#pengacara untuk apa
Explore tagged Tumblr posts
pengacaraperceraianjakarta ¡ 1 year ago
Text
PRAKTIS! (WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Lawyer Untuk Perceraian di Cibubur Jakarta Timur
Tumblr media
Kontak dan Janji Temu Hubungi 081-1816-0173 Advocate for your company, family and personal. Garda Law Office didirikan tahun 2005, tumbuh dan berkembang bersama klien-klien kami untuk memberikan layanan terbaik dibidang Hukum Bisnis dan Perusahaan, Restrukturisasi, Keluarga, Pajak, Pidana dan Perdata Umum. Kami terdiri dari Advokat berpengalaman yang sangat memperhatikan kepedulian, profesionalisme dan hasil terbaik. pengacara indramayu,pengacara indonesia terkenal,pengacara itu apa,pengacara kondang,pengacara karawang,pengacara kuningan,pengacara lawyer
Studi Kasus: Keluarga Roberts
Untuk memberikan contoh konkret tentang bagaimana pemilihan pengacara keluarga yang baik dapat memengaruhi anak-anak dan orang tua, mari kita lihat kasus Keluarga Roberts. Pasangan Roberts menghadapi perceraian yang rumit dan memiliki tiga anak yang berusia beragam.
Menghadapi pembagian waktu yang membingungkan dan tidak terkoordinasi, situasi semakin rumit dan menegangkan bagi anak-anak. Namun, setelah memilih pengacara keluarga yang baik dalam bentuk Michael Davis, situasi tersebut berubah.
Michael Davis adalah seorang pengacara keluarga yang berpengalaman dan sangat memahami kompleksitas pembagian waktu pasca perceraian. Dia bekerja keras untuk memastikan bahwa pembagian waktu adalah yang terbaik untuk kesejahteraan anak-anak. Michael juga mendorong mediasi antara pasangan, yang membantu mengurangi konflik dan ketegangan dalam proses perceraian.
Hasilnya, anak-anak Keluarga Roberts, meskipun tetap menghadapi tantangan, dapat mengatasi pembagian waktu dengan lebih baik. Mereka merasa didukung oleh kedua orang tua mereka dan merasa lebih aman dalam rutinitas mereka.
Kontak dan Janji Temu Hubungi:
081 1816 0173 https://wa.me/628118160173
Kunjungi website https://gardalawoffice.co.id
kunjungi website di bawah ini https://www.tumblr.com/pengacaraperceraianjakarta/730943452168306688/terpercaya-wa-081-1816-0173-garda-law-office?source=share&ref=_tumblr
Poris Gaga Kecamatan Batuceper,Kebon Besar Kecamatan Batuceper,Batuceper Kecamatan Batuceper,Batu Jaya Kecamatan Batuceper,Batu Sari Kecamatan Batuceper,Poris Plawad Indah Kecamatan Cipondoh,Cipondoh Kecamatan Cipondoh,Kenanga Kecamatan Cipondoh,Gondrong Kecamatan Cipondoh,Petir Kecamatan Cipondoh
Pengacara Perceraian Jakarta, Pengacara Hak Asuh Anak, pengacara terbaik di bandung,pengacara terkaya di indonesia,pengacara terhebat di dunia,pengacara termahal di indonesia,pengacara tasikmalaya,pengacara umur berapa,pengacara urus perceraian,pengacara untuk apa,pengacara viral,pengacara yang terkenal di indonesia
#PengacaraPerceraianJakarta #pengacarahakasuhanak #pengacaraterbaikdibandung #pengacaraterkayadiindonesia #pengacaraterhebatdidunia #pengacaratermahaldiindonesia #pengacaratasikmalaya #pengacaraumurberapa #pengacaraurusperceraian #pengacarauntukapa #pengacaraviral #pengacarayangterkenaldiindonesia
(WA) 081-1816-0173 | GARDA LAW OFFICE | Lawyer Untuk Perceraian di Cibubur Jakarta Timur
0 notes
hoshykitty ¡ 7 months ago
Text
Tumblr media
"—'cause I swore no one can survive him. I didn't, for godsake. Damn it."
"Is that supposed to be a bad thing?"
It wasn't supposed to be a bad thing. It was a good thing that i didn't survived the kwon soonyoung. Fakta, fakta, fakta, dan seribu faktanya, aku lega bisa putus hubungan dari kwon soonyoung si ayam kampus. I could never survived him. Aku enggak akan pernah bisa menggantikan peran si pacar perempuan yang menanggung akibat breeding kink-nya. Walaupun, soonyoung menyelesaikan masalahnya dengan bijak (entahlah, apa menikah muda termasuk menyelesaikan masalah dengan bijak?) Aku dengar mereka cukup bahagia, bayi merubah segalanya sepertinya, aku enggak sempat lihat raut wajahnya seperti apa, karena, kasihannya, aku pacar terakhir sebelum istrinya waktu itu. They didn't invite me. Understandable. So i did him a favor, five years ago today, he didn't get the invitation of my wedding as well.
Tapi, sama seperti hubunganku dengan kwon soonyoung, i also didn't survived my ex husband (or is it the other way around?). Too much noises, screaming, crying, dan bayiku enggak bisa tidur nyenyak selama 3 bulan terakhir sebelum kami pisah ranjang dan mulai bicara melalui pengacara kami. Don't worry, the divorce went well. I married him for a reason, I love him for always be the man, the man, the simple man, a man full of responsibility. Hari ini giliran dia yang menjemput anak kami di daycare dan menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, sementara aku menikmati festival kampus. Kampus yang sama di mana aku menghabiskan waktu masa mudaku dan kwon soonyoung.
Lana menggaruk tipis hidungnya, "katanya dia bawa anaknya?"
"Yang jebol itu?"
"Bayi, sih, jadi kayaknya bukan," jawabnya. "Anak keduanya? Ketiga? Keempat?"
"And he managed to looked that hot?" Aku menunjuk ke arah panggung, tempat dia dan dua orang teman band-nya manggung. "Not fair, lana. Pasti itu keponakannya."
"Masalahnya, urgensinya apa kalau dia segala bawa keponakannya manggung? Itu bayi, loh, mau keponakannya atau bukan, it's not wise to bring a baby in this crowded, loud place, a festival! Unless he don't have someone to look after his baby that is."
True. Mau pakai teori apapun juga sulit dibantah kalau kenyataannya kwon soonyoung membawa bayi kecil ke kerjaan manggung band-nya. Apa istrinya juga sibuk kerja? Apa nanti aku harus kasih tau dia tempat daycare yang bagus?
Singkat cerita, aku menggunakan privilege sebagai panitia dosen yang bertanggung jawab atas acara ini untuk mampir ke belakang panggung. Toh, aku juga yang sempat merekomendasikan alumni seperti soonyoung untuk masuk ke dalam line-up festival kami.
"Soonyoung!"
Responnya, "No way in hell?"
"I know."
Soonyoung tertawa renyah dan apa kata lana tadi? Baby in his arms. Telinga kecilnya dipakaikan pengedap suara yang bentukannya mirip headphone dan bibir kecilnya sedang menyedot botol susu. Aku tersenyum, "reminds me a lot when my baby just this small and i need to bring him everywhere."
Soonyoung balas senyum. "Sehat?"
Aku mengangguk, "sehat," balasku. "Thank you for coming. Tadi keren banget, sama kayak dulu."
"Tadi nonton?"
"Yep," aku mengangguk mengiyakan, "cool as ever."
Soonyoung mengenalkanku dengan dua teman band-nya yang barusan manggung dengannya, kepalaku mencoba mengingat-ingat dua juniorku yang bentuk wajahnya tertinggal di laci memoriku paling belakang, jadi aku bilang, they looked familiar, though, I'm sure I've seen them somewhere, soonyoung mendengus dan berkata dasar memori ikan. Tepat setelah itu, bayinya soonyoung mengeluarkan pup dahsyat.
"Sorry," katanya, di nursery room, di fakultas kedokteran. Dua bola mataku hanya terfokus memerhatikan tangan lihai soonyoung yang mengurus pup, pampers, bola kapas seperti seorang professional.
"She's a baby, what are you sorry for?"
"I know," gumamnya, "hari ini aku banyak repotin orang-orang."
"Gara-gara bayi?"
"Iya," soonyoung mengangkat dua kaki mini bayinya sebelum menempatkan pampers bersih di bawah bokong lembut bayinya. "Ibunya ada jadwal interview. She can't miss it."
"Jadi bener ini keponakan kamu?"
Kepalanya tertoleh kepadaku otomatis, binar matanya terkejut, "hah? She's mine," ujarnya, "my third child."
Ah, soonyoung sudah sampai di panggung yang itu, ya, he's a father of three children. Aku tiba-tiba pengen tertawa terbahak-bahak, tapi sepertinya enggak etis. Jadi, dengan penuh hormat, aku memujinya, "soonyoung, that's amazing."
"Punya tiga anak?"
Aku mau bertanya apa breeding kink-nya telah mengkhianatinya untuk ketiga kalinya, but i don't think it's appropriate, "I mean, i enjoyed the motherhood, but, like, i had one and went through hell. Kamu harus baik-baik sama istrimu."
"Kayaknya aku kurang baik sama dia jadinya kita cerai."
"Oh, fudge."
Dia mendengus, "Yeah, fudge."
"Gak nyangka aku ketemu lagi sama mantanku di situasi janda duda."
Atensinya terbelah lagi dari onesie harimau yang dia keluarkan dari tas bayinya, ke aku, "The fuc—dge?" soonyoung menyumpal pacifier ke mulut bayinya. "Are you fudging with me?"
Aku menunjukkan punggung tangan kananku, gave him a closer look on my empty ring finger, "we were supposed to celebrate the fifth year anniversary today."
Soonyoung menggelengkan kepalanya, almost giggling but for whatever reason, he zip it, "gila."
"That's my line?" ucapku, menatap dua pasang mata kecil yang mengedip-ngedip ke arah langit-langit ruangan. "How old is she?"
"Sepuluh bulan," jawab soonyoung. "Officially divorced when she was seven months old," jarinya menarik zipper onesie bayinya ke atas, lalu mengusap pipi gembulnya lembut, "we were trying to make everything alright, she was the part of the plan—she was the blue print actually."
"Oh, wow?"
"Iya, aku tahu kok, we shouldn’t have brought her to the world, that's what we thought," katanya pelan, "when we broke up, she was two weeks pregnant with my baby. Our parents is overjoyed, baby will fixed things they said, y'know, bring up the old flames or something."
"Don't worry, my parents said the same thing too," sepasang netra soonyoung bertemu dengan milikku, bibirnya terbuka sedikit seolah mau berkata oh jadi bukan aku aja, aku mengamini perkataannya, "mereka bilang, aku dan mantanku harus pergi honeymoon lagi, lalu punya anak kedua, and voila! Divorce is not on the table anymore."
"Lalu?"
"Lalu? Apanya yang lalu? Aku aja enggak sanggup lihat mukanya, gimana mau bikin anak sama dia?" tukasku, soonyoung meringis, "but that was not the case for you, isn't?"
Kami sama-sama menatap bayi sepuluh bulan yang sedang bermain sendiri dengan kaki mininya. Soonyoung mendesah berat, "obviously."
7 notes ¡ View notes
nojamsty ¡ 3 months ago
Text
Love, Money, Fame
Daanu & Chitraa
by nojamsty
—
"Dengan keadaan kaki yang di gips begitu, kamu pikir mau pergi kemana?"
Daanu menutup pintu di belakangnya, tanpa mengalihkan pandanganya pada pemuda yang ingin beranjak dari ranjang rumah sakit, dan kepala yang masih terbalut perban. Dari kartu identitas yang sempat ia lihat kemarin malam, pemuda itu seusianya, dengan wajah yang terlihat lebih muda dan tampak imut untuk seorang laki-laki berusia 25 tahun.
"Siapa?"
Pertanyaan dengan suara lembut itu menyapa pendengarannya, dengan raut bingung dengan salah satu kakinya yang bebas gips tertekuk bersiap turun.
"Daanu, yang nabrak kamu semalem," Daanu mendekat, mendorong kaki pemuda itu untuk kembali lurus pada ranjang, "Maaf, salah saya nyetir dalam keadaan setengah mabuk, sampai buat kamu masuk rumah sakit, tapi saya janji bakal bertanggung jawab, jadi saya harap kamu gak ada pikiran buat ninggalin rumah sakit hari ini juga setelah sadar."
Seolah diingatkan kembali kejadian semalam, pemuda itu tampak tersentak menatap Daanu yang masih berdiri di dekatnya dengan raut wajah sendu.
"Saya gak pa-pa, terimakasih sudah mau bertanggung jawab, tapi saya harus pulang, saya gak bisa disini lama-lama."
"Nama.." pemuda itu terdiam sejenak, mendengar jeda dari lawan bicaranya, "nama kamu Chitraa 'kan?"
Pemuda itu mengangguk.
"Apa yang buat kamu berpikiran bakal ninggalin rumah sakit secepat mungkin? Saya dengar tadi pagi-pagi sekali kamu mau kabur tapi perawat melarangmu."
Chitraa menghembuskan napasnya sejenak, tubuhnya memang terasa remuk setelah ia terbangun tapi ia juga tahu tidak bisa berlama-lama di rumah sakit. Bagaimana ia bisa membayarnya nanti, atau bagaimana ia bisa menghasilkan uang jika ia hanya berbaring di rumah sakit.
"Saya harus kerja, saya butuh makan dan berarti saya gak bisa cuma tiduran disini."
Daanu hampir kehilangan kata-katanya setelah mendengar jawaban lugas tanpa keraguan dari Chitraa.
"Dari banyaknya pikiran kamu saat ini? Itu yang paling kamu khawatirkan? Chitraa maaf, selama kamu belum sembuh, kamu tanggung jawab saya."
"Dan saya bingung dengan jalan pikiranmu, bagaimana disaat seperti ini kamu berpikiran seperti itu? Jika itu orang lain, mereka akan lebih memilih menuntut saya dan meminta ganti rugi, dan kamu masih memikirkan pekerjaan dengan salah satu kaki yang tergips?"
Chitraa terdiam, terlebih melihat Daanu memijat pangkal hidungnya, seolah-olah pusing dengan jalan pikirannya.
"Saya bukan orang yang bisa membayar biaya rumah sakit, apalagi membayar seorang pengacara, daripada memikirkan itu saya harus memilih bekerja untuk menghasilkan uang."
Sadar dengan kondisi kakinya, Chitraa kini menutup wajahnya. Bagaimana ia bisa bekerja dengan kondisi seperti ini, tapi jika ia tidak bekerja bagaimana caranya menghasilkan uang. Uang dalam tabungannya pun dirasa tidak bisa menutup biaya sebulan kemudian.
"Jadi biarkan saya keluar dari rumah sakit dan saya tidak akan menuntutmu."
Chitraa dapat mendengar Daanu menghembuskan napasnya, sebelum ranjangnya bergerak karena pemuda itu duduk disisinya. Usapan lembut terasa di kepalanya tapi Chitraa masih enggan untuk melihat.
"Chitraa apa kamu tahu penyanyi MW?"
MW — mungkinkah itu penyanyi duo yang disukai Chandra?
Chitraa mendongak, Daanu bisa melihat kedua mata itu tampak memerah, mungkin ia akan menangis.
"Saya rasa itu penyanyi yang disukai anak didik saya."
Dahi Daanu berkerut. "Kamu seorang guru?"
Chitraa menggeleng. "Bisa dibilang begitu, saya seorang guru les tari, hanya itu."
"Saya salah satu personil dari MW—Wonwoo."
Sepasang netra itu tampak bergetar karena ucapannya, membuat sudut bibir Daanu terangkat. "Nickname saya Wonwoo, dan kamu mengalami kecelakaan karena saya, mungkin tidak akan lama masalah ini akan tercium oleh media, jadi saya rasa sudah kewajiban saya untuk menanggung semua masalah ini, saya tidak ingin membuat masalah ini semakin besar."
"Saya tidak akan mengatakan apapun pada media, jika itu yang kamu khawatirkan, dan kalau pun kamu ragu kita bisa membuat sebuah perjanjian, selagi kamu membayar biaya rumah sakit, saya rasa ini sudah lebih dari cukup."
Daanu menggeleng dengan jawaban itu. "Tidak, itu tidak cukup kamu masih harus menjalani serangkaian terapi sampai kamu benar-benar sembuh."
"Tapi kenapa? Aku rasa itu tidak menguntungkanmu sama sekali."
Chitraa bisa melihat sudut bibir Daanu terangkat, senyum tipis itu mengingatkan kembali padanya bahwa pemuda di hadapannya adalah seorang artis tampan, tidak di pungkiri bahwa itu membuat anak didiknya berteriak kegirangan setiap jeda istirahat latihan tari mereka kala menonton musik video dari MW.
"Itu menguntungkan saya, ini termasuk win-win solution bagi kita, kamu tahu patner saya? Mingyu?"
Chitraa mengangguk ragu, apa hubungannya dengan kecelakaan yang menimpanya, ia rasa tidak ada.
"Saya ingin keluar dari apartemennya, jadi ini bisa menjadi alasan bagi saya dan merawatmu."
Bagaimana?
Bukankah keduanya adalah sepasang kekasih? Itu yang ia dengar dari gosip antara anak didiknya.
"Apa kalian bertengkar? Saya dengar dari beberapa berita kalian berpacaran?"
Daanu menggeleng. "Saya akan mengatakan yang sebenarnya jika kamu setuju tinggal bersama saya selama masa pemulihan, untuk meyakinkan Mingyu bahwa saya akan tetap keluar dan tinggal terpisah darinya."
"Bagaimana? Kenapa saya harus tinggal bersamamu? Saya punya tempat tinggal sendiri."
