindukannya, rindu yang tak dapat disampaikannya, tapi ingin ia ucapkan dengan lantang pada teman masa kecilnya yang lucu. Teman yang selalu ia rindukan setiap malam menjelang tidur, karena Wonwoo merasa Soonyoung adalah teman pertamanya yang selalu memberikan kesan bahwa Wonwoo bisa diandalkan, walau ia harus mengorbankan camilan kesukaannya. Wonwoo kecil sangat menyayanginya dengan tulus, dan rasa kehilangan itu ada saat keduanya harus berpisah lama tanpa ia tahu keberadaan Soonyoung.
Kerinduan yang seperti diberi pupuk, semakin subur dan membuat Wonwoo mungkin mengembangkan sesuatu yang lain tanpa disadarinya, dan ketika mereka bertemu kembali, mungkin saja kerinduan itu telah memekarkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang kini membuatnya takut akan kebenarannya, Wonwoo semakin menenggelamkan kepalanya jauh yang ia bisa ke dalam ceruk leher Soonyoung, mencoba menyembunyikan dirinya dan perasaannya jika memang ia bisa.
Soonyoung mengusap punggung Wonwoo perlahan, merasakan basah pada lehernya, hatinya ikut terasa sesak. Dan ia tanpa sadar meneteskan air matanya, tidak tahu kenapa seolah-olah ia bisa merasakan kesedihan yang menguap pada tubuh Wonwoo yang mulai gemetar. Tidak tahu apa alasan yang membuat pacar settingannya sampai meneteskan air mata, sampai-sampai ia merasa Wonwoo tidak ingin orang lain mengetahuinya bahwa ia tengah menangis.
Soonyoung dan Wonwoo seharusnya mereka baik-baik saja.
-ˋˏ✄┈┈┈┈
4 notes
·
View notes
Text
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Menang Lotre: Langkah Pertama yang Bijaksana
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Menang Lotre: Langkah Pertama yang Bijaksana
Menang lotre bisa menjadi momen yang mengubah hidup. Namun, meskipun keberuntungan ada di pihak Anda, penting untuk tetap bijak dalam langkah pertama yang Anda ambil. Berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk memastikan kemenangan lotre Anda benar-benar memberikan manfaat jangka panjang.
1. Jaga Kerahasiaan
Begitu Anda tahu telah menang, hindari langsung memberitahukan kabar tersebut kepada banyak orang. Jaga kemenangan ini hanya untuk diri Anda dan orang-orang terdekat yang dapat Anda percayai. Publikasi yang terlalu dini dapat memicu tekanan dari orang luar, atau bahkan risiko keamanan.
2. Klaim Hadiah dengan Tenang
Jangan terburu-buru untuk langsung mengklaim hadiah. Beberapa lotre memberikan waktu beberapa bulan bagi pemenang untuk mengklaim hadiah mereka. Gunakan waktu ini untuk menenangkan diri, merencanakan, dan menyiapkan strategi keuangan sebelum Anda melakukan langkah selanjutnya.
3. Konsultasi dengan Ahli Keuangan
Langkah paling penting adalah mendapatkan bimbingan dari seorang penasihat keuangan profesional yang berpengalaman dalam menangani kekayaan besar secara mendadak. Seorang ahli akan membantu Anda membuat rencana keuangan yang komprehensif, mempertimbangkan pajak, investasi, dan pengelolaan kekayaan agar uang Anda dapat bertahan lama.
4. Pertimbangkan Pengacara dan Akuntan
Selain penasihat keuangan, pertimbangkan juga untuk berkonsultasi dengan pengacara dan akuntan. Mereka bisa membantu Anda menyiapkan strategi pajak yang baik, serta melindungi aset Anda dari potensi tuntutan hukum atau masalah hukum lainnya yang mungkin muncul seiring waktu.
5. Hindari Pengeluaran Impulsif
Sangat mudah tergoda untuk segera menghabiskan uang tersebut untuk membeli rumah mewah, mobil sport, atau liburan mahal. Namun, pengeluaran impulsif dapat membuat kekayaan Anda cepat menguap. Penting untuk menjaga pengeluaran di bawah kendali dan membatasi pembelian besar sampai Anda memiliki rencana keuangan yang solid.