"Chitraa, tolong saya walau kita kenal dalam keadaan tidak baik, saya akan menanggung biaya hidupmu selama kamu dalam masa pemulihan termasuk tempat tinggal."
Dahi Chitraa berkerut karena bingung. "Kenapa kamu seolah yakin saya tinggal sendiri, bagaimana jika saya tinggal bersama orangtuaku?"
"Maaf, saya sempat mencari tahu tentangmu semalam dan kebetulan temanmu bertemu denganku di lobi dan saya banyak bertanya tentangmu."
"Temanku?" Chitraa mengerutkan keningnya, "apa itu Junior?"
"Ya, dia menunggu diluar."
—
Author Note :
Untuk narasi awal ini, masih pakai percakapan formal ya, mungkin beberapa pembaca kurang suka tapi karena ini awal pertemuan mereka, agaknya kasar kalo langsung pakai bahasa sehari-hari, ini buat formalitas awal aja ya, mohon maaf untuk kekurangannya.
2 notes ¡ View notes
beningtirta ¡ 11 months ago
Text
Untuk Apa Pemilu [Part 2]
Melihat kekuatan individu yang hanya punya satu suara, maka bisa jadi banyak yang melihat Pemilu ini agak useless: "Gua nyoblos atau nggak ya nggak ngaruh". Tapi coba logikanya dimulai dari kekuatan individu untuk mengedukasi orang sekitarnya, you have one vote but you can educate others. Educated others can educate many more. You can contribute to multiplier effects.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan atau sekadar punya literasi media, kita sebenarnya sudah punya kemampuan mencari tahu atau mengumpulkan informasi yang kredibel dan akurat.
Kitapun bisa mengajarkan orang di sekitar kita. Mulai dari bapak, ibu, paman, bibi, sampai engkong yang menganggap semua konten jarkoman dan konten di WhatsApp itu benar... yang maen langsung forward ae tanpa mengkritisi atau double check sumbernya.
Nah, lo yang tahu dan bisa kritis aja tuh udah bekal banget buat mengedukasi keluarga atau teman. Beda sih mengajak nyoblos paslon/partai ama mendidik kritis ke paslon/partai.
Jaman sekarang mempengaruhi atau ngajak orang nyoblos siapa itu berat. Tiap orang punya posisi yang berbeda.
Sejauh ini, gua ada lihat orang yang menganggap semua politisi dan janji politiknya sama, sama-sama bullshit. Ada yang udah indifferent, siapapun yang menang toh ga bakal sama saja, hidup gua bakal gini gini aja. Ada juga yang sudah 'menerima', percuma support si anu, pemenangnya sudah ketahuan.
Well, selagi ada waktu dan selagi gua punya pilihan, gua akan terus berpikir positif dan logis. Menggunakan kanal-kanal pribadi untuk edukasi politik teman-teman follower Tumblr (11k) dan Instagram (1k+).
Semoga setiap kita mengusahakan yang terbaik.
Pengen deh DPR itu isinya bukan artis, tapi aktivis; bukan pengusaha, tapi pengacara; bukan anak pejabat, tapi orang-orang hebat.
Nah, masih ada waktu mengedukasi diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
11 notes ¡ View notes
sulkifliam ¡ 10 months ago
Text
Pesona dan Pluralisme
Selama hidup saya tidak pernah memahami gerak itu, gerak yang kau tunjukkan ketika pertama kali melihatmu. Dalam pahamanku tak ada yang pernah melakukannya, gerak substansi dan aksiden “terpegang” ketika akal menuju muara gerak yang kau lakukan 61 detik yang lalu.
Pada ruang dan waktu pertama kali ketika indra ini memahamimu, menelaahmu tanpa indra keenam pastinya. Mata melihat keindahan seperti tanpa jarak, gelombang skrepetal optik tak berlaku disitu. Lagu mahadewinya padi mengiringi langkahmu, saya mendengar seperti Tuhan baru saja mencipta alam semesta. Serta merasakan kehadiranmu, kelembutan hakikat erotis penuh Hasrat. Empiris memang.
Kamu percaya Tuhan? Saya harap kamu memahami pertanyaan ini sebab kamu manifestasi unik tanpa imitasi dan penuh kreasi. Saya selalu membayangkan Tuhan dengan penuh erotisme dikepalaku sebab dengan cara itulah saya mengingatnya.
Perihal gerakmu, substansinya susah terjangaku. Aristoteles dengan argumen yang tidak lengkap hanya menjangkau sebagai resiko kejombloan zaman sekarang, Nietzche dengan Nihilismenya mengajak wanita menggunakan kuteks merah seperti anak setan, Descartes dengan omong kosong cogito ergo sum-nya tak mampu merasionalisasikan, yang ada revolusi industri bermuara pada invidualisme yang menyebabkan pola newtonian cartesian brengsek itu menjejali setiap pikiran manusia. Kasih, sudikah kau hidup sendiri? Itulah sebabnya orang yang menggeluti filsafat dan logika tak bisa disebut sebagai pecinta, tak bisa menggapai hakikat.
Gothe untuk menggapai kemasyurannya hanya sampai pada buah dada Bettina, Romeo dan juliet dikenang hanya sebagai mitos yang selalu dikultuskan. kasih, bukankah itu menyedihkan? Syukurlah kamu tidak hidup di abad pertengahan yang penuh dengan hukuman, kemasyurannmu berada pada gerakmu untuk memahaminya tak memerlukan pengacara.
Gerak yang kau lakukan tak pernah berlalu dikepalaku meski naik pitam, gerakmu selalu hadir dalam pahamanku seperti yang disebut Hasan AA dalam bukunya Ringkasan Logika Muslim sebagai gambaran yang belum terhukumumi, tapi di kepalaku gerak itu hidup dan tumbuh secara khuduri. esensinya kamu seperti perempuan plural yang mewakili OMG Hello-nya Prillia Latuconsina,apalah arti menunggunya Raisa, cintanya Dian Sastro, Taaninya Anuskha sharma,The heirsnya Park shin-hye dan persahabatannya Nabila JKT48 semua dalam dirimu-gerakmu membuatku berhasrat untuk memilikimu. Saya menyebutnya hakikat pesona.
Hakikat pesonamu membuatku berhasrat mengatakan aku mencintaimu tanpa pengorbanan sebab pengorbanan seringkali menjelma kecewa, kesakitan dan dendam. kata “mencintaimu” berarti hasrat untuk merelakan sekaligus memilikimu dengan penuh kesetiaan seperti rindu selalu ada tanpa pengorbanan, tentu saja rindu tak harus dibayar tuntas.
Maaf jika saya tidak bisa berkorban, praktisnya gerakmu melampaui realitas penuh pesona tanpa hormon, memahamimu rumit. Tapi bentuk perjuangannya saya akan tetap berdiri diujung hatiku, menunggu sambil memahami gerakmu. Kasih, apakah kamu marah dengan keegoisanku ini? tapi apa yang bisa aku lakukan dengan hakikat gerak pesonamu yang menyandra seluruh kemampuanku?
Maaf kalau aku setia…
2 notes ¡ View notes
fadliii ¡ 11 months ago
Text
Beberapa Tips Memilih Universitas yang Tepat.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya. Dan untuk alasan tertentu, ada banyak orang mencoba untuk mendapatkan pendidikan sarjana atau pasca sarjana dari universitas mana pun yang memiliki reputasi baik. Namun, menemukan universitas terbaik untuk Anda tidak hanya ditentukan oleh reputasi universitas saja. Ada banyak aspek yang harus Anda pertimbangkan dengan hati-hati sebelum memilih tempat belajar tertentu.
Pertimbangan pertama adalah tujuan Anda. Putuskan saja mengapa Anda melanjutkan studi di universitas. Jika Anda ingin meningkatkan karir masa depan Anda, pilih universitas mana saja yang menjadi pemimpin dalam derajat tertentu yang ingin Anda capai. Misalnya, jika Anda ingin belajar menulis kreatif University of East Anglia akan menjadi pilihan terbaik. Atau, Anda bisa memilih University of Oxford jika Anda tertarik untuk belajar bisnis.
Namun, memilih subjek tertentu entah bagaimana membingungkan. Jika Anda telah memutuskan mata pelajaran tertentu untuk dipelajari terkait dengan rencana karir masa depan Anda, itu akan lebih mudah. Anda hanya perlu mengambil mata pelajaran yang berkaitan dengan tujuan masa depan Anda. Misalnya, Anda dapat mengambil hukum jika Anda berencana menjadi pengacara. Tetapi jika Anda belum memutuskan rencana tertentu untuk masa depan Anda, Anda dapat memilih mata pelajaran tertentu yang Anda kuasai.
Pertimbangan kedua adalah lokasi universitas. Pastikan Anda harus senang tinggal di kota atau lingkungan tertentu. Mengapa? Sangat penting bagi Anda untuk menikmati kehidupan di sana karena Anda akan menghabiskan setidaknya delapan bulan setahun untuk tinggal di sana. Pertimbangkan jarak dengan kampung halaman Anda karena itu akan menjadi aspek penting juga. Jika Anda ingin merasakan hidup mandiri, Anda dapat memilih universitas sejauh yang Anda bisa. Tetapi jika Anda masih ingin pulang dan mengunjungi orang tua Anda kadang-kadang, lebih baik Anda memilih yang lebih dekat.
Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah biaya. Tentunya menjadi hal yang penting untuk dipersiapkan ketika akan memasuki universitas manapun. Universitas yang berbeda mengharuskan Anda membelanjakan jumlah uang yang berbeda. Namun, Anda masih dapat mendaftar untuk program beasiswa apa pun yang untungnya tersedia dalam banyak jenis.
Akan ada banyak pilihan Global Entrepreneurial University untuk Anda. Tentunya, apa yang harus Anda lakukan untuk menemukan universitas terbaik untuk Anda, bukan universitas terbaik berdasarkan peringkat. Jika Anda berpikir bahwa universitas-universitas terbaik di dunia adalah lingkungan yang tepat untuk Anda pelajari, tentu itu akan sangat bagus. Namun, jika Anda tidak senang belajar di sana, Anda hanya perlu mengambil pilihan lain.
Hingga saat ini, Harvard University di Cambridge, Massachusetts USA masih menempati posisi teratas universitas terbaik di dunia. Sekolah ternama Ivy League ini meraih nilai sempurna 100.00. Ini adalah universitas tertua di AS yang didirikan pada tahun 1636. Posisi kedua adalah Universitas Cambridge di Cambridge, Inggris Inggris. Sedangkan posisi ketiga adalah Yale University di New Have, Connecticut, USA.
Sekarang, Anda bisa mulai mempertimbangkan universitas mana yang paling cocok untuk Anda. Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum memilih dan masuk universitas akan menjadi hal yang bijak untuk dilakukan.
2 notes ¡ View notes
alifrafdi ¡ 2 years ago
Text
Sehelai Akur dan Segenggam Jujur
“Assalamu’alaikum, yang.” Suara ketukan pintu beriring salam terdengar, Sarah langsung bergegas untuk menyambut suaminya pulang kerja.
“Wa’alaikumussalam, sayaang.” Balas Sarah sambil memeluk suaminya. “Duh, kamu pasti capek, sebentar ya. Aku buatin teh chamomile dulu. “
Namaku adalah Sarah Charlotte. Orang-orang banyak yang heran dengan namaku. Tentu saja, perpaduan nama ala Belanda dan Timur Tengah tidak banyak ditemui di sini. Selain unik, ada aja yang bilang bahwa namanya tidak cocok.
Jujur, sekarang aku sedang kebingungan. Sudah hampir 3 bulan kami menikah, namun Aku rasa Karl masih belum mau terbuka tentang profesinya. Setahuku, dia merupakan seorang pengacara. Tapi, ia sama sekali tidak pernah cerita apapun terkait teman kerjanya, kesulitannya, maupun kesibukannya di kantor.
Yang semakin meningkatkan rasa curigaku, kemarin lusa Lily (salah seorang tetangga) mengabari, bahwa ia melihat Karl keluar dari Rumah Sakit dengan baju yang berantakan. Bahkan, sekilas terlihat percikan noda darah di lengan bajunya. Padahal ketika di rumah, bajunya rapi dan bersih.
 “Sayang, ini tehnya ya.” Ujarku sambil merapat ke pelukan Karl yang tengah duduk di sofa.
“Yang, aku ngerasa kayak orang paling bahagia sedunia tahu.” Ucap Karl tiba-tiba.
“Apaan sih? Kok tiba-tiba ngomong gitu?” Balasku.
“Bayangin aja, pulang kerja dipeluk istri, dibuatin teh, terus ngobrol santai kayak gini. Aku yakin para jomblo di luar sana banyak yang nangis kalau tau hidupku sebahagia ini. Haha.”
“Dih, malah gombal. Ga jelas. Aneh. Jelek. Sok keren. Huu.” Ledekku sambil tersenyum.
“Siapa yang gombal sih. Aku jujur kok ini, dari hati yang paling luar.”
 Suamiku ini memang suka aneh. Harusnya kan hati yang paling dalam. Tadi pagi lebih parah. Dia nanya, menu apa yang paling enak. Aku jawab nasi padang plus rendang. Kata dia salah. “Jawabannya, menua bersamamu.” Ya ampun, waktu aku bilang penasaran sama isi kepalanya, malah dibalas, “Kepalaku isinya cuma kamu, sayang.”
 “Dasar ga lucu, mana ada hati di luar. Yaudah, katanya kamu jujur. Aku mau tanya, kemarin lusa kamu ngapain? Kata Lily, dia lihat kamu keluar Rumah Sakit sekitar jam 5 sore. Yang sakit siapa? Bukannya kamu kerja?”
“Hah? Rumah Sakit? Mana ada. Dia salah lihat kali. Kemarin lusa sore itu, aku lagi rapat sama klien di Kafe. Ada kasus terkait harta warisan keluarganya. Kalo ga percaya, kamu bisa ikut aku besok. Kita ada janji ketemu.”
“Hmm, gitu ya. Iya deh, percaya. Maaf ya sayang aku curiga. Habisnya, aku kepikiran. Pengacara ngapain kok bisa keluar dari Rumah Sakit.”
“Gapapa kok, itu kan tandanya kamu perhatian. Aku malah sedih kalau kamu pura-pura ga tahu.” Balas Karl dengan lembut.
Saat itu, aku tidak menyadari bahwa Karl ternyata menghela napas lega. Lalu tersenyum tipis.
 Keesokan harinya, aku menjalankan aktivitas seperti biasa. Pagi hari, sarapan sudah siap sedia. Siapa lagi yang menyiapkannya kalau bukan Karl. Ketika waktunya kerja, ia selalu berangkat sebelum aku bangun tidur. “Emang si paling workaholic,” gumamku.
“Tok, tok tok! Halo, Permisi! Ada orang di rumah!?”
Aku sempat heran, siapa ya yang datang. Aku kan belum check out belanjaan. Saat kuintip, ternyata benar kurir paket. Mungkin Karl memesan barang. Aku pun langsung membuka pintu.
“Iya, Pak. Suami saya memesan bar…” Loh, kepalaku kok tiba-tiba pusing? Kesadaranku perlahan memudar.
--
“Sar, Sarah! Ayo bangun, please! Sayang! Bangun, sayang!”
Mataku perlahan terbuka, aku perlahan mencoba mencerna suasana di sekelilingku. Tempat ini begitu berdebu, barang elektronik berserakan di mana-mana. Bahkan, lampu ruangan pun hanya remang-remang menerangi. Sepertinya aku ada di sebuah gudang. Kok bisa?
 “Alhamdulillah, Alhamdulillah ya Allah. Syukurlah. Akhirnya kamu sadar. Kamu gapapa kan? Ada yang sakit gak?” Suara Karl terdengar sangat panik.
“Sakit? Ngga kok. Tadi aku lagi mau nerima paket kamu. Terus…, oh iya. Kok kita bisa ada di sini ya? Yang lebih penting, kok bibir kamu berdarah sih? Ada apa semua ini?” Balasku bingung.
“Maafin aku, Sar. Ini semua salahku. Gara-gara aku takut untuk jujur sama kamu terkait pekerjaanku. Aku takut, kalau kamu tahu semuanya, kamu bakal terancam bahaya. Aku takut kamu terluka, Sar. Aku gak nyangka bakal ada kejadian kayak gini.”
“Sekali lagi maaf ya, Sar. Sekarang, dengar baik-baik. Aku bakal ceritain semuanya ke kamu, tanpa terkecuali.”
2 notes ¡ View notes
batarayama ¡ 2 years ago
Text
Day 7: Favourite Movie
Kalo ditanya apa film favoritku ...banyak.
Ga ada yang specific dari genre apa. Yang pasti biasanya film-film yang feeling-good abis nonton, most likely pasti aku suka.
Jadi aku gunakan post ini untuk ngelatih caraku menulis premis dari film-film favoritku dalam beberapa kalimat.
Tumblr media
Under The Tuscan Sun (2003)
Hidup Frances runtuh saat tahu suami selingkuh dengan wanita lain. Dalam keadaan depresi, dia mendapat hadiah dari sahabatnya sebuah perjalanan ke Tuscany, Italy. Di mana dia memutuskan untuk memulai hidup baru di kota Cortona. Dengan harapan untuk bisa menemukan kebahagiaan; membangun keluarga, merayakan hidup, dan menemukan cinta. Siapa sangka jika semesta memberikan apa yang diinginkannya tepat seperti apa yang dibutuhkannya, walau bukan persis seperti apa yang diinginkannya.
Tumblr media
Mrs. Doubtfire (1993)
Setelah melewati proses perceraian, Daniel memiliki waktu yang terbatas untuk bertemu dengan anak-anaknya. Untuk mendapatkan waktu lebih dan bisa selalu bersama dengan anak-anaknya, Daniel menyamar menjadi seorang asisten rumah tangga di rumah mantan istrinya.
Tumblr media
Miracle on 34th Street (1994)
Berbagai keajaiban kecil yang Kris Kringle lakukan membuat seorang pengacara dan seorang gadis kecil berusaha membuktikan kalo Kris Kringle adalah Santa Claus yang sebenernya. Sebuah cerita hangat bagaimana keajaiban natal menjelma menjadi nyata.
So, what do you think? Have you watched those movies?
2 notes ¡ View notes
yesungsh27 ¡ 9 days ago
Text
"Menyelami Dunia Game Visual Novel: Cerita yang Dikemas dengan Indah"
Tumblr media
Game visual novel adalah genre yang menggabungkan elemen interaktif dengan narasi yang mendalam. Dengan fokus pada cerita, karakter, dan pilihan pemain, visual novel memberikan pengalaman yang unik dan personal. Artikel ini akan mengeksplorasi daya tarik dunia visual novel serta beberapa judul yang wajib dimainkan.
Apa Itu Visual Novel?
Visual novel adalah genre game yang berfokus pada penceritaan melalui teks, ilustrasi, dan musik. Pemain sering kali diberi pilihan yang memengaruhi alur cerita, menjadikan setiap pengalaman bermain terasa unik. Meskipun interaksi dalam gameplay biasanya minimal, kekuatan genre ini terletak pada narasinya yang mendalam dan emosional.
Daya Tarik Visual Novel
Cerita yang Memikat Visual novel menawarkan cerita yang dirancang dengan baik, sering kali mengangkat tema-tema yang kompleks seperti cinta, persahabatan, pengorbanan, dan misteri.
Karakter yang Mendalam Pemain dapat menjalin koneksi dengan karakter-karakter yang dikembangkan dengan penuh detail, baik melalui dialog maupun latar belakang cerita mereka.
Pilihan dan Konsekuensi Keputusan pemain sering kali memengaruhi akhir cerita. Elemen ini memberikan rasa kendali yang membuat pengalaman bermain menjadi lebih personal.
Seni dan Musik yang Indah Ilustrasi karakter, latar belakang, dan musik sering kali dibuat dengan sangat indah, menambah daya tarik visual novel sebagai bentuk seni interaktif.
Visual Novel yang Wajib Dicoba
Steins;Gate Menggabungkan elemen fiksi ilmiah dan drama, Steins;Gate menawarkan cerita yang kompleks tentang perjalanan waktu dan konsekuensinya. Karakter yang menarik dan alur cerita yang penuh kejutan menjadikannya salah satu visual novel terbaik sepanjang masa.
Doki Doki Literature Club! Meski terlihat seperti cerita romansa yang ringan, game ini memiliki twist psikologis yang tak terduga. Pengalaman emosional yang ditawarkan membuatnya sangat berkesan bagi para pemain.
Clannad Dikenal sebagai salah satu visual novel paling emosional, Clannad mengeksplorasi tema keluarga, cinta, dan kehidupan. Kisahnya yang mengharukan sering kali meninggalkan kesan mendalam bagi pemain.
Phoenix Wright: Ace Attorney Seri ini memadukan visual novel dengan gameplay berbasis investigasi. Pemain berperan sebagai pengacara pembela yang harus memecahkan kasus melalui pengumpulan bukti dan interogasi saksi.
The House in Fata Morgana Dengan cerita yang gelap dan atmosfer yang misterius, game ini mengeksplorasi tema-tema seperti tragedi, penebusan, dan kekuatan cinta.
Mengapa Visual Novel Relevan di Era Modern?
Di era di mana cerita menjadi elemen penting dalam media hiburan, visual novel memberikan pengalaman yang unik. Genre ini cocok untuk pemain yang mencari narasi yang mendalam dan penuh emosi. Dengan berkembangnya teknologi, visual novel kini lebih mudah diakses di berbagai platform, termasuk PC, konsol, dan perangkat seluler.
Kesimpulan
Game Visual novel adalah perpaduan sempurna antara seni, musik, dan cerita. Dengan fokus pada narasi yang kuat dan karakter yang mendalam, genre ini menawarkan pengalaman yang berbeda dari game pada umumnya. Jika Anda mencari pengalaman bermain yang emosional dan penuh makna, visual novel adalah pilihan yang tepat untuk menyelami dunia cerita yang dikemas dengan indah.
0 notes
jasapengacara1 ¡ 9 days ago
Text
TERPERCAYA!  0852-2137-3290 Jasa Sewa Pengacara Perceraian di Ciumbuleuit Bandung
Tumblr media
Reservasi Untuk Jasa Sewa Pengacara Perceraian : 0852-2137-3290 Percayakan segala urusan hukum keluarga Anda kepada kami! Mulai dari jasa perceraian yang profesional, penanganan permasalahan perkawinan, pengurusan hak asuh anak, hingga pembagian harta warisan atau harta gono-gini. Kami hadir untuk memberikan solusi terbaik dan mendampingi Anda dengan penuh empati dan keadilan
Kontak dan janji temu hubungi :
Whatsapp 0852-2137-3290 Link Whatsapp : https://wa.me/6285221373290
Biaya Sewa Pengacara Cerai: Panduan Lengkap
Perceraian adalah proses hukum yang bisa menjadi rumit dan emosional. Salah satu aspek yang paling sering dipertanyakan adalah biaya sewa pengacara cerai. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang biaya yang diperlukan, faktor yang memengaruhi tarif, dan pertanyaan umum terkait perceraian.
Mengapa Memerlukan Pengacara Cerai?
Pengacara cerai memiliki peran penting dalam membantu klien menavigasi proses hukum yang kompleks. Mereka menyediakan panduan hukum, membantu dalam penyusunan dokumen, serta mewakili klien di pengadilan jika diperlukan.
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Sewa Pengacara Cerai
1. Lokasi dan Reputasi Pengacara
Biaya sewa pengacara di Jakarta atau Bekasi mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Pengacara terkenal di kota besar biasanya memiliki tarif lebih tinggi karena pengalaman dan reputasi mereka.
2. Kompleksitas Kasus
Kasus perceraian yang melibatkan harta gono-gini atau hak asuh anak sering memerlukan waktu lebih lama dan memerlukan pendekatan hukum yang lebih rumit.
3. Layanan Tambahan
Beberapa pengacara menawarkan paket layanan tambahan seperti mediasi atau konsultasi hukum yang dapat menambah biaya.
Kisaran Harga Sewa Pengacara Cerai
1. Biaya Konsultasi Awal
Konsultasi awal dengan pengacara umumnya dikenakan tarif mulai dari Rp500.000 hingga Rp2.000.000 per sesi, tergantung dari pengacara yang dipilih.
2. Biaya Proses Pengadilan
Tarif ini berkisar antara Rp10 juta hingga Rp50 juta, tergantung pada kompleksitas kasus dan wilayah pengadilan tempat perkara diajukan.
3. Biaya Tambahan
Untuk layanan khusus seperti negosiasi hak asuh anak atau penyelesaian sengketa harta, tarif tambahan mungkin berlaku. Harga ini bisa berkisar dari Rp5 juta hingga Rp20 juta.
Mengapa Memilih Pengacara di Jakarta dan Bekasi?
Pengacara di Jakarta dan Bekasi dikenal memiliki pengalaman luas dalam menangani kasus perceraian yang kompleks. Dengan banyaknya pilihan pengacara di wilayah ini, Anda bisa menemukan layanan dengan harga yang kompetitif sesuai kebutuhan.
1. Apakah bercerai melalui pengacara bisa lebih cepat? Ya, menggunakan pengacara seringkali mempercepat proses karena mereka memahami prosedur hukum dan persyaratan administrasi yang diperlukan.
2. Kasus perceraian terbesar karena apa? Kasus perceraian terbesar biasanya disebabkan oleh perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan masalah keuangan.
3. Apakah boleh cerai pada saat hamil karena KDRT? Ya, perceraian dapat diajukan meskipun istri sedang hamil, terutama jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
4. Hak asuh anak di bawah 17 tahun jatuh ke pihak mana? Hak asuh anak di bawah usia 17 tahun umumnya diberikan kepada ibu, kecuali terdapat bukti bahwa ibu tidak mampu merawat anak dengan baik.
5. Berapa biaya perkara perceraian? Biaya perkara bervariasi tergantung pada pengadilan dan wilayah. Umumnya berkisar antara Rp3 juta hingga Rp10 juta untuk proses administrasi.
Kesimpulan
Memilih pengacara yang tepat untuk perceraian adalah langkah penting untuk memastikan proses hukum berjalan lancar. Dengan memahami biaya sewa pengacara dan faktor yang memengaruhinya, Anda dapat mempersiapkan anggaran yang sesuai. Jika Anda memerlukan layanan profesional di Jakarta, Bekasi, atau wilayah sekitarnya, pastikan untuk mencari pengacara yang memiliki reputasi baik dan pengalaman yang relevan.
Kami melayani wilayah seputar : Cikutra,Pasirlayung,Sukaluyu,Cibiru,Cipadung,Cipadung Kidul,Cipadung Wetan,Cicendo,Arjuna,Husen Sastranegara
kantor pengacara di bogor,biaya pengacara pidana,pengacara jakarta barat,jasa pengacara jakarta,10 pengacara terbaik di dunia,kantor pengacara di jakarta,biaya jasa pengacara,konsultasi pengacara online,kantor pengacara di depok,pengacara perceraian jakarta timur
Baca juga ya
0 notes
chlomission ¡ 13 days ago
Text
Pluviam et Dolorem
“Surat pengacara datang dari Shining Group.” Artem menceritakan duduk perkaranya secara langsung.
A "Tears of Themis" Fan Fiction
commissioned by wistaryvonee
tags: Artem Wing/OC, yumenushi, Canon Divergence, bad ending
Ariesta sedang membaca buku ketika dia menyadari bahwa hujan akan turun. Di luar, langit sudah ditutupi oleh awan kelabu yang menghalangi sinar matahari. Udara lembap menyelinap masuk melalui jendela kamar rumah sakit, membuat tubuh wanita yang tidak sehat itu menggigil. Wanita itu telah berada di rumah sakit selama beberapa hari terakhir karena penyakitnya memburuk.
Entah mengapa, perasaan tidak menyenangkan menyelimuti dirinya. Persis seperti firasat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Apabila ada seseorang yang harus Ariesta khawatirkan, tentu saja orang itu adalah suaminya sendiri. Artem sangat sibuk akhir-akhir ini. Dia mengurus sidang perceraian antara Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama dari suatu perusahaan ternama, Shining Group. Namun, perceraian mereka bukan perkara mudah. Ariesta dapat mengetahuinya walaupun dia tidak terjun di bidang hukum seperti suaminya.
Masalahnya, Artem terjaga selama beberapa malam terakhir sampai kemarin. Dia menemani Ariesta di kamar rumah sakit sambil bekerja. Wanita itu pun harus menegurnya. “Kenapa kamu tidak pulang dan istirahat saja? Kamu pasti lelah karena harus bekerja dan ke rumah sakit tiap hari.”
Ketika mendengar teguran itu, Artem hanya tertawa lembut dan bertanya balik. “Bukannya kamu akan kesepian kalau hanya sendirian di sini?” Kemudian pria itu juga akan beralasan apa saja, tetapi yang paling dia sebutkan adalah kata-kata, “Lagi pula, aku tidak sesibuk yang kamu pikirkan.”
Tentunya Ariesta tahu bahwa kata-katanya tidak benar. Jika Artem tidak sibuk, dia tidak akan bergadang selama berhari-hari. Tentu saja pria itu juga bisa memilih berada di ruang kerja yang berada di rumah dan tidak melakukan kunjungan rumah sakit agar tidak memotong lebih banyak waktunya. Akan tetapi, Artem selalu berkunjung setiap malam setelah pulang kerja dan memilih bekerja sepanjang malam di kamar rumah sakit.
Betapa banyak kepedulian yang bisa dirasakan dari setiap tindakan dan kata-kata sederhana yang Artem lontarkan. Ariesta mensyukuri hal tersebut. Sayang sekali tidak ada hal yang bisa dia lakukan untuk membantu suaminya yang berada dalam kesulitan. Wanita itu hanya bisa berdoa semoga hal-hal buruk tidak menimpa suaminya.
Malam pun tiba seiring waktu berlalu. Hujan di luar masih tidak berhenti dan angin kencang memukul jendela dengan keras. Petir menyambar membuatnya bergidik. Ariesta terbatuk beberapa kali karena terkejut. Rambut cokelat sepanjang bahu itu luruh begitu kepalanya tertunduk. Sakit kepala membuat pandangan matanya menjadi kabur.
Sebelum Ariesta mendapatkan fokusnya kembali, pintu kamar rumah sakit terbuka. Bahkan sebelum fokusnya kembali, dia dapat mengenali bahwa langkah kaki yang mendekat padanya adalah milik suaminya. “Sayang …?”
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya pria itu.
“Hanya sedikit pusing.” Ariesta memusatkan pandangan pada ujung-ujung jarinya. Matanya masih sedikit tidak fokus, tetapi sakit kepala yang menganggu sudah hilang sehingga dia pun mengangkat kepala. Kekhawatiran terdengar jelas dari suaranya saat bertanya, “Kenapa kamu basah kuyup?”
“Tiba-tiba saja hujan turun dan aku tidak membawa payung.” katanya. Senyum halus terukir di wajahnya. “Tadinya aku ingin menunggu, tapi sepertinya akan terlalu lama.”
Wanita itu samar-samar mengetahui tangan pria itu terulur seolah-olah hendak menyentuh pipinya. Gestur yang biasa dia lakukan setiap kali mereka berdua berhadapan. Akan tetapi, tampaknya Artem menahan diri untuk menyentuhnya karena tangan itu turun kembali. “Aku akan berganti pakaian dulu. Tunggu sebentar.”
“Ya ….”
Setiap kali wanita itu dirawat di rumah sakit, Artem selalu menjadi wali dan penunggunya. Maka secara praktis dia juga tinggal di kamar sehingga beberapa pakaian ganti sudah tersedia sebelumnya. Dari kamar mandi, suara air terdengar, sementara itu Ariesta tenggelam dalam pikirannya. Anehnya, dia merasa bahwa ekspresi pria itu tadi sedikit janggal. Ariesta sampai bertanya pada dirinya sendiri apa sakit kepala memengaruhi penglihatannya.
Beberapa menit berlalu sampai suaminya keluar setelah berganti pakaian. Artem duduk di kursi yang diletakkan sebelah tempat tidur. Wanita itu pun mengulurkan cangkir. “Minum dulu dan hangatkan dirimu.”
Ariesta tidak bisa mencicipi teh, kopi, ataupun minuman semacamnya di rumah sakit. Tidak tersedia pula di kamar rawatnya. Apa yang bisa ditawarkan hanyalah air hangat dari termos yang diinfus oleh buah kering. Meskipun begitu, Artem menerimanya dengan alami. Hening pun menguasai atmosfer kamar rumah sakit tersebut tidak peduli betapa ributnya suara hujan dari jendela.
Begitu Artem menghabiskan setengah dari isi cangkir bersuhu suam-suam kuku itu, dia mulai bicara. “Kondisimu akhirnya stabil setelah beberapa hari, tapi Dokter mengatakan gejalanya muncul lagi tadi siang. Apa kamu sudah beristirahat dengan baik?”
Melihat dari bagaimana suaminya terus bertanya mengenai kondisinya begitu tiba di kamar rumah sakit, wanita itu dapat memahami kalau Artem mengkhawatirkan dia. Itulah alasan mengapa dia nekat untuk segera datang ke sini tanpa memikirkan payung. Di sisi lain, Ariesta terus memerhatikan bahwa ada bagian dari ekspresi pria itu yang tampak salah. Firasat buruk yang dia rasakan dan pemahamannya tentang Artem meyakinkannya
“Apa lagi yang bisa aku lakukan di sini selain istirahat?” Ariesta terkekeh. Mata biru es itu kemudian menatap lurus pada suaminya, isyarat bahwa tidak ada ruang untuk berbohong di antara mereka. “Daripada itu, apa kamu baik-baik saja? Apa sesuatu terjadi saat bekerja?”
Tatapannya tidak membuat Artem menghindar. Pria itu justru tersenyum tidak berdaya saat Ariesta menatapnya begitu lekat. “Ketahuan, ya?”
“Sayang, kamu tahu kalau kamu tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku.”
“Bukannya sengaja disembunyikan,” elaknya. Dia mengulurkan tangannya dan membelai pipi Ariesta yang hangat. “Aku hanya bertanya-tanya bagaimana aku harus menceritakan ini padamu.”
Sangat penting bagi pasangan yang menjalin hubungan untuk berkompromi, menghormati satu sama lain, dan saling memahami. Tidak hanya itu, kedua belah pihak juga perlu memperlihatkan sisi paling jujur dari diri mereka kepada satu sama lain, hal yang mungkin tidak akan pernah diperlihatkan pada orang lain.
“Surat pengacara datang dari Shining Group.” Artem menceritakan duduk perkaranya secara langsung. “Sekarang memang belum memasuki tahap litigasi, tapi surat pengacara itu sendiri bisa dianggap sebagai ancaman yang ditujukan padaku.”
Wanita itu mengedipkan mata biru esnya dalam kebingungan. “Shining Group … bukankah itu perusahaan klien yang pernah kamu sebutkan? Kenapa mereka mau menuntutmu?”
“Berdasarkan isi surat itu, mereka baru akan mengajukan gugatan setelah bukti dikumpulkan. Mereka akan menggugat dengan tuduhan mendorong klien untuk menceraikan istrinya, padahal tujuanku sebenarnya adalah mendapat uang melalui biaya hukum.” Kata-katanya tidak mengandung emosi. Dia menceritakan fakta dan mengesampingkan perasaan pribadi. “Tindakanku dapat ditafsirkan sebagai penghasutan untuk melakukan litigasi dan dianggap sebagai praktik ilegal karena berbisnis melalui cara yang tidak sah.”
“Kenapa? Bukankah persidangan mereka sudah dijadwalkan?”
Wajar saja bagi Ariesta merasa bingung dengan persoalan ini. Melalui pertukaran percakapan dengan Artem selama pria itu bekerja lembur selama beberapa hari, dia tahu kalau perkara yang ditangani oleh Artem adalah mengusahakan perceraian antara pasangan yang memiliki perusahaan tersebut sesegera mungkin. Meskipun begitu, tampaknya situasi di balik perkara tersebut lebih rumit daripada yang Ariesta kira sebelumnya.
“Kebetulan saja media meliput kabar perceraian mereka dan situasi perusahaan mereka menjadi tidak stabil.”
Tentu saja ada banyak detail yang dihilangkan dari kalimat Artem. Mungkin saja ada lebih dari satu niat jahat mengarah pada suaminya. Akan tetapi, kesimpulan dari masalah ini sudah jelas. Artem digugat oleh Shining Group karena situasi perusahaan klien menjadi tidak stabil walaupun itu bukan kesalahan maupun tanggung jawabnya. Hanya dari sana dapat diketahui kalau Artem terpilih sebagai kambing hitam yang sempurna.
Ariesta menatap suaminya yang hanya tersenyum tidak berdaya. Tangan Artem terulur ke pipi wanita itu ketika mereka saling menatap. Akhirnya, Ariesta hanya bisa bertanya, “Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan membela dirimu sendiri?”
“Ini adalah perkara yang sensitif. Mungkin saja akan sulit untuk melakukan pembelaan sendiri. Segalanya tidak akan berjalan sesuai keinginanku.”
Meskipun Artem yang berada dalam situasi sulit, tetapi justru pria itulah yang menghibur Ariesta. Entah mengapa dia tidak menunjukkan tanda-tanda khawatir pada situasinya sendiri. Hal itu justru membuat Ariesta makin tertekan untuknya. Artem bangkit dari kursi, berdiri dan mendekatkan wajahnya pada wanita itu.
Dahi mereka saling bersentuhan. Suara guntur yang memekakkan telinga tidak mengganggu mereka berdua. Di luar begitu berisik sehingga sulit mendengarkan suara orang lain. Namun, jarak fisik mereka begitu dekat sehingga suara jernih Artem yang begitu tenang dan lembut tersampaikan dengan jelas di telinganya. “Sayangku, Ari, apa kamu mengkhawatirkan aku?”
Ariesta memeluk suaminya dengan erat sehingga dia perlu duduk di sisinya, di tempat tidur yang sama dengannya. Kepalanya bersandar pada bahu suaminya. Dia menepukkan tangan pada punggung lebar pria itu dalam irama yang konstan. Berharap juga bisa menenangkan kegugupan dan kecemasan yang Artem tidak tunjukkan padanya. Wanita itu dapat merasakan punggung Artem perlahan mengendur dalam rengkuhannya.
Dia pun berbisik, “Tentu saja aku mengkhawatirkanmu. Sayang sekali tidak ada yang bisa aku lakukan untukmu.”
“Kalau begitu, aku berharap kondisimu membaik saat aku menyelesaikan masalah ini.” Artem pun tertawa lembut, sedikit lebih lepas daripada sebelumnya. Kedua pasang mata itu saling menatap begitu memberikan jarak bagi satu sama lain. “Aku harap aku bisa berada di sisimu setiap hari, tapi sepertinya akan sulit setelah hari ini. Maafkan aku, Sayang.”
“Mengapa kamu meminta maaf?” Ariesta menggelengkan kepalanya. “Itu bukan salahmu dan aku juga tidak ingin kamu berada dalam masalah. Aku tidak keberatan harus sendirian di sini untuk sementara waktu.”
Hujan masih turun dengan derasnya, membuat keributan yang membutuhkan waktu lama untuk berakhir. Ariesta tidak dapat melupakan ekspresi yang ditunjukkan oleh Artem malam itu. Bagaimana wajahnya yang indah tampak jauh lebih bahagia daripada waktu dia baru saja datang. Sayangnya begitu pagi berikutnya tiba, wanita itu tidak dapat melihat sosok suaminya lagi di kamar rumah sakit.
Ariesta hanya bisa berdoa semoga keadaan buruk itu berbalik dan Artem akan baik-baik saja.

Ketika fajar baru saja menyingsing, Artem segera bersiap-siap untuk pergi. Kelelahan terlihat jelas di matanya, tetapi dia tidak bisa beristirahat lebih lama. Tidak peduli seberapa lelah tubuhnya, dia jelas khawatir karena segalanya bisa saja mengarah pada hasil terburuk. Berkat penghiburan dari Ariesta, barulah dia bisa merasa sedikit lega.
Sayang sekali kedamaian itu hanya sementara. Rekan kerjanya, Celestine menghubungi Artem semalam. Dia membawa kabar buruk. “Ada yang salah dengan opini publik.”
Wanita itu masih terlelap dalam tidurnya. Masih ada beberapa jam lagi sebelum pemeriksaan pagi dilakukan. Artem sebenarnya ingin menunggu sampai saat itu, tetapi situasinya tidak memungkinkan. Di sisi lain, pergi sebelum istrinya bangun juga pilihan yang bagus karena Ariesta tidak perlu melihat sisinya yang berantakan. Tidak ketika wanita itu sedang sakit dan kondisinya belum sepenuhnya stabil.
Pria itu beruntung masalahnya ditemukan tepat waktu sebelum air menjadi makin keruh. Celestine adalah orang yang berbakat dan dapat diandalkan ketika menyangkut situasi krisis semacam ini. Di mampu meringankan tekanan yang diarahkan kepada Artem. Akan tetapi, tindakan balasan perlu diambil segera untuk menyelesaikan perkara.
“Sampai bertemu nanti, Sayang.” Artem berbisik pada istrinya. Dia menyentuh pipinya yang hangat dan mengusapnya lembut. Kehangatan mengalir di jarinya sehingga membuatnya ingin berlama-lama. Sayang sekali pria itu harus segera meninggalkan kamar rumah sakit
Bernhard Shannon dan Selene Velasquez adalah pasangan suami-istri yang membangun Shining Group bersama dari titik nol, keduanya memiliki jumlah saham yang sama dan tidak bisa berkompromi menyerahkan hak manajemen perusahaan. Itulah alasan utama perceraian mereka menjadi perkara yang rumit. Apalagi jika kabar tersebut berhasil diliput oleh media, hal ini akan berdampak besar pada harga saham perusahaan tersebut.
Sayang sekali, itulah yang terjadi pada mereka pada hari ini. Berita perceraian meledak yang mana membuat harga saham Shining Group menjadi anjlok. Tentu saja harga saham tersebut akan berdampak secara signifikan terhadap total aset. Untuk menekan kerugian lebih jauh dan meminimalisasi fluktuasi harga saham, konsensus untuk menunda perceraian dibuat dan mereka sebuah rencana untuk mengembalikan kepercayaan publik.
Pada akhirnya, Shining Group memutuskan untuk menekan Artem melalui gugatan. Artem digugat atas perkara melanggar kode etik profesional, tetapi dia telah bekerja dengan jujur selama ini dan gugatan tersebut hanya tuduhan belaka. Artem menerka bahwa dalang dari skema tersebut bukan Bernhard Shannon yang pernah menjadi kliennya, melainkan istri yang awalnya ingin diceraikan.
Maka dari itu Artem mencoba bernegosiasi dengan Selene Velasquez dengan membuat janji temu di Firma Hukum Themis. Wanita itu memiliki penampilan yang sesuai dengan statusnya sebagai wakil direktur utama. Dia mengenakan pakaian rapi dan mewah, menggurat senyum misterius di wajahnya.
“Saya kira Anda ingin berdiskusi mengenai hasutan litigasi Anda, Tuan Wing.” Hanya dari satu kalimat, dia mampu mendominasi atmosfer ruangan tersebut.
“Nyonya Velasquez, saya yakin Anda adalah orang yang paling tahu apa saya benar-benar bersalah sesuai dengan gugatan itu. Bagaimanapun Anda adalah orang yang merancang skema untuk mengkambinghitamkan saya untuk mengembalikan kepercayaan publik.”
Selene Velasquez menatap Artem tajam. Dia terkejut karena Artem memahami rencananya, tetapi ekspresinya kembali tenang seperti semula “Tidak ada pernyataan yang bisa saya berikan.”
Artem memang baru saja bekerja sebentar dengan Bernhard Shannon sebelum dia menarik gugatan perceraian, tetapi dari waktu yang singkat itu dia memahami bahwa Direktur Utama Shining Group bukan orang yang begitu tegas dan tidak memiliki kemampuan untuk skema licik semacam ini. Isi surat pengacara itu akan sangat berbeda jika Wakil Direktur Utama tidak menyetujui skema tersebut.
“Lagi pula, manfaat apa yang bisa Anda tawarkan? Tuan Wing, Anda tahu betul bahwa karir Anda sedang dipertaruhkan.” Selene Velasquez bukan orang yang mudah dibujuk. Meskipun begitu, dia bertanya lagi. “Tawaran menguntungkan apa yang bisa Anda berikan sekarang?”
Ekspresi maupun postur tubuhnya menunjukkan keyakinan bahwa segalanya sudah berada dalam kendali sehingga dia tidak memerlukan intervensi apa pun dalam rencananya. Apa pun yang Artem tawarkan saat ini tidak akan bisa membuatnya mengalihkan atau mengubah seluruh skema yang dia rancang.
Tetap saja, Artem bernegosiasi. “Bagaimana dengan hak manajemen penuh Shining Group?”
Mendengar tawaran tersebut, Selene Velasquez meluruskan punggungnya. Matanya bersinar dengan ketertarikan. “Mari berbicara langsung ke intinya. Saya tidak suka bertele-tele.”
Penjelasan Artem tidak menjabarkan segalanya, melainkan meringkas keseluruhan perkara secara tepat sasaran.
Di antara pasangan suami-istri tersebut, Selene Velasquez adalah orang yang paling tidak menginginkan Shining Group bangkrut. Demi menyelamatkan reputasi perusahaan dan meminimalisasi kerugian, dia pun memutuskan untuk rujuk dengan suaminya lalu membuat rencana untuk menggugat Artem yang menjadi pengacara suaminya dalam isu perceraian.
Tidak peduli kebenarannya, sisi kotor dari seorang pengacara dengan tingkat kemenangan perkara hampir sempurna akan menarik perhatian publik. Pusat perhatian publik dan opini negatif akan tertuju kepada Artem. Shining Group pun akan mengendalikan arus tersebut sehingga dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Mereka seharusnya tidak mengejar persidangan, melainkan eksekusi melalui opini publik. Situasi internal perusahaan, termasuk kekacauan di antara para pemegang saham dan pegawai akan mereda. Menempatkan Artem sebagai penjahat juga membuat publik percaya bahwa ikatan pernikahan antara pasangan suami-istri tersebut masih sama. Mengikuti kesimpulan tersebut, harga saham perusahaan akan kembali seperti semula.
“Saya mengerti mengapa Anda memiliki tingkat kemenangan yang tinggi sekarang, Tuan Wing. Tampaknya Bernhard masih sedikit berguna dalam mengenali orang berbakat. Untung saja saya berhasil membujuknya membatalkan sidang.” Selene Velasquez mengapresiasi pemahaman pria itu. “Sayang sekali ….”
Ruang negosiasi tampaknya dipenuhi oleh intimidasi dari wanita tersebut. Akan tetapi, Artem bergeming di tempatnya. Negosiasi tersebut masih belum menemukan titik terang.
Selene Velasquez melanjutkan ucapannya yang sengaja dia gantungkan. “Benar kalau saya mengincar hak manajemen penuh atas perusahaan. Sayang sekali, saya tidak membutuhkan bantuan Anda. Tidak ada yang perlu diubah dalam rencana saya.”
Apabila gugatan ini diteruskan, akan sulit bagi Shining Group memenangkan sidang kecuali jika mereka memiliki bukti yang mengarah langsung pada kejahatan yang dituduhkan. Pada akhirnya, Shining Group seharusnya tidak mengejar persidangan, melainkan eksekusi melalui opini publik. Mereka akan jauh lebih diuntungkan daripada meneruskan perkara sampai ke tahap litigasi apa pun.
Meskipun begitu, kata-kata Selene Velasquez menunjukkan bahwa tidak ada ruang sama sekali untuk negosiasi, seolah-olah dia sudah menyiapkan segala bukti yang diperlukan untuk dibawa ke pengadilan. Negosiasi tersebut tidak menghasilkan jawaban yang diinginkan oleh Artem dan wanita itu meninggalkan ruangan tersebut tanpa meninggalkan ruang kompromi lainnya.
Pria itu terhenyak di tempatnya duduk. Kepalanya berdenyut karena akumulasi kelelahan dan kurang tidur selama beberapa hari. Tekanan stres yang dia sejak kemarin menjadi sebagian besar penyebabnya. Segala situasi ini benar-benar mengarah pada kemungkinan terburuk. Artem tidak bisa menjaga ketenangannya lagi. Raut wajah tanpa ekspresi yang dia jaga demi profesionalitasnya pun retak menyisakan ketidakberdayaan.
“Ari ….”
Ketika Artem memejamkan matanya, apa yang terlintas adalah gambar wajah seorang wanita yang tertidur di ranjang rumah sakit. Kehangatan menjalar dari ujung jarinya yang mengusap pipi wanita itu. Bahkan belum satu hari mereka berpisah, tetapi Artem sudah merindukan setiap tetes kenyamanan yang dia dapatkan setiap kali mereka menghabiskan waktu bersama.
Berada di sisi Ariesta membuat Artem hanya ingin menjadi dirinya sendiri. Dia tidak perlu menjadi seorang pengacara yang bersikap serius sepanjang waktu dan sesekali menunjukkan sisi ceroboh dan tidak berdaya untuk mendapatkan kenyamanan. Pada kesempatan lainnya, dia ingin menjadi orang yang menawarkan kenyamanan itu pada Ariesta dan menjadi tempat bagi istrinya untuk bersandar.
Apa yang menahannya untuk kembali ke rumah sakit adalah pesan dari dokter yang merawat istrinya. Meskipun dia tidak berada di sana, informasi mengenai pemeriksaan terbaru selalu datang tepat waktu. Kondisi istrinya memburuk dan menjadi tidak stabil. Artem memahami bahwa jika dia datang dalam keadaan berantakan seperti saat ini, hal itu justru akan membuat Ariesta mencemaskannya. Pria itu khawatir kunjungannya hanya akan memperburuk keadaan istrinya yang sudah sakit.

Opini publik telah jatuh ke titik terburuk. Seorang pengacara top dari keluarga terpandang ternyata hanya bajingan yang melakukan apa saja demi uang. Rumor-rumor tidak berdasar menyebar tentang bagaimana orang tuanya menggunakan pengaruhi dan reputasi mereka agar karir Artem berjalan dengan mulus. Tingkat kemenangan perkara 99,9% adalah kisah yang dibuat-buat dan tidak valid.
Belum lagi, departemen hukum Shining Group bekerja keras untuk menggugat Artem. Untuk membawa perkara tersebut ke tahap litigasi lebih lanjut seperti ini, maka perkara ini bukan hanya diusut demi menyelamatkan reputasi dan menekan kerugian lebih lanjut yang dialami oleh Shining Group. Perkara ini juga telah menjadi bagian dari skema untuk mengambil alih hak atas manajemen perusahaan secara penuh.
Celestine bertanya pada pria itu dengan suara yang dipenuhi kekhawatiran. “Sidang akan segera dimulai. Apa kamu baik-baik saja?”
Sidang. Satu kata yang semula mewakili integritas dan keadilan terdistorsi secara mengerikan dalam perkara ini. Ternoda oleh kekejaman dan nafsu akan kekuasaan. Persidangan ini tidak diadakan secara publik, sehingga tidak ada orang lain yang bisa ikut campur. Akan tetapi, publik sudah menunggu hasil akhir yang ditetapkan dalam persidangan tersebut.
Artem menoleh pada Celestine. Senyum diam yang diberikan sebagai jawaban tidak mencapai matanya. Pria itu tidak menunjukkan jejak emosi apa pun. Sebelumnya dia menenggelamkan diri dengan berbagai berkas dan mencoba untuk menanggulangi dampak opini publik, tetapi sejak pagi ini, dia berpaku pada ponselnya dan tidak memedulikan apa pun.
Pria itu pun menyimpan ponsel yang semula terus dilihatnya dan memasuki ruang sidang tanpa berbalik ke belakang. Hasilnya sudah jelas. Kekalahan. Artem bahkan harus menerima tanggung jawab pidana dan lisensi pengacara senior dicabut karena dia telah melanggar kode etik sebagai pengacara. Penjahat yang kotor menerima hukumannya.
Ketika Artem bertatap muka dengan Selene Velasquez lagi, dia berkata, “Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar kode etik pengacara, tapi tidak ada jaminan bahwa orang lain dengan niat jahat tidak akan menemukan celah untuk dieksploitasi.”
Senyum misterius yang sama seperti saat mereka bertemu hari itu terukir di wajahnya. “Apa yang sebenarnya ingin Anda katakan, Tuan Wing?”
“Menurut Anda, Nyonya Velasquez,” tanyanya, “apakah publik akan termakan cerita yang sama dua kali?”
Tanpa meninggalkan kata-kata lebih lanjut ataupun mendengar jawaban, Artem segera keluar dari ruang sidang tersebut. Pria itu memang akan menerima sanksi, tetapi berkat toleransi, dia bisa keluar dengan syarat berada di bawah pengawasan. Bagaimanapun hanya ada satu tempat yang sudah ingin dia kunjungi selama beberapa waktu terakhir.
Artem menuju ke rumah sakit. Ingatannya kembali pada malam hujan tersebut saat dia datang dengan basah kuyup ke salah satu kamar rawat. Saat itu, hujan deras menciptakan suara yang mengerikan dan tidak kunjung berhenti, tetapi tidak ada kenyamanan yang sebanding dengan apa yang diterimanya pada malam tersebut. Tentu saja harus ada seseorang yang terlibat untuk membuatnya merasa demikian.
Ketika dia memasuki kamar rawat, selimut menutupi wajah wanita itu. Artem menyingkap kain tersebut dan menemukan wajah istrinya menutup mata. Sedikit lebih kurus, tetapi selain itu masih tetap serupa dengan saat pria itu meninggalkannya. Tangan Artem terulur untuk membelai pipi istrinya seperti kebiasaan. Namun, yang bisa dia rasakan hanyalah dingin.
Tubuhnya tidak menyimpan kehangatan sedikit pun seperti sebelumnya.
“Aku kembali, Sayang.” Pria itu menghela napas lembut. Akhirnya, dia melepaskan topeng profesional yang terus dia gunakan selama ini. Ada banyak emosi bercampur aduk. “... Maafkan aku.”
Di atas semua emosi yang bercampur aduk, Artem berduka.
Sejujurnya dia sendiri tidak yakin apa yang dia rasakan begitu menerima kabar kematian dari dokter melalui ponselnya saat itu. Namun, ambisi terakhir untuk memenangkan perkara walaupun posisinya sudah berubah menjadi terdakwa pun habis tidak bersisa. Pria itu menggenggam tangan dingin istrinya dengan erat seolah-olah mencari kembali kehangatan yang tidak mungkin bisa dia peroleh kembali.
Malam itu, Artem juga sempat menggenggam tangan kurus tersebut, merasakan kenyamanan mengalir melalui sedikit kehangatan yang dibagikan. Betapa menyedihkan karena Artem tidak merasakan sensasi itu lagi. Satu-satunya tali penyelamat yang tersisa sudah putus dan tidak ada yang bisa pria itu lakukan.
“Kamu sudah tidak sakit lagi dan pekerjaanku juga sudah selesai.” Artem menyatukan dahi mereka. Dibandingkan mencari kehangatan seperti sebelumnya, dia justru ingin memberikan kehangatan pada tubuh dingin istrinya. “Tunggulah sebentar. Mulai sekarang, aku akan berada di sisimu setiap hari, Sayang.”
0 notes
pengacaraperceraian1 ¡ 13 days ago
Text
MEMUASKAN!  0852-2137-3290 Jasa Pengacara Perceraian di Rancamanyar Bandung
Tumblr media
Reservasi Untuk Jasa Pengacara Perceraian : 0852-2137-3290 Percayakan segala urusan hukum keluarga Anda kepada kami! Mulai dari jasa perceraian yang profesional, penanganan permasalahan perkawinan, pengurusan hak asuh anak, hingga pembagian harta warisan atau harta gono-gini. Kami hadir untuk memberikan solusi terbaik dan mendampingi Anda dengan penuh empati dan keadilan
Kontak dan janji temu hubungi :
Whatsapp 0852-2137-3290 Link Whatsapp : https://wa.me/6285221373290
Pengacara Perceraian Medan: Panduan Lengkap untuk Anda yang Butuh Bantuan Hukum
Perceraian adalah salah satu keputusan hidup yang paling berat bagi setiap pasangan. Apalagi jika melibatkan perasaan, anak-anak, dan harta yang harus dibagi. Jika Anda berada di Medan dan sedang mempertimbangkan untuk menggugat cerai, memahami bagaimana pengacara perceraian Medan bisa membantu Anda melalui proses ini adalah langkah pertama yang bijak. Dalam artikel ini, kami akan membahas berbagai hal penting seputar pengacara perceraian, mulai dari biaya hingga proses hukum yang harus dilalui.
1. Kenapa Memilih Pengacara Perceraian?
Perceraian bukanlah proses yang bisa dilakukan sembarangan. Banyak aspek hukum yang perlu dipertimbangkan, mulai dari hak asuh anak, pembagian harta gono gini, hingga masalah nafkah. Tanpa pemahaman yang cukup tentang hukum perceraian, Anda mungkin bisa terjebak dalam proses yang panjang dan membingungkan. Di sinilah pengacara perceraian berperan penting. Seorang pengacara untuk perceraian akan membantu Anda memahami hak-hak Anda, mengurus semua dokumen yang diperlukan, dan memastikan semua prosedur dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tidak hanya di Medan, pengacara perceraian juga banyak ditemukan di kota-kota besar lain seperti pengacara perceraian Jakarta Barat dan pengacara Depok, yang memiliki pengalaman dalam menangani kasus perceraian dengan berbagai kompleksitas. Mereka dapat memberikan saran hukum yang tepat dan membantu menyelesaikan masalah yang muncul selama proses perceraian, seperti pembagian harta gono gini dan hak asuh anak.
2. Keuntungan Menggunakan Pengacara Khusus Perceraian
Banyak orang beranggapan bahwa menggunakan pengacara perceraian hanya memperpanjang proses dan menambah biaya. Namun, kenyataannya adalah, pengacara khusus perceraian justru bisa mempercepat dan mempermudah proses perceraian Anda. Mengapa? Karena mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang undang-undang perceraian dan masalah hukum yang menyertainya. Berikut beberapa alasan mengapa Anda harus mempertimbangkan untuk menggunakan pengacara khusus perceraian:
a. Bantuan Profesional dalam Pembagian Harta Gono Gini
Masalah pembagian harta gono gini sering menjadi salah satu perdebatan utama dalam perceraian. Tanpa bantuan pengacara, Anda mungkin kesulitan dalam membagi harta yang adil. Pengacara perceraian akan membantu Anda dalam menentukan hak-hak Anda dan memastikan pembagian harta sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Mengatur Hak Asuh Anak dengan Lebih Baik
Jika Anda memiliki anak, masalah hak asuh adalah hal yang paling sensitif dan penting. Pengacara perceraian akan membantu Anda untuk memperjuangkan hak asuh anak dengan cara yang adil dan berdasarkan kepentingan terbaik anak.
c. Pengurangan Stres dan Beban Emosional
Perceraian adalah proses yang penuh tekanan emosional. Dengan bantuan pengacara, Anda tidak perlu terlalu khawatir tentang prosedur hukum yang rumit. Anda bisa fokus pada diri Anda dan keluarga, sementara pengacara menangani semua hal terkait perceraian.
3. Apa yang Harus Diperhatikan Sebelum Memilih Pengacara Perceraian?
Memilih pengacara perceraian bukanlah keputusan yang bisa diambil sembarangan. Ada beberapa faktor yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan pengacara mana yang akan Anda pilih. Berikut beberapa tips untuk membantu Anda memilih pengacara perceraian yang tepat:
a. Pengalaman dan Spesialisasi
Pastikan pengacara yang Anda pilih memiliki pengalaman yang cukup dalam menangani kasus perceraian, terutama di Medan jika Anda berada di sana. Pengacara perceraian dengan spesialisasi di bidang perceraian akan memiliki pengetahuan lebih mendalam tentang prosedur dan strategi yang perlu diterapkan untuk kasus Anda.
b. Reputasi dan Ulasan Klien
Sebelum memilih pengacara, carilah ulasan atau testimoni dari klien sebelumnya. Reputasi pengacara yang baik akan memudahkan Anda untuk memperoleh hasil yang optimal. Banyak pengacara perceraian Medan yang memiliki ulasan positif karena telah berhasil membantu banyak pasangan melewati perceraian dengan hasil yang memuaskan.
c. Biaya Pengacara Perceraian
Biaya merupakan salah satu faktor yang sering menjadi pertimbangan utama. Anda harus memahami struktur biaya yang ditawarkan oleh pengacara sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa mereka. Setiap pengacara perceraian, seperti pengacara perceraian Jakarta Barat atau pengacara Depok, biasanya memiliki tarif yang berbeda-beda tergantung pada pengalaman dan kompleksitas kasus yang mereka tangani.
tentang Pengacara Perceraian
1. Berapa Biaya Pengacara Perceraian?
Biaya pengacara perceraian dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas kasus dan pengalaman pengacara. Biasanya, pengacara perceraian di Medan akan mengenakan biaya berdasarkan tarif per jam atau biaya tetap untuk seluruh proses perceraian. Untuk perceraian yang sederhana, biaya bisa lebih rendah, sementara untuk kasus yang melibatkan pembagian harta gono gini dan hak asuh anak, biayanya bisa lebih tinggi.
2. Apakah Pengacara Perceraian Membantu Pembagian Harta Gono Gini?
Ya, salah satu peran utama pengacara perceraian adalah membantu dalam pembagian harta gono gini. Pengacara akan memastikan bahwa pembagian harta dilakukan secara adil dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Mereka akan memandu Anda dalam menentukan aset yang harus dibagi, termasuk properti, kendaraan, rekening bank, dan aset lainnya.
3. Mengapa Harus Cerai Menggunakan Pengacara?
Menggunakan pengacara dalam perceraian sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan hukum yang dapat melindungi hak-hak Anda. Pengacara juga akan membantu Anda menghindari kesalahan prosedural yang dapat memperlambat proses perceraian. Dengan menggunakan pengacara perceraian, Anda akan merasa lebih aman dan terarah dalam menghadapi proses hukum yang rumit.
4. Apakah Istri yang Gugat Cerai Bisa Menuntut Hak Milik Tempat Tinggal?
Istri yang menggugat cerai memang memiliki hak untuk menuntut hak milik tempat tinggal, terutama jika tempat tinggal tersebut merupakan harta bersama yang diperoleh selama pernikahan. Pengacara perceraian akan membantu Anda mengajukan klaim atas hak tempat tinggal sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, baik dalam hal hak milik maupun hak untuk tinggal di tempat tersebut.
5. Berapa Kali Sidang Gugatan Cerai?
Jumlah sidang dalam gugatan cerai bisa bervariasi, tergantung pada seberapa cepat proses perceraian dapat diselesaikan. Biasanya, ada beberapa sidang yang harus dilalui, termasuk sidang perdana, sidang pembuktian, dan sidang putusan. Dalam beberapa kasus yang lebih kompleks, jumlah sidang bisa lebih banyak, tergantung pada keberatan atau masalah yang timbul selama proses perceraian.
Kesimpulan
Perceraian adalah proses yang penuh tantangan, tetapi dengan bantuan pengacara perceraian Medan, Anda dapat melalui proses ini dengan lebih mudah dan tanpa beban. Pengacara perceraian tidak hanya akan membantu Anda dalam prosedur hukum, tetapi juga memastikan hak-hak Anda terlindungi, baik itu dalam pembagian harta gono gini, hak asuh anak, maupun hak tempat tinggal. Jadi, jika Anda mempertimbangkan untuk bercerai, jangan ragu untuk menghubungi pengacara perceraian yang berkompeten dan berpengalaman.
Jangan biarkan proses perceraian membuat Anda merasa sendirian. Dapatkan bantuan yang Anda butuhkan dengan segera!
Kami melayani wilayah seputar : Buahbatu,Cipagalo,Jatisari,Margasari,Sekejati,Cibeunying Kaler,Cihaur Geulis,Cisurupan,Neglasari,Cibeunying Kidul
pengacara perempuan,pengacara sukabumi,pengacara terbaik di bandung,pengacara terkaya di indonesia,pengacara terhebat di dunia,pengacara termahal di indonesia,pengacara tasikmalaya,pengacara umur berapa,pengacara urus perceraian,pengacara untuk apa
0 notes
nojamsty ¡ 2 years ago
Text
┌────soonwoo au
by nojamsty
—ᵖᵃʳᵗ ᵒᶠ ꜱᴀᴜᴅᴀᴅᴇ
✓✓✓
Tumblr media
Saat Wonwoo datang dan masuk ke dalam rumahnya, menariknya yang masih sibuk di halaman belakang dengan keadaan tangan yang kotor dengan tanah keluar rumah dan memintanya ikut tanpa penjelasan selain kata Soonyoung mungkin dalam bahaya, mampu membuatnya tanpa banyak tanya mengikuti Wonwoo. Tapi tetap saja, pertanyaan masih mengantri di dalam kepalanya. Apalagi ketika Wonwoo menyerahkan ponselnya dan mengatakan bahwa ia harus memantau Soonyoung dengan gpsnya.
"Maksud lo gimana sih Won?"
Diantara bisingnya deru motor, Seungcheol yang duduk di belakang Wonwoo berbicara sedikit kencang, karena tidak mengetahui maksud dari perkataan Wonwoo dalam pesan singkatnya tadi dan tanpa penjelasan lebih lanjut dari pacar adiknya itu.
"Jadi gue tuh sebenernya sering diajakin mabar sama Hyuk di kosan, lo tahu sendiri 'kan hobi kita nge-game kalau gak lagi futsal.." Wonwoo melirik sekilas pada spion motornya, "Nah, akhir-akhir ini dia sering ngajakin taruhan sama gue, biasanya emang taruhan sih.."
"Ya terus?"
Dari perkataan Wonwoo, Seungcheol belum bisa menarik kesimpulannya karena dia sendiri tahu bahwa teman yang duduk di samping bangkunya sering mengadakan taruhan, bukan hal yang aneh lagi diantara mereka.
"Dia nyuruh gue putus sama Soonyoung kalau gue kalah.."
Dahi Seungcheol berkerut bingung. "Lah kok gitu? Lagi stress apa dia Won?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Gue gak tahu, awalnya gak gue anggap gak serius sih, cuma kemaren tuh gue pas mau buang sampah di kamar kosan gak sengaja lihat sticky note di depan kamar dia, udah lusuh sih.." Wonwoo menghela napasnya sejenak, "udah kayak habis di buang gitu, pas gue baca itu kayak apa ya.." Wonwoo sedikit berpikir untuk mencari kata yang cocok, "kayak kata-kata yang biasanya di kirim Mr. Cat ke Soonyoung gitu, apalagi pakai tulisan komputer 'kan."
"Gue pikir ngapain ada di depan kamar dia, ya udah gue kantongi 'kan itu, terus iseng pura-pura mau ngajakin dia mabar, gue masuk kamarnya, gue emang udah sering masuk kamarnya, lo juga gitu 'kan, gak ada yang mencurigakan sama sekali, tapi dia kayak marah gitu.."
"Asli sih gue bingung banget sama tuh bocah.."
"Terus semisal nih, ternyata dia Mr. Cat gimana?" Wonwoo bertanya sedikit menolehkan kepalanya, "ada kemungkinan enggak?"
Bahu Seungcheol tegang, bukan hanya dari perkataan Wonwoo tapi dari layar ponselnya. "Soonyoung udah gak bisa di lacak.."
Wonwoo menghentikan laju sepeda motornya detik itu juga, beruntung mereka tidak terpental karenanya. "Soonyoung.." Wonwoo menoleh cepat, "apa?!"
Seungcheol menunjukkan layar ponselnya. "Beneran udah gak ada jejaknya."
"Dimana terakhir kali mereka berhenti, sekarang coba lihat punya Hyuk.."
Degup jantung keduanya terasa menyesakkan dada, bertalu-talu seolah-olah bisa menjebol rongga dada mereka, takut akan kemungkinan terburuk. Tidak ingin prasangka keduanya menjadi benar. Seungcheol dengan jari gemetarnya mulai kembali mencoba melacak keberadaan Hyuk.
✓✓✓
Tumblr media
✓✓✓
Karena tidak memiliki petunjuk apapun dan ini cukup beresiko keduanya memilih berhenti di sebuah ruko kosong dan segera menelepon Pengacara yang di percayakan oleh Ayah Seungcheol, dan berjaga-jaga Wonwoo ikut menelpon Seulgi untuk datang. Tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada Soonyoung, jika saja Wonwoo menyadarinya sejak awal bahwa teman satu kost dengannya mungkin saja memiliki ketertarikan pada Soonyoung, ini tidak akan terjadi.
"Soonyoung belum bisa juga di hubungin.." Seungcheol berucap pelan, dan Wonwoo sadar bahwa temannya sedang mencoba menekan suaranya yang bergetar.
Jika Soohyuk adalah Mr. Cat kemungkinan itu bisa saja terjadi, selain dia berteman dekat dengannya dan Seungcheol, ia juga memiliki akses keluar masuk dengan bebas sepertinya di rumah Soonyoung. Dan jika Wonwoo mengingat kembali, ia sering kali melihat Soohyuk berdecak tiap kali ia menceritakan bagaimana Soonyoung dan dirinya yang bertengkar karena hal kecil, pandangan tidak sukanya sering kali menggangunya, tapi Wonwoo tidak pernah mengambil pusing, mengingat bagaimana kepribadian Soohyuk.
Satu notifikasi muncul di layar ponsel Wonwoo. Ia membukanya ketika membaca itu dari Seulgi. Dan keseluruhan data muncul di layar ponselnya. "Cheol.."
Seungcheol menoleh dengan bingung melihat raut wajah Wonwoo. "Kenapa?"
"Lo tahu gak kenapa Hyuk pakai nickname Mr. Cat?" Wonwoo memijat pangkal hidungnya, "kenapa dia bisa pakai nama itu?"
Dari data yang dikirim Seulgi, Wonwoo tidak dapat menemukan fakta kenapa Soohyuk menggunakan nickname itu yang membuat mereka akhirnya mencurigai Junhui daripada Soohyuk sendiri.
"Kenapa bisa pakai nickname yang pernah dipakai Jun?"
Dahi Seungcheol berkerut, mencoba menggali beberapa ingatan yang mungkin saja terlewatkan olehnya dan ia sadar satu hal, jika ia melupakan sesuatu yang mungkin saja menjadi salah satu alasan Mr. Cat ada. "Gue gak yakin ini bener, tapi gue sama Hyuk udah kenal sejak SMP dan dia emang tahu kalau Soonyoung dulu punya secret admirer, selain itu dia tahu gue pernah ngamuk karena masalah Ten, gue sekelas terus sama Hyuk mungkin ya karena itu juga.."
"Ah!" Seungcheol berdecak, "gue rasa dari awal dia emang bikin kita curiga sama Jun atau siapapun di sekitar Soonyoung tapi gue tahu kenapa Jun.."
"Kenapa?"
"Waktu di OSIS dulu mereka pernah sempet cekcok sih, awalnya dari persaingan jadi ketua, terus gue kurang tahu kenapa mereka sempet berantem selesai rapat gitu.."
"Serius?"
Seungcheol mengangguk. "Gue gak pernah tahu apa sebabnya karena Hyuk gak pernah mau cerita dan gue dulu belum kenal deket sama Junhui, tapi satu sekolah heboh karena mereka sih.."
"Berarti sekarang kita butuh hubungin Junhui.."
"Anjing? Setelah kejadian kemarin, lo masih berani ngehubungi Junhui Won? Yang bener aja.."
Wonwoo bingung. "Lah, emangnya kenapa? Sekarang Soonyoung lebih penting, yang lain pikirin belakangan aja."
Tapi suara klakson menghentikan percakapan keduanya, mobil Jongsuk berhenti di depan mereka.
✓✓✓
Tumblr media
___
Tumblr media
✓✓✓
Mereka akhirnya berhenti, tepat di pinggiran kota, jauh dari kata bising dan hiruk-pikuk. Seungcheol melempar pandangannya ke arah Wonwoo yang masih terpaku pada layar ponselnya. "Daerahnya bener disini kok.." Wonwoo bersuara.
"Kalau kalian kurang yakin, kita bisa tunggu Junhui kesini.." Kali ini Pengacara, Jongsuk yang bersuara.
Wonwoo dan Seungcheol menggeleng serempak. "Gak bisa, kita gak bisa ngulur waktu terus, gimana kalau Soonyoung kenapa-napa?" Dan Wonwoo membenarkan ucapan Seungcheol.
"Tapi kita juga gak tahu gudang yang di maksud Junhui 'kan?" Jongsuk berucap, "atau kita malah bakalan nyasar tanpa arah karena gak tahu lokasinya?"
Wonwoo menepuk pundak Seungcheol yang merosot. "Gue sama Cheol yang masuk cari gudang, Om tunggu Kak Seulgi dulu disini.."
"Kalian bisa nyusul kalau sekiranya kita gak balik-balik sekitar satu jam, kalian bisa nyusul bareng polisi yang bakal kesini.."
"Kalian yakin?" Jongsuk berkata ragu.
Wonwoo mengangguk mantap. Ia akan mempercayai perkataan Junhui seperti Soonyoung yang terus mempercayai sahabatnya itu. Ia tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja sampai membuat Soonyoung dalam keadaan bahaya.
✓✓✓
Butuh sekitar setengah jam Wonwoo dan Seungcheol berjalan ke dalam perkebunan karet, tidak terlalu sulit karena lokasinya sedikit terbuka, hanya saja jauh dari keramaian. Mereka hampir putus asa, karena tidak menemukan gudang yang di maksud, tapi tetap mengikuti jalan setapak tidak lebih dari selebar satu jengkal tangan orang dewasa.
"Ini kita masuknya terlalu dalem gak sih Won?"
Wonwoo menggeleng pelan, ia juga tidak tahu, tapi ia tetap meminta Seungcheol berjalan di sampingnya tanpa kata. Mungkin seharusnya mereka berdua menggunakan motor saat masuk untuk mempercepat akses mereka masuk, tapi Wonwoo berpikir bahwa itu akan membuat mereka di ketahui keberadaannya lebih cepat karena suara deru motor.
"Won, menurut lo sekarang keadaan Soonyoung gimana?"
Dari getar suara Seungcheol, ia tahu bahwa sahabatnya tengah diliputi rasa khawatir akan keadaan Soonyoung sekarang. Ia hanya menggeleng pelan. "Gue juga gak tahu, tapi gue rasa Soonyoung bakalan baik-baik aja, kita tahu 'kan kalau Mr. Cat gak pernah nyakitin Soonyoung?"
Seungcheol hanya mengangguk, mencoba mempercayai perkataan Wonwoo dan diam-diam mengamininya.
Saat keduanya melihat pagar kayu setinggi hampir dua meter, mereka berjalan lebih ke pinggir dengan langkah pelan. "Itu kemungkinan gudangnya gak sih?"
Wonwoo memberi isyarat pada Seungcheol agar duduk jongkok di sampingnya. "Kira-kira disana cuma ada Hyuk sama Soonyoung atau kemungkinan ada temen-temen Hyuk yang gak kita tahu?"
Seungcheol menggendikan bahunya. "Gue gak yakin juga, kita ngintip ke dalem aja dulu?"
"Lo yakin?"
Dan Seungcheol mengangguk mantap.
Pagarnya sedikit reot dengan celah lebar yang terbuat dari bambu, yang membuat keduanya dengan leluasa mengintip ke dalam, ukuran gudangnya cukup besar dengan pagar yang mengelilinginya. Tampak sepi dan terlihat sebuah mobil jeep terparkir di pekarangan. Jadi itulah kenapa jalan setapak tampak memiliki dua jalur yang bersisian dan tanaman karet tampak terbelah menjadi dua bagian yang memiliki jarak lebar dari yang seharusnya, mungkin agar mempermudah akses mobil untuk keluar masuk.
"Lo pernah lihat Hyuk naik mobil itu gak?" Seungcheol bertanya dengan ragu, tidak pernah melihat mobil itu di kemudikan oleh temannya.
Wonwoo menggeleng. "Enggak, tapi gue yakin pernah lihat mobil itu ada di parkiran keluarga Lee sih.."
"Lo sebenernya kenal Hyuk sebelum SMA 'kan?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Cuma tahu dia salah satu anak konglomerat, pernah ketemu waktu acara perusahaan pas gue diajakin kakek.." Wonwoo melirik Seungcheol di sampingnya, "bener-bener kenal waktu di SMA aja.."
"Kalian satu kompleks 'kan?"
Wonwoo mengangguk. "Tapi itu emang penting banget ya?"
Seungcheol meninju lengan Wonwoo. "Anjing, kenapa lo gak pernah cerita."
Wonwoo memutar bola matanya. "Emang apa pentingnya, gue juga sama dia cuma deket karena hobi taruhan doang, sekarang kita tuh mikir gimana caranya masuk, mau langsung terobos aja atau gimana?"
"Tapi apa lo yakin mereka berdua ada di dalem?"
Wonwoo menggeleng. "Kalau kita gak masuk, gimana caranya kita tahu?"
"Kenapa kita gak pernah curiga sama Hyuk sih dari awal?" Seungcheol berucap, membuat Wonwoo menggendikan bahunya.
"Sebenernya Hyuk sering banget ngeledikin Soonyoung, sering ngejajanin juga tapi emang dasar adek gue no respon, gue gak sampai kepikiran kesana sih.."
"Hyuk gak kelihatan kepo Cheol, dia juga kalau sama gue cuma taruhan mulu, cuma pas tahu gue jadian sama Soonyoung—pas awal mulai deket, emang agak gimana gitu, gue pikir sih dia begitu karena gue sering nolak taruhan dia." Lanjut Wonwoo yang membuat Seungcheol menoleh.
"Lo taruhan mulu tapi gak pernah menang."
Wonwoo menghela napasnya. "Dia ambis banget kalau taruhan, terus kalau taruhannya nyuruh gue putus sama Soonyoung ya ogah lah gue." Wonwoo menggelengkan kepalanya.
"Ini kita jadi masuk gak sih?"
✓✓✓
.
.
.
.
.
.
.
✓✓✓
"Ini rumah kakak?"
Teman Seungcheol tersenyum sebelum menggeleng. "Bukan, tapi mau ngambil mobil, tunggu sebentar ya, gue masuk dulu.."
Soonyoung mengangguk kaku, ia menoleh dan melihat sekitar, seperti pemukiman di pinggir kota, perumahan tampak sedikit sepi. Ia menatap rumah yang di masuki Hyuk yang bernuansa rumah lama tapi sedikit asri karena tanaman yang memenuhi perkarangan rumah. Soonyoung menatap kembali layar ponselnya, saat ia berpikir akan menelpon Wonwoo, ponselnya terenggut dari genggamannya, Hyuk tersenyum. "Main hp mulu dari tadi.."
"Kak hpku dong.."
Hyuk menggeleng. "Enggak ah, dari tadi asik banget main hp sampai gak ngerespon gue ngomong."
Hyuk memamerkan kunci di tangannya. "Yuk naik mobil.."
Saat tangan Hyuk menggandengnya ia reflek melepaskannya. "Bisa sendiri kak.."
Karena percakapannya dengan Wonwoo di chat, membuat Soonyoung merasa harus lebih hati-hati, terlebih ponsel miliknya kini di bawa oleh Hyuk.
"Soonyoung kok pucat banget sih? Sakit?"
Soonyoung menggeleng. "Enggak.." ia takut, "cuma agak gak enak badan kayaknya.."
"Soonyoung tadi beli minum?"
Soonyoung meremas plastik Indomaret di genggamannya. "Enggak kak."
Saat mobil yang dikendarainya mulai keluar dari perkarangan rumah, Hyuk memberikan botol air minum padanya. "Minum dulu gih, biar gak kelihatan pucat.."
Soonyoung menerimanya dengan ragu, tenggorokannya memang terasa kering, tapi ia tidak yakin untuk meminumnya. Ia melihat kemasan dengan teliti, tampak masih tersegel dengan baik. Kemudian ia menatap kakak kelasnya dengan penuh pertimbangan, ia tidak boleh pingsan karena rasa takutnya. Ia meremas botol minuman dengan gugup.
"Kak ini emang jalur ke rumah kakak ya?" Ia bertanya dengan suara seraknya, jelas sekali tampak ragu dengan jalur yang diambil oleh kakak kelasnya, terlebih Wonwoo mengatakan bahwa ini bukan jalur menuju rumah Soohyuk.
Kakak kelasnya tampak menggeleng. "Bukan, rumah gue bukan lewat sini, tapi gue mau ke tempat lain dulu, makanya bawa mobil biar lo gak kepanasan."
Soohyuk menoleh. "Gak pa-pa 'kan? Sebentar doang habis itu kita pulang.."
Soonyoung hanya mengangguk dengan ragu, dan memilih memutar tutup botol, ia harus tetap tenang dan berpikir jernih, dan untung rasanya masih tampak seperti air mineral biasa.
Lima belas menit kemudian Soonyoung sadar bahwa mereka benar-benar pada jalur keluar dari kota. "Kak mau kemana sih? Kok jauh banget?"
Soonyoung menoleh. "Hp Soonyoung bawa sini dong, mau ngabarin Abang.."
Soohyuk menggeleng pelan. "Udah gue kabarin kok, lo gak usah khawatir.."
Soonyoung menggeleng. "Kalau gitu bawa sini hpnya, Soonyoung mau bales chat.."
Soonyoung tahu bahwa itu pasti bohong, ia tidak bisa mempercayainya.
Kakak kelasnya kembali menggeleng. "Enggak, nanti lo sibuk sama hp aja.." Soohyuk tampak tersenyum, "emang Soonyoung gak ngantuk?"
Jika Soonyoung boleh mengatakannya, ia memang merasa kantuk telah menyapanya, tapi ia harus tetap terjaga maka dari itu ia ingin meminta ponselnya di kembalikan.
"Kalau ngantuk tidur aja dulu, nanti dibangunin."
Dan darimana kakak kelasnya tahu bahwa ia sekarang mengantuk?
.
.
.
✓✓✓
.
.
.
Saat Wonwoo dan Seungcheol akhirnya masuk perkarangan gudang, hal yang pertama di lakukan Wonwoo adalah memeriksa mobil, dan bungkus plastik Indomaret menarik perhatiannya. "Sebentar.." ucapnya membuat Seungcheol menghentikan langkahnya.
Ia menerima lemparan sebuah cutter dari Wonwoo. "Buat apaan?" tanya Seungcheol bingung melihat Wonwoo mengambil sesuatu dari dalam jeep yang keadaan jendelanya terbuka.
Wonwoo menggendikan bahunya. "Jaga-jaga." Ia sedikit menarik senyum, mengingat Soonyoung membeli apa yang di mintanya.
Wonwoo kemudian berjalan lebih dulu, untuk membuka sedikit pintu dari celah kecil ia mulai mengintip. Gudang tampak luas, tidak banyak barang hanya beberapa tumpuk kayu bakar. Ia tak menemukan tanda-tanda Soonyoung di dalam, tapi melihat bagaimana isi bungkusan di mobil, sebagaimana ia meminta Soonyoung untuk membelinya, membuat Wonwoo yakin bahwa Soonyoung ada disini.
"ANJING!"
Wonwoo tersentak saat mendengar teriakan Seungcheol, ia tidak menemukan Seungcheol di belakangnya, ia segera beranjak dan berjalan menuju sumber suara. Terdapat pintu di belakang gudang, yang pastinya tidak terlihat dari pintu masuk karena tertutup dinding. Saat ia mendekat, ia bisa melihat bagaimana Soohyuk tengah tersungkur dengan sebuah suntikan di tangannya.
"Lo apain adek gue bangsat!"
Ada tawa dari Soohyuk karena kedatangan mereka. "Buat dia tidur lebih nyenyak.." katanya tanpa beban dan segera berdiri.
"Gue bahkan belum mulai pesta, tapi kalian datang mengganggu.."
Saat Soohyuk bergerak tiba-tiba secara sengaja ke arah Seungcheol dengan jarum suntik yang mengarah ke temannya, saat itu pula Wonwoo bergerak dua kali lebih cepat dalam hidupnya untuk menjatuhkan diri tepat ke arah Soohyuk. Rasa sakit ketika akhirnya mereka berdua berjatuh membuat Wonwoo mengerang, tapi ia sadar bahwa bukan waktu yang tepat untuk banyak mengeluh, ia segera menarik paksa jarum suntik dari tangan Soohyuk ketika temannya masih mengerang kesakitan dan melemparnya menjauh dari jangkauan.
Seungcheol yang melihat itu, segera mendekati Soonyoung yang masih tak sadarkan diri dengan kondisi terikat. Ia mengeluarkan cutter dari sakunya untuk mencoba lepaskan ikatan yang melilit tubuh adiknya. Soonyoung tampak pucat, dan entah sudah berapa lama adiknya tak sadarkan diri. Ia diam-diam merapalkan doa dalam hatinya, sedikit gemetar saat mencoba menyayat tali tambang dengan cutter.
Erangan kesakitan membuat Seungcheol menoleh dan melihat bagaimana Wonwoo mengerang dengan sebelah tangan yang mencoba menahan pisau yang menusuk lengannya dari tikaman Soohyuk.
"Bangsat! Seharusnya kalian gak ada disini!" Soohyuk mengerang kesal, "kalau gue gak bisa dapetin Soonyoung, lo juga harus bernasib sama!"
Wonwoo dengan rasa sakit yang menikam lengannya, sekuat tenaga menahan agar benda tajam itu tidak menusuknya terlalu dalam, dan dari sudut pandangnya ia bisa melihat Seungcheol ragu tapi ia hanya menggeleng, meminta agar Seungcheol tetap menyelamatkan Soonyoung lebih dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Soonyoung..."
Tepukan pada pipinya membuat Soonyoung perlahan membuka kelopak matanya. "Hei.. bangun.."
Saat itu ia bertemu pandang dengan tatapan khawatir dari Seulgi, ia mengerutkan keningnya merasa pusing. "Are you okay?"
Soonyoung sedikit menegakkan tubuhnya untuk duduk, dan teriakan kembali terdengar.
"Lo keparat gila!"
Disana ia melihat Abangnya tengah di tahan oleh Om Jongsuk karena terlihat memberontak, dan Soohyuk tampak di tahan dengan polisi di kedua sisi tubuhnya di depannya dengan baju yang kini penuh dengan percikan darah. Tubuhnya bergetar karena rasa takut kembali menyerangnya, dan Soonyoung tahu Seulgi kini memeluknya dengan erat dengan beberapa ucapan menenangkan terucap di bibirnya.
Dan dengan pandangan yang sedikit kabur, ia melihat Wonwoo tampak tersimpuh, tidak jauh dari Abangnya dengan sebelah tangan yang menutupi lengannya. Dan Soonyoung sadar bahwa Wonwoo tengah mencoba menekan lengannya yang berdarah. "Wonwoo.." ia berucap lirih.
Tapi entah bagaimana saat itu juga Wonwoo menoleh padanya, memberikan senyum tipis seolah mengatakan ia baik-baik saja. Seolah mengatakan bahwa semuanya akan segera berakhir.
"Lo setan! Apa yang ada di kepala lo!"
Dan tawa yang terdengar mengerikan menyapa pendengarnya, Soohyuk tertawa dan hampir terjungkal jika saja polisi tidak menahan kedua lengannya. Hanya tertawa, dan tidak mengatakan apapun, tapi saat pandangan Soonyoung bertemu dengannya, rasa takut membuatnya menggigil karena senyum itu tampak menakutkan.
"Soonyoung.." jawabnya pelan atas pertanyaan Seungcheol.
Sebelum pertengkaran kembali terjadi, kedua polisi akhirnya menyeret Soohyuk keluar, dan Seulgi memeluknya semakin erat, menyembunyikan pandangnya dari orang itu.
Beberapa waktu berlalu, ia mendengar langkah kaki datang. Dan ia melihat Junhui dan Jihoon berjalan masuk, saat keduanya mendekat, Seulgi melepaskannya. "Tolong Soonyoung, gue mau ke Wonwoo dulu.."
Dan Jihoon memeluknya lebih dulu. "Bego!" Itu kata pertama yang keluar dari bibir Jihoon, "lo seharusnya gak pergi gitu aja!" Ia mendengar makian Jihoon tanpa daya.
"Gue khawatir banget tahu!" Ia membalas pelukan Jihoon, dan mendongak menatap Junhui yang berdiri di belakang Jihoon, yang tampak tersenyum dengan sayu.
Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, tapi rasa takut dan pusing hanya membuatnya semakin mual, ia hanya memejamkan matanya sebelum ia mendengar Seulgi berteriak.
"Wonwoo luka lo di balut dulu bego!"
Satu tepukan menyapa kepalanya, dan melihat Wonwoo yang tersenyum sebelum kembali berjalan. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa darah masih perlahan menetes dari lengannya.
"Soonyoung.." Suara Seungcheol membuat Soonyoung mengalihkan pandangannya dari Wonwoo yang berjalan keluar. "Ayo pulang.."
Dan Soonyoung akhirnya menyadari bahwa ia berada di sebuah gudang di perkebunan karet, ia tidak bisa mengingat kenapa bisa sampai ke tempat ini, karena sepertinya ia benar-benar tidak sadarkan diri. Ia juga tidak tahu berapa lama menghilang karena mereka semua tampak letih dan lesu. Bahkan dalam gendongan Abangnya, ia melihat beberapa luka gores di lengan dan wajahnya yang memungkinkan lebam akan tercetak jelas keesokan harinya.
Saat mereka keluar, mobil polisi yang membawa Soohyuk lebih dulu pergi, dan Wonwoo kini tengah mendapatkan pertolongan pertama pada lukanya yang di rawat oleh Seulgi. Jihoon dan Junhui masih setia berjalan di belakangnya, dan langit juga tampak mulai petang.
"Kita ke rumah sakit dulu.." Seungcheol berucap pelan, "kita harus cek kondisi lo dulu.."
Soonyoung menenggelamkan kepalanya pada leher Abangnya, walau ia tidak merasakan sakit pada tubuhnya dan hanya ketakutan tanpa kejelasan yang menggerogotinya, ia hanya akan menurut, yang terpenting adalah ia kini tidak sendirian.
.
.
.
.
.
Saat Soonyoung terbangun, infus telah terpasang. Ia bergumam pelan, membuat Seungcheol yang sedari tadi tidak beranjak dari samping adiknya kembali terjaga. "Dek.."
Soonyoung mengerjap pelan, sedikit mengeluh ketika duduk. "Abang, Soonyoung pingsan?"
Seungcheol hanya mengangguk. "Gak pa-pa, Soonyoung cuma butuh istirahat aja.."
"Wonwoo dimana?"
Ia tahu, bahwa Wonwoo juga tidak dalam keadaan baik-baik saja. "Lagi di rawat, ada di kamar sebelah.."
"Soonyoung mau lihat.."
Seungcheol menggeleng. "Belum bisa, Wonwoo belum sadar.."
"Apa?"
Seungcheol menggeleng pelan. "Gak pa-pa, nanti kalau udah sadar, kita ke kamarnya ya.."
Pintu kamar inapnya terbuka, Jihoon tampak membawa sekantung plastik makanan. "Udah bangun nyong?"
Jihoon meletakan bungkusan di atas meja. "Kak, gue beli makanan buat kita-kita, Soonyoung gak pa-pa 'kan makan makanan luar?"
Seungcheol mengangguk. "Junhui kemana?"
"Tadi katanya mau nyari angin, ya udah gue tinggal aja.."
Jihoon mengambil kursi dan menyeretnya mendekat pada ranjang Soonyoung. "Tadi ketemu Kak Han juga, tapi kayaknya dia malah keluar, mau ngomong sama Jun katanya."
Seungcheol kembali mengangguk. "Han udah ngomong kok.."
Kini tatapan Jihoon kembali pada Soonyoung. "Lo tuh, bego apa gimana sih nyong, lo buat geger aja.."
Soonyoung menunduk, merasa bersalah.
"Tapi Kak Cheol juga bego, bisa-bisanya kelepasan.." Jihoon mendesah pelan, "gue tahu bukan waktunya buat marah-marah, tapi astaga gue gak habis pikir aja gitu.."
"Coba aja tadi kalau gue sama yang lain telat masuk kesana?" Jihoon berucap dengan lemas, "gue gak tahu apa yang bakalan terjadi sama kalian.."
Seungcheol menggeleng pelan. "Sorry, itu beneran refleks gue langsung masuk waktu lihat Hyuk mau nyuntik Soonyoung.." Seungcheol mengusap wajahnya dengan gusar, "gue gak bisa diem aja, apalagi pas lihat Wonwoo di tusuk sama bajingan itu di depan mata gue.."
Jihoon menggeleng prihatin. "Itu kejadian paling dramatis dalam hidup gue tahu kak, lo bisa sekalap itu hajar Soohyuk, yang bahkan cuma ketawa tanpa perlawanan."
Seungcheol mengangguk. "Gue pikir, dia gak bakalan bales bogem gue karena inget gue Abangnya Soonyoung, tapi beda kalau itu Wonwoo, bahkan dia mau Wonwoo mati dan itu bikin gue marah banget.." Seungcheol menutup wajahnya, "gue ngerasa jijik, dan bener-bener kepikiran buat bunuh Hyuk pakai tangan gue sendiri, walau gue tahu tangan gue udah mati rasa karena sakit.."
Usapan lembut pada pundaknya membuat Seungcheol sedikit tenang, saat ia mendongak, senyum lembut Soonyoung menyapanya, seolah mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Dan Seungcheol terdiam, rasanya ingin menangis, bayangan kehilangan adik tersayangnya adalah hal paling menakutkan yang pernah ada dalam pikirannya, terlebih jika teman yang paling berharga harus berkorban nyawa. Dan jika itu benar-benar terjadi, Seungcheol tidak akan pernah yakin bisa tetap hidup dengan kebahagiaan.
.
.
.
.
.
.
Wonwoo duduk bersandar, ia mengusap hidungnya dan menghela napas, menatap kosong di depannya. Pikirannya berkecamuk, bayangan kejadian kemarin terus saja berputar di kepalanya. Rasa sakit itu masih jelas terasa di lengannya, tapi rasa takut yang tak pernah terbayangkan olehnya terus membuatnya cemas tanpa akhir.
"Won.."
Wonwoo mendongak, melihat Seulgi masuk ke kamar inapnya.
"Soonyoung sama yang lain mau jengukin lo, gimana udah gak pa-pa?"
Dahi Wonwoo berkerut bingung, membuat Seulgi menghela napasnya saat sebelum mengambil kursi untuk duduk di sisi ranjangnya. "Gue dari kemarin nolak mereka buat ngelihat lo, dalihnya sih lo belum sadar.."
"Kenapa?"
Seulgi menepuk pundak Wonwoo. "Gue tahu, lo kemarin habis sadar nangis terus.." senyum tipis terukir di bibir Seulgi, "karena gue tahu lo gak mau kelihatan lemah di mata orang lain, makanya gue bilang gitu."
Wonwoo ingat, kemarin setelah siuman karena sempat tak sadarkan diri, ia menangis. Tidak tahu kenapa, tapi bayangan kejadian kemarin membuatnya sesak, takut kehilangan Soonyoung disisinya, karena kelalaiannya menjaga manusia paling lucu dan menyebalkan seperti janjinya, merasa bodoh karena hampir membuat orang yang disayanginya celaka, rasa bersalah terus saja menggerogoti hatinya, walau ia tahu Soonyoung sekarang baik-baik saja, tapi Wonwoo tahu trauma akan selalu mengikuti Soonyoung selamanya.
"Gue udah gak pa-pa.."
Seulgi mengangguk paham. "Nanti gue ngomong sama Seungcheol, dari kemarin Soonyoung mau ketemu lo soalnya, terus kata dokter lo udah bisa pulang.." Seulgi menghela napasnya, "kita balik ke rumah kakek malem ini, dan lo tahu gak bisa menghindar, lo udah bikin heboh.."
Wonwoo ikut menghela napasnya. "Bonyok gue juga disana?"
Seulgi mengangguk tak yakin. "Mungkin aja.."
"Tante Seulgi juga berarti ada?"
Seulgi kembali mengangguk. "Jelas, dia pasti yang paling marah diantara yang lain, mungkin ngamuk?"
Wonwoo kembali mengangguk, tanda ia paham dan akan menerima konsekuensinya. Lagipula ia tidak menyesal, walau kini lengan kanannya di balut oleh perban.
Tidak lama setelahnya Seulgi pergi untuk menemui Soonyoung, dan saat keduanya kembali bertemu, senyum di bibirnya tidak bisa berbohong bahwa ia bahagia melihatnya baik-baik saja, walau bibir pucat itu tampak kering dari biasanya.
Wonwoo menepuk sisi ranjangnya, meminta tanpa kata pada Soonyoung untuk duduk di sisinya. Perlahan Soonyoung mendekat, pandangannya tidak lepas pada lengan Wonwoo yang di balut oleh perban.
"Lihat mata gue bukan tangan gue.." ucapan Wonwoo membuat atensi Soonyoung teralihkan, senyum bersalah itu membuat Wonwoo terdiam, ia tahu bahwa Soonyoung merasa bersalah.
"Gue gak pa-pa.." ucapnya, mengusap pelan kepala Soonyoung, "lo juga gak pa-pa 'kan?" tanyanya, di sambut anggukan Soonyoung.
Di lain sisi, Wonwoo bisa melihat Seungcheol duduk di sofa di ruangannya, Jihoon dan Junhui pun ikut bersamanya, tapi untuk saat ini Wonwoo hanya ingin terfokus pada Soonyoung di depannya.
Hening tercipta diantara keduanya, hanya tanpa kata keduanya menyelam pada netra masing-masing, mencari sesuatu bahkan tanpa tahu apa artinya, kecemasan jelas terpancar dari binar mata keduanya yang tampak redup akan penyesalan yang berbeda, rasa bersalah yang menggerogoti hati keduanya. Jelas ingin mengucapkan ribuan kata maaf, tapi keduanya tak sampai hati untuk mengucapkannya, ada sesuatu yang lebih ingin mereka sampaikan tapi tak tahu bagaimana cara mengucapkannya.
"Ndut.." Wonwoo memulai, rasanya ingin menggenggam tangan Soonyoung tapi kedua tangannya tak bisa ia gerakan dengan mudah, selain sebelahnya terluka, sisi lain masih terpasang infusnya.
"Kenapa?"
Wonwoo menarik senyum tipisnya. "Gue boleh minta peluk?" tanya pelan, tak ingin ucapannya di dengar yang lain.
Dan Soonyoung menyetujuinya tanpa kata, membuat Wonwoo menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Soonyoung, tangannya hanya terkulai disisi tubuhnya, tapi Soonyoung dengan hati-hati melarikan tangannya untuk mengusap punggung Wonwoo perlahan, mencoba dengan gemetar mengirim ketenangan untuk Wonwoo.
"Lo masih suka sama cowok yang nangis gak?" Wonwoo bertanya pelan, mengirim gelitik di leher Soonyoung.
"Kenapa? Lo mau nangis?"
Wonwoo mengangguk ragu. "Udah sebenernya, tapi gak tahu kenapa kayak mau nangis lagi.."
Soonyoung menyandarkan dagunya pada bahu Wonwoo, menyamankan posisinya tanpa membuat Wonwoo merasakan sakit. "Ya udah nangis, gue temenin.."
"Gak deh.." jawab Wonwoo pada akhirnya, "gue gak mau kelihatan cupu.."
Ucapan Wonwoo mampu membuat kekehan Soonyoung terdengar, sayup-sayup mengirimkan gelayar pada perutnya.
"Lo gak cupu kok.." balas Soonyoung, "lo keren banget, si paling keren deh.."
Ada senyum di bibir Wonwoo mendengar ucapan Soonyoung, benar-benar membuatnya sedikit terhibur. "Masa sih?"
Soonyoung mengangguk. "Kemarin Abang cerita tentang lo, kedengarannya keren banget sih, sampai rela di tusuk karena gue, tapi ternyata tetep bisa cengeng juga."
Wonwoo terkekeh pelan. "Namanya juga manusia.."
Usapan pada punggungnya membuat Wonwoo merasanya nyaman.
"Makanya itu, karena lo manusia wajar kalau nangis.."
Bahkan jika Soonyoung boleh jujur, ia ingin sekali menangisi nasibnya yang membuat orang-orang di sekitarnya celaka. Rasa bersalah terus bercokol dalam hatinya, sesak membuatnya sulit bernapas tapi ia takut untuk menunjukkannya, ia harus tetap tegar karena kepedulian mereka membuat Soonyoung sampai saat ini masih baik-baik saja. Apalagi ketika ia melihat Wonwoo berjalan menjauh keluar dari gudang dengan lengan yang berdarah, ia merasa akan menangis melihat Wonwoo terluka karena menyelamatkannya tapi air mata tak kunjung datang, hanya menyisakan panas di matanya dengan hati yang terasa sakit.
Wonwoo memejamkan matanya, menghirup aroma parfum Soonyoung yang menguar di indra menciumannya, membuatnya merasa tenang, sayup-sayup mendengar degup jantung keduanya yang berdetak. Membuatnya merasa nyaman, mengikis rasa khawatir yang membuatnya takut. Soonyoung kini baik-baik saja, ada di hadapannya, tengah memeluknya dan Wonwoo seharusnya sudah merasa lebih dari cukup, seharusnya.
Tapi ia tahu ada sesuatu yang masih mengganjal hatinya, sesuatu yang seharusnya tidak ada, sesuatu yang selama ini selalu ia sangkal.
Rasa itu, yang membuatnya merasa hampa dan sesak di saat bersamaan, dengan setetes air mata yang mengalir perlahan turun dari sudut matanya tanpa peringatan. Wonwoo berharap Soonyoung tidak pernah menyadarinya. Menyadari bahwa sudah lama Wonwoo merindukannya, rindu yang tak dapat disampaikannya, tapi ingin ia ucapkan dengan lantang pada teman masa kecilnya yang lucu. Teman yang selalu ia rindukan setiap malam menjelang tidur, karena Wonwoo merasa Soonyoung adalah teman pertamanya yang selalu memberikan kesan bahwa Wonwoo bisa diandalkan, walau ia harus mengorbankan camilan kesukaannya. Wonwoo kecil sangat menyayanginya dengan tulus, dan rasa kehilangan itu ada saat keduanya harus berpisah lama tanpa ia tahu keberadaan Soonyoung.
Kerinduan yang seperti diberi pupuk, semakin subur dan membuat Wonwoo mungkin mengembangkan sesuatu yang lain tanpa disadarinya, dan ketika mereka bertemu kembali, mungkin saja kerinduan itu telah memekarkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang kini membuatnya takut akan kebenarannya, Wonwoo semakin menenggelamkan kepalanya jauh yang ia bisa ke dalam ceruk leher Soonyoung, mencoba menyembunyikan dirinya dan perasaannya jika memang ia bisa.
Soonyoung mengusap punggung Wonwoo perlahan, merasakan basah pada lehernya, hatinya ikut terasa sesak. Dan ia tanpa sadar meneteskan air matanya, tidak tahu kenapa seolah-olah ia bisa merasakan kesedihan yang menguap pada tubuh Wonwoo yang mulai gemetar. Tidak tahu apa alasan yang membuat pacar settingannya sampai meneteskan air mata, sampai-sampai ia merasa Wonwoo tidak ingin orang lain mengetahuinya bahwa ia tengah menangis.
Soonyoung dan Wonwoo seharusnya mereka baik-baik saja.
-ˋˏ✄┈┈┈┈
4 notes ¡ View notes
kayumanis9795-blog ¡ 27 days ago
Text
Lesson Learn
Saat perceraian menimpa kamu, satu diantara beberapa orang menganggap itu seperti putus dengan pacar, percayalah itu lebih besar lagi dari pada putus pacar, kamu tak perlu ke pengadilan agar kamu bisa berpisah, kamu tidak perlu bayar pengacara karena mantan kamu tak terima kamu putuskan, dan bnyak hal kompleks lain yang perlu diproses
Hal ini baru aku pikirkan seharian ini
Aku bersyukur berada disituasi perpidahan yang sedari awal aku tau dan rasakan, belum sempat aku menunggu sampai beranak pinak dan bertahun-tahun menjalani kesabaran dalam jahanam
Aku bersyukur banyak orang yang menyadarkan , entah itu teman online , orang asing yang pernah mengalami hal serupa, ibu-ibu gateball, dan banyak lagi yang mendukung akan keputusan ini
Aku tersadar akan prosesnya yang menyakitkan, terlebih bercerai. Pelaku pernah melewati ikatan badan melalui persetubuhan, dia berada didalam badan kamu, tak ada jarak, saling bertukar keringat dan cairan lain yang keluar dari diri manusia / badan kamu,
Yang menjadi masalah adalah kamu sendiri yang memblok proses itu dengan denial dan menyalahkan diri sendiri seperti itu tak normal
Layaknya bayi, mereka wajib.. harus melewati fase-fase pertumbuhan agar di akhir gak ada kecacatan fisik maupun mental, yang jika terlewati malah akan jadi masalah tersendiri bagi si bayi ketika menginjak usia tahunan
Begitupun kesedihan akibat perpisahan khususnya percerian..
Aku melihat banyak wanita yang mengalami sama seperti aku, hanya minusnya di aku belum punya anak, jadi kabur secepatnya tak ada halangan lagi buat aku,
Fase setelah cerai bahkan sudah aku rasakan sebelum sidang,
Saat aku mengalami fase ini , memang terasa sangat berat,
Awalnya aku menyangka ini melegakan karena aku sudah terbebas dari manusia berjiwa benalu dan NPD , dan ini aku rasakan selama sebulan
Setelah itu aku merasa semangat menjalani kehidupan seperti biasa, tak ada masalah apapun yang aku rasakan, aku belajar mengenali diri sendiri dan berusaha menemukan potongan-potonga jati diri kemarin yang tersisa dari masa lalu
Selanjutnya fase yang tak menyenangkan dimulai. Aku mulai menyalahkan dia, aku menyalahkan diri sendiri, terus bertanya kenapa dia melakukan ini padaku, kenapa aku yang jadi korban, kenapa harus aku ? Dan semua jawaban yang aku punya adalah bentuk denial and accuse yang aku buat sendiri dengan tujuan untuk meyakinkan diri sendiri
Setelah itu fase makin dalam lagi makin terpuruk. Sedih itu seperti koin pada celengan, tabungan sejak jaman pacaran, sejak sebelum menikah hingga saat menikah, bonus setelah pisah rumah. Semakin ditumpuk, saat kantong celengan sudah tak muat ia membludak, kesedihan yang ditumpuk selama 1 tahun, berakhir berceceran tak terbendung selama hampir 2 minggu. Nangis tiap malam, sedih saat siang, melamun apa yang nanti akan terjadi, terbangun dari mimpi, trauma dengar bunyi motor, trauma dengan suara teriak dan suara benda yang di lempar-lempar , trauma mendengar orang berantem.
Seminggu penuh aku gak mau beberes, aku gak tau mau ngapain, yang aku kerjakan berakhir berantakan, aku numpukin cucian, numpukin setrikaan, dan menyalahkan kalau aku pemalas, gak rajin, gak sat-set, menunda-nunda, gak semangat, lemes dan cape terus, malas mandi, gak nafsu makan, yang lebih sering aku lakukan adalah rebahan dan main hp. Awalnya aku pikir apakah ini yang aku maksud rio lakukan saat masih nikah, kenapa aku jadi copycat gini, dan percayalah.. ternyata itu adalah salah satu bentuk trauma. Banyak yang bilang sesakit apapun kamu jangan balik lagi sama dia.
Sekarang aku lagi nata lagi mood, nata kebiasaan, nata hal apa saja yang perlu aku ubah dan perbaiki, karena sejauh ini fase sedih mendalam sangat berdampak, selain mental, juga pekerjaan yang serba tertunda. Dan itu sangat nyata, gak mungkin baju bisa ngelipet sendiri, gak mungkin tanaman rapih sendiri, tentu perlu aku yang menatanya lagi.
Ibaratnya aku sedang terdampar di lautan, tugasku hanya bertahan ditengah karangnya, aku pasti rasakan sakitnya diterpa ombak aku tau rasanya disapu badai, tapi aku harus tetap berpegang pada karang yang saat ini tubuh bersandar, setelah itu lanjutkan kembali berenang hingga mencapai pantainya. Nelayan jarang ditemukan diberita hanyut terbawa arus ombak, karena Tuhan membersamai mereka, dikala tersesat ada langit yang menjadi peta, disaat kehabisan bahan bakar pasti ada nelayan lain yang menolong, sekalipun dia terombang-ambing pasti akan menemukan daratannya. Karena Tuhan membersamai mereka.
Bertahanlah, ombak ini hanya sementara. Kamu pasti akan sampai di pantaimu. Tugasmu sekarang bertahan pada karang, dengan kamu ditemukan nelayan, dengan kamu berenang ke daratan, dan dengan kamu menemukan daratan.
keep sailing ..
0 notes
secangkircoklatsusu ¡ 1 month ago
Text
When The Phone Rings - Chapter 02
Heeju dipaksa masuk ke dalam pernikahan kontrak yang begitu merendahkan dan sepenuhnya merugikan dirinya.
Tidak ada gaun pengantin, tidak ada buket bunga—hanya ada pengacara dan dokumen yang harus ditandatangani.
Dalam kontrak itu tertulis:
1. Pengantin wanita tidak boleh mengajukan perceraian.
2. Perceraian sangat dilarang selama masa kampanye pemilihan presiden.
3. Jika ia melanggar salah satu ketentuan, ia akan dikenai denda sebesar 2 miliar won.
Seperti yang dikatakan Baek Sa-eon, Heeju hanyalah seorang sandera.
Ia hanya dijadikan pengisi untuk menutupi kekosongan yang ditinggalkan kakak tirinya. Tapi sebagai pengganti, ia tidak pernah dianggap setara dengan yang asli.
"Sayang, dukung saja ayah mertuamu. Lagipula, itu satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan," ucap mertuanya dengan nada santai.
"Aku berencana untuk mengumumkan secara resmi bahwa menantu kita adalah seorang juru bahasa isyarat."
Ujung jari-jari Heeju tiba-tiba berkedut.
"Dengan begitu, nama keluarga kita akan lebih bersinar dan lebih dekat dengan masyarakat. Belum lagi simpati publik yang akan kita dapatkan."
Dadanya terasa sesak. Ia mencoba meredam amarah yang semakin memuncak. Tapi, perasaan tidak berdaya kembali menyelimuti dirinya. Heeju tahu ia tidak punya kekuatan untuk keluar dari "akuarium" yang menyesakkan ini.
"Lagipula, sayang, kamu tidak bisa bicara. Aku dengar dulu kamu lebih banyak mengurung diri di kamar saat kecil."
Tangan ibunya, yang sedang mengangkat cangkir teh, tiba-tiba terhenti sejenak.
"Kurasa itu sempurna."
"..."
"Memiliki kekurangan yang bisa membuat orang bersimpati adalah aset yang menarik bagi seorang politisi."
Ekspresi Heeju tidak menunjukkan perubahan apa pun. Sikap apatisnya sudah menjadi tembok pertahanan, emosi-emosi yang dulu ia miliki telah lama tergerus sejak ia menjadi "putri kedua" dari Sangyong Daily pada usia sembilan tahun.
Ironisnya, ia merasa lucu bahwa bahkan kemalangannya pun bisa dijadikan trofi oleh orang lain.
"Aku dengar afasia yang kamu alami dulu sudah banyak membaik."
Ia menjawab, "Ya," tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Mertuanya tersenyum seolah berkata bahwa itu tidak masalah.
"Lebih baik kalau kamu tidak bisa bicara."
"!"
Heeju melirik ibunya, tapi Kim Yeon-Hee mengabaikan kata-kata itu dan terus menyeruput tehnya. Lucu rasanya melihat ibunya mempertahankan sikap pura-pura meski sedang mengingat kejadian yang membuat Heeju menjadi bisu.
"Itu akan terjadi dalam sebulan, jadi bersiaplah."
30 hari... Sebulan... Hanya tinggal sebulan lagi...
Tiba-tiba, hatinya terasa berat. Bahkan setelah mertuanya pergi, detak jantungnya terus berdegup kencang. Tubuhnya terasa nyeri, dan ia baru sadar bahwa ia lupa membawa obatnya.
Sejenak, gejala sesak napas dan kebingungannya muncul, tapi ia menutup mata rapat-rapat, berusaha mengatasi momen itu.
"Ini tidak apa-apa. Tarik napas saja."
Tapi, butuh usaha besar untuk bernapas lega, namun Heeju berusaha mengabaikan itu, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu bukan masalah. Ia ingin menjadikan keyakinannya sebagai kenyataan.
"Kamu...," sebuah tangan kuat menggenggam lengannya. "Apa yang kamu lakukan di siaran tadi?!"
"Kenapa kamu mempermalukan aku di depan mertua?"
Yang diinginkan Heeju hanya minum obat dan tidur. Ia melirik jam dengan ekspresi lelah.
Terapi lama yang ia jalani mendiagnosisnya dengan apatis kronis dan episode kebuntuan bicara akibat depresi.
Masalah pencernaannya dan rasa sakit di dadanya pun dikaitkan dengan kemarahan yang terpendam, tapi Heeju merasa kosong.
Ia sudah membawa beban itu sejak masih terlalu muda untuk memahami perbedaannya.
"Yang perlu kamu lakukan hanya hidup dengan tenang. Apa itu begitu sulit untuk kamu? Beberapa bulan lagi kamu akan jadi menantu Presiden..."
"Kenapa kamu melamun? Apa masalahmu?"
Lengannya digoyangkan dengan kasar.
"Ini kesempatan sekali seumur hidup buatmu... Dan kamu bahkan belum bisa mendapatkan Baek Sa-eon!"
Haeju tiba-tiba menepis tangan ibunya. Pembangkangan itu memicu reaksi yang lebih tajam lagi.
Lengkungan menggoda pada bibir ibunya berubah menjadi penuh racun. "Pasti kamu mewarisi setengah takdir ibumu."
Ujung jarinya terasa dingin.
Ia bisa menahan banyak hal lainnya, tapi sulit untuk menahan kata-kata yang tepat sasaran. Heeju merasa seperti hampir menahan sebuah bom yang siap meledak.
Fakta bahwa ia mirip ibunya atau fakta bahwa ia tidak dicintai suaminya, tidak seperti ibunya—Heeju tidak tahu mana yang lebih sulit untuk diterima.
Jawaban Heeju, yang langsung mengingat Baek Sa-eon, sangat jelas.
Hati yang hancur itu begitu tak berarti, hingga hanya tenggorokannya yang terasa sakit.
"Segera berhenti bekerja dan ikuti saja perintah mertuamu. Aku akan bicara dengan dia dan coba hapus video tadi. Jadi..."
Kenapa mereka terus-menerus menekan aku?
Aku berusaha keras untuk tetap tenang. Aku berusaha hidup dengan tenang meskipun itu membuatku merasa mual. Aku sangat lelah dengan perasaan tercekik di dalam jurang ini.
Pada saat itu, ibunya berhenti di tengah kalimat, melirik Heeju dengan tatapan aneh. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?"
Heeju melihat bayangannya sendiri yang terpantul di dinding marmer yang dipoles.
'Ah-'
Ia tersenyum, tapi wajahnya membeku dalam senyum yang mengerikan. Dan matanya tampak kosong.
***
Begitu dia masuk ke dalam mobil, rasa dingin yang tidak diketahui menyapu tubuhnya.
Diharapkan akan terjadi hujan lebat yang memecahkan rekor.
Suara mekanik yang monoton membuatnya terkekeh.
Dia membuka kotak sarung tangan dan pertama kali menemukan botol obat. Dia menelan pil-pil itu tanpa air dan menyalakan navigasi.
[Memulai navigasi ke tujuan]
Tujuan? Rumah pengantin yang dingin dan tanpa cinta itu tidak berbeda dengan peti mati. Jadi sistem navigasi ini mengarahkan dia ke kematiannya.
Heeju memutar setir dengan ekspresi muram dan menyalakan radio. Tapi-
'...kenapa tidak ada suaranya?'
Radio itu benar-benar mati. Apa radio ini juga sedang mengejekku?
"Haah..."
Dia fokus pada jalan dan mencoba tidak membiarkan rasa frustrasi menguasainya.
Pasrah dan menyerah adalah hal yang bisa dia lakukan dengan baik, dan semua orang mengharapkannya.
Bagaimanapun, dia bukanlah anak kandung Sangyong.
Dia adalah anak yang dibawa oleh ibu yang menikah lagi. Dan sekarang, dia menjadi pengganti untuk saudara perempuannya, yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
Semua rumor ini menjadikannya sasaran yang bisa dijadikan bahan tertawaan.
Saat itu- [Sekarang Anda mendengarkan stasiun radio JBS. Meskipun Anda terjebak di dalam, saya akan membuat hari Anda lebih bahagia...]
Suara penyiar, lagu tema stasiun, musik pop, jingle iklan—semuanya bercampur, meloncat-loncat secara acak, terdengar seperti file yang rusak.
"!?"
Heeju mengetuk papan panel dengan terkejut, tetapi tidak berpengaruh.
[Dengar...] Halo, ini DJ Shin.. Juru bicara Blue House hari ini .. Penyanderaan.. Pembunuhan..]
Anehnya, volumenya semakin keras dan frekuensinya yang terputus-putus terdengar seperti satu pesan yang tidak menyenangkan. Dia mencoba mematikannya, tetapi tidak ada yang berhasil.
'Apa yang terjadi hari ini...!'
Hari itu terasa tak berujung. Dari studio sampai sekarang, tidak ada yang berjalan dengan baik.
Setelah dengan panik menekan panel kontrol, dia merosot ke kursinya.
Dengan marah dia memukul-mukul dashboard, memicu wiper.
[Juru bicara Blue House hari ini... "Outrun Myself" dari Jack Kays akan tayang berikutnya, sandera... sandera...]
'Mengapa ini terjadi?'
[Anda telah menyimpang dari rute.]
[Anda telah menyimpang dari rute.]
Bersamaan dengan itu, GPS mereset, menyalakan tanda bahaya.
[Anda telah menyimpang dari rute.]
Suara tegas yang bergema berulang kali terasa menakutkan.
[Anda telah menyimpang dari rute.]
Wajah Heeju menjadi pucat.
'Apa-apaan ini...!'
Dia mencoba menepi, tapi mobilnya tidak lagi berada di bawah kendalinya. Hujan yang tak henti-hentinya membuatnya tidak bisa melihat ke depan.
Meskipun wiper menyapu terus menerus, air terus mengalir. Mobil melaju ke arah yang tidak diketahui, lalu tiba-tiba berdecit dan berhenti.
Mobil berputar setengah putaran di jalan yang licin, meluncur di atas trotoar yang basah. Tubuh Heeju menghantam setir.
'Aduh...'
Ia meringis sambil mengusap-usap dadanya. Saat itu, ia mendengar suara yang berbeda.
Klik. Klik.
"...!"
Kunci kursi belakang berbunyi klik terbuka dan kemudian tertutup kembali.
'Tapi aku tidak menyentuh apapun.'
Lehernya menegang, dan seluruh tubuhnya membeku.
'Mungkinkah aku... apakah aku terjebak? Apakah aku sedang...'
Tiba-tiba, suara hujan yang deras, seperti rentetan, memenuhi telinganya, menenggelamkan semua suara lainnya.
Suara itu adalah pemicunya-Heeju, yang kini panik, dengan panik meraih gagang pintu, menariknya seakan-akan ia sudah gila.
Tapi setiap tombol, setiap mekanisme, sama sekali tidak berfungsi.
Kunci tidak mau terbuka, dan tangannya memerah karena menggedor-gedor jendela. Dia bahkan menghempaskan tubuhnya yang ringkih ke pintu.
"Ugh!"
Tetapi isolasi itu terlalu kuat untuk diabaikan. Dia akan memberikan apa pun hanya untuk mencapai rumah pengantin baru yang dingin itu.
"Ah...!"
Tiba-tiba, Heeju berhenti menabrakkan dirinya ke pintu dan secara naluriah meraih kemudi. Sebuah kalimat dari naskah yang pernah ia terjemahkan ke dalam bahasa isyarat dalam sebuah siaran tiba-tiba terlintas di benaknya.
Support me at Trakteer
0 notes
rjosefin ¡ 2 months ago
Text
Hello again tumblr. After all this time, aku mau bilang terimakasih Tuhan Yesus. Untuk semuanya. Jadi seorang ibu dengan banyak belajarnya. Masih banyak pun yang harus dipelajari. Gak mau terlalu idealis, ternyata mengurus anak pun memang butuh air mata. Katanya menjadi orang tua salah satu hal.yang dapat menjadikanmu humble. Tuhan bekerja. Tuhan tau. Tuhan peduli. Tuhan Yesus baik. Untuk sekarang ini, kadang masih terlintas gimana ya caranya aku bisa kerja remote. Pengen tambah2 penghasilan tp gak pengen tinggalin anak. Jujur bener2 udah gak mau lagi aku kerja kantoran, kecuali jadi notaris. Atau mungkin pns ya okelah. Tp better notaris juga drpd PNS dari segi waktu menjaga anak. Pokoknya semenjak ada Nick, gak mau lepas dari menjaga Nick. Cucian, strikaan bahkan urusan mandi aja dibiarkan belakangan, apalagi pekerjaan. Juga masih dalam doa, mari kita usahakan menjadi pengusaha. Jualan hampers, jualan kue, brownies, cake2 bahkan bisa own a cafe. Amin. Amin. Dalam nama Tuhan Yesus. Kita usahakan itu semua ya Mama Nick. Papi J, doaku kadang2 berubah-rubah. Aku pernah memohon banget mau jadi Hakim, Pengacara. Sekarang aku pengen jadi notaris. Papi J, tata gak tau apa-apa. Tata tau pasti Papi J mengatur kehidupan tata dengan baik adanya.
Nick, mama minta maaf ya untuk semuanya. Kadang mama kesel karna Nick rewel. Kadang mama kesel karna mama udah ngantuk tp Nick masih mau main. Maaf ya Nick. Kadang mama kurang percaya diri. Mama terpilih sebagai seorang Mama, seorang ibu yang mampu membuat Nick merasa nyaman,aman. Maafkan mama nak. Mama gak sempurna tapi mama mau mengusahakan yang terbaik.
Mama sayang Nick
0 notes