6. Fokus pada Investasi Jangka Panjang
Alih-alih menghabiskan uang secara langsung, pertimbangkan untuk menginvestasikan sebagian besar kekayaan Anda dalam aset yang dapat menghasilkan pendapatan pasif, seperti properti, saham, atau obligasi. Dengan cara ini, Anda bisa membangun sumber pendapatan berkelanjutan yang akan memberi manfaat jangka panjang.
7. Pikirkan Tujuan Amal
Jika Anda merasa nyaman, pertimbangkan untuk menyisihkan sebagian dari kemenangan Anda untuk amal. Ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi orang lain, tetapi juga bisa memberikan manfaat pajak yang signifikan.
8. Jaga Keseimbangan Emosional
Menang lotre bisa menimbulkan berbagai emosi, dari kebahagiaan luar biasa hingga stres. Jika perlu, konsultasikan dengan terapis untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional Anda selama proses adaptasi ini.
Kesimpulan
Menang lotre adalah kesempatan langka, dan menangani uang dalam jumlah besar membutuhkan kebijaksanaan. Dengan langkah-langkah bijaksana seperti menjaga kerahasiaan, mencari nasihat profesional, dan membuat rencana investasi yang matang, Anda bisa memastikan bahwa kemenangan ini akan memberikan manfaat yang bertahan lama bagi Anda dan keluarga.
0 notes
Text
PROFESIONAL! (WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Jasa Pengacara Perceraian di Cempaka Putih Jakarta Pusat Kontak dan Janji Temu Hubungi 081-1816-0173 Advocate for your company, family and personal. Garda Law Office didirikan tahun 2005, tumbuh dan berkembang bersama klien-klien kami untuk memberikan layanan terbaik dibidang Hukum Bisnis dan Perusahaan, Restrukturisasi, Keluarga, Pajak, Pidana dan Perdata Umum. Kami terdiri dari Advokat berpengalaman yang sangat memperhatikan kepedulian, profesionalisme dan hasil terbaik. jasa pengacara perceraian,biaya pengacara perceraian,lawyer adalah,apa itu lawyer,pengacara terbaik di indonesia,pengacara,pengacara terbaik Bagaimana Anak Menangani Pembagian Waktu antara Orang Tua yang Bercerai Perceraian adalah peristiwa yang mempengaruhi seluruh keluarga, dan salah satu aspek yang paling kompleks adalah pembagian waktu antara orang tua yang bercerai. Anak-anak sering kali menjadi pusat perhatian dalam hal ini, dan cara mereka menangani pembagian waktu dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mereka. Dalam narasi ini, kami akan menjelaskan bagaimana anak-anak dapat menghadapi pembagian waktu antara orang tua yang bercerai dan mengapa penting memilih pengacara keluarga/perceraian yang baik untuk membantu mengatur proses ini dengan baik. Kontak dan Janji Temu Hubungi: 081 1816 0173 https://wa.me/628118160173 Kunjungi website https://gardalawoffice.co.id Cempaka Putih Jakarta Pusat,Cempaka Putih Barat Jakarta Pusat,Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat,Rawasari Jakarta Pusat,Gambir Jakarta Pusat,Cideng Jakarta Pusat,Duri Pulo Jakarta Pusat,Gambir Jakarta Pusat,Kebon Kelapa Jakarta Pusat,Petojo Selatan Jakarta Pusat Pengacara Perceraian Jakarta, Pengacara Hak Asuh Anak, jasa pengacara perceraian,biaya pengacara perceraian,lawyer adalah,apa itu lawyer,pengacara terbaik di indonesia,pengacara,pengacara terbaik,pengacara terkenal,pengacara di jakarta,pengacara di bogor
PengacaraPerceraianJakarta #pengacarahakasuhanak #jasapengacaraperceraian #biayapengacaraperceraian #lawyeradalah #apaitulawyer #pengacaraterbaikdiindonesia #pengacara #pengacaraterbaik #pengacaraterkenal #pengacaradijakarta #pengacaradibogor
(WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Jasa Pengacara Perceraian di Cempaka Putih Jakarta Pusat
#pengacarahakasuhanak#jasapengacaraperceraian#biayapengacaraperceraian#lawyeradalah#apaitulawyer#pengacaraterbaikdiindonesia#pengacara#pengacaraterbaik#pengacaraterkenal#pengacaradijakarta#pengacaradibogor
1 note
·
View